Relawan Satgas PPKM RW 10 menunjukkan obat Paket Isoman 3 bagi pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumahnya di Jalan Kebon Bibit Selatan, Tamansari, Kota Bandung, Rabu (4/8/2021). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Kisah Dalam Negeri

Obat dan Vitamin Saat Isolasi Mandiri

Pasien positif Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di kediamannya tidak semua akan diresepkan obat-obatan.

Pasien positif Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di kediamannya tidak semua akan diresepkan obat-obatan. Terutama bila sang pasien masuk kategori Orang Tanpa Gejala (OTG).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, dalam sebuah webinar tentang fakta dan hoaks Covid-19 seputar pejuang isolasi mandiri, dikutip Ahad (8/8), mengatakan, pasien bergejala ringan biasanya diresepkan dokter sejumlah obat. Bila ada demam, maka pasien dibolehkan meminum paracetamol untuk menurunkan demam.

"Prinsipnya isolasi mandiri itu kita memberi kesempatan pada tubuh untuk membangun sistem kekebalan optimal demi melawan virus. Selain fokus melawan virus, ditambah booster dengan berbagai macam obat-obatan," tutur dia.

Selain obat, pasien juga perlu mendapatkan asupan vitamin C cukup. Ada beberapa pilihan, yakni yang sifatnya non-acidic tiga kali sehari satu tablet (500 mg) selama dua pekan atau vitamin C tablet isap dua kali sehari satu tablet (500 mg) selama sebulan atau multivitamin mengandung vitamin B, C, E dan zink dua tablet sehari (satu bulan).

Vitamin lainnya yakni vitamin D satu kali sehari satu tablet 400-1000 IU. Lalu bisa juga obat herbal yang teregistrasi di BPOM dan obat rutin penyakit sebelumnya misalnya hipertensi, diabetes atau asma bila ada.

"Kalau bergejala ringan tanpa sesak biasanya diberikan Oseltamivir atau Favipiravir juga Azithromycin. Tetapi jangan menyetok karena obat-obatan ini harus diberikan di bawah pengawasan dokter," kata Nadia.

Satu lagi yang perlu diperhatikan, faktor sesak napas. Nadia mengatakan, sesak napas bisa dideteksi melalui hitung napas. Normalnya, seseorang bernapas 16-20 kali per menit. Saat napasnya terhitung di atas 24 kali per menit, maka dia sudah mengalami sesak.

Manfaatkan oximeter untuk mengukur saturasi oksigen atau berapa banyak oksigen di dalam darah. Saturasi oksigen dianggap normal saat angka pada alat menunjukkan 95-100 persen. Bila ada gejala sesak napas dan lemas segera pergi ke fasilitas layanan kesehatan.

photo
Relawan Satgas PPKM RW 10 memeriksa kesehatan pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumahnya di Jalan Kebon Bibit Selatan, Tamansari, Kota Bandung, Rabu (4/8/2021). Pemeriksaan kesehatan dan pembagian sembako serta paket obat tersebut rutin dilakukan satu pekan sekali oleh UPT Puskesmas Tamansari dan Relawan Satgas PPKM RW 10 Kelurahan Tamansari. - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Menurut Nadia, isolasi mandiri selesai setelah 10 hari apabila tanpa gejala dan ditambah tiga hari bebas gejala untuk mereka yang bergejala. "Setelahnya, Anda tak perlu melakukan pemeriksaan rapid atau PCR ulang," ujar dia.

Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Prikasih, dr Gia Pratama, menyarankan pasien bisa membuat semacam catatan harian. Catatan bisa memuat informasi mengenai gejala, suhu, saturasi oksigen, frekuensi nadi, laju napas dan keluhan lain. Termasuk obat dan asupan nutrisi.

Idealnya, pencatatan dilakukan setidaknya sekali sehari untuk setiap tanda dan gejala, komplikasi atau tanda bahaya, seperti mengalami sesak napas, napas berat, mengeluh nyeri dada, tampak dehidrasi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat