Peselancar Indonesia Rio Waida membawa bendera Merah-Putih saat defile pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 di Stadion Nasional, Tokyo, Jepang, Jumat (23/7/2021). | ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Kabar Utama

Olimpiade Jadi Tujuan Pembinaan

Olimpiade harus menjadi sasaran utama dan tak hanya mengandalkan satu atau dua cabor.

JAKARTA -- Perjuangan kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 telah berakhir pada Senin (2/8). Indonesia meraih satu medali emas, satu perak, dan tiga perunggu. Raihan tersebut semakin memperkuat tekad para pemangku kepentingan untuk meningkatkan pola pembinaan dan melakukan regenerasi atlet.

Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali menyatakan, pemerintah akan menjadikan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) sebagai landasan membina atlet dalam mengarungi berbagai kompetisi. Salah satu muatan dari DBON adalah menjadikan Olimpiade sebagai tujuan pembinaan.

Zainudin menekankan, pemerintah tidak akan menjadikan satu cabang olahraga (cabor) sebagai anak emas. Meski cabor tersebut belum membuahkan prestasi di pentas internasional, pemerintah akan menaruh setiap cabang olahraga dalam level yang sama.

"Tidak boleh hanya mengandalkan satu atau dua cabor dan Olimpiade harus menjadi sasaran utama," kata Zainudin, Selasa (3/8).

Saat ini, ada 14 cabor unggulan yang ditetapkan dalam DBON untuk mengejar prestasi di Olimpiade. Dua di antaranya adalah angkat besi dan bulu tangkis. Cabor unggulan ditetapkan sesuai dengan karakter fisik orang Indonesia dan cabor yang memang dipertandingkan dalam Olimpiade.

photo
Lifter Indonesia Rahmat Erwin Abdullah melakukan angkatan clean and jerk dalam kelas 73 kg Putra Grup B Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo International Forum, Tokyo, Jepang, Rabu (28/7/2021). Rahmat Erwin Abdullah berhasil meraih medali perunggu dengan total angkatan 342 kg. - ( ANTARA FOTO/NOC Indonesia/sgd/hp.)

"Olimpiade kita jadikan sebagai sasaran utama. Asian Games dan SEA Games itu sasaran antara saja karena prestasi olahraga tertinggi Olimpiade,” ujarnya.

Menpora menambahkan, Indonesia akan berkonsentrasi pada cabor yang mengandalkan teknik dan akurasi. Sebab, hal itu memungkinkan atlet Tanah Air bisa bersaing dengan atlet dari negara lain yang fisiknya lebih tinggi dan besar.

Terkait pembinaan, ada beberapa program yang dicantumkan dalam DBON. Beberapa program itu, antara lain, mencari potensi atlet sejak usia sekolah dasar. Selain itu, melakukan pembinaan minimal 10 tahun hingga atlet bisa berprestasi. "Kita sudah punya blueprint dan sekarang sedang disusun perpresnya," kata Menpora.

Zainudin optimistis Indonesia bisa meraih prestasi lebih tinggi dalam ajang internasional. Asalkan, kata dia, Indonesia melakukan pembinaan secara serius, terstruktur, sistematis, dan masif.

Dalam ajang Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia berada pada urutan ke-37 di klasemen sementara per Selasa (3/8). Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari mengungkapkan, jika posisi itu terus bertahan, kontingen Indonesia berhasil mencapai target yang diberikan, yaitu berada di peringkat 40 besar.

Namun, ia menyadari Indonesia belum bisa tenang mengingat rangkaian Olimpiade Tokyo 2020 masih terus berlanjut hingga upacara penutupan pada 8 Agustus nanti. Terlepas dari itu, pria yang akrab disapa Okto ini menilai kontingen Indonesia sudah memberikan penampilan terbaik mereka.

"Olimpiade ini digelar di tengah pandemi. Proses latihan dan kualifikasi terganggu karena pandemi sehingga banyak keterbatasan, tapi yang paling utama mereka sudah qualified dan itu tidak gampang," ujar Okto kepada Republika, Selasa (3/8).

Di tengah keterbatasan itu, kata Okto, Indonesia mengalami peningkatan dibandingkan Olimpiade Rio 2016. Pada Olimpiade sebelumnya, Indonesia meraih satu emas dan dua perak dan berada di peringkat ke-46. Di Olimpiade Tokyo, Indonesia meraih lima medali.

Selain itu, Okto mengapresiasi perubahan paradigma yang dilakukan Menpora. Dia mengungkapkan, Menpora tidak lagi berpatokan pada medali dan lebih menekankan pada peringkat di Olimpiade dan tingkat partisipasi.

"Jadi, bukan hanya menang atau kalah. Kita juga harus berani untuk menetapkan cita-cita dan target di kompetisi tertinggi dunia, yaitu Olimpiade," katanya.

Dia mengingatkan, Olimpiade selanjutnya, yaitu Olimpiade Paris 2024, semakin dekat dan tahun depan sudah mulai kualifikasi. Seluruh pengurus cabor tidak mempunyai banyak waktu dan harus segera mengalihkan fokus mereka. Indonesia harus bisa mengirimkan banyak atlet untuk meningkatkan reputasi pembinaan olahraga di Indonesia.

 
photo
Atlet panahan Indonesia Riau Ega Agatha Salsabila bersiap melepaskan anak panah saat melawan tim Inggris dalam pertandingan nomor beregu putra Olimpiade Tokyo 2020 di Yumenoshima Park Archery Field, Tokyo, Jepang, Senin (26/7/2021). Tim panahan beregu putra Indonesia gagal di babak 16 besar setelah kalah 0-6 dari Inggris. - (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)

Chef de Mission (CdM) atau Ketua Kontingen Indonesia Rosan Perkasa Roeslani melihat perjuangan atlet Indonesia sudah maksimal. Para atlet, kata Rosan, patut mendapatkan apresiasi atas pencapaian yang diberikan. Meskipun, tetap perlu evaluasi dan peningkatan untuk ajang yang akan datang.

"Tentu, kita evaluasi semua ke depan bisa lebih meningkatkan prestasi dalam ajang-ajang berikutnya, termasuk di Olimpiade Paris 2024," ujar Rosan kepada Republika, kemarin.

Hal yang tak kalah penting, kata Rosan, adalah memastikan regenerasi terus berjalan, terutama untuk cabor unggulan, seperti bulu tangkis dan angkat besi. Hal itu dibuktikan pada cabor angkat besi. Dua dari tiga penyumbang medali adalah atlet yunior, yaitu Windy Cantika Aisah dan Rahmat Erwin Abdullah.

"Kita harapkan tradisi medali bisa selalu terjaga untuk Olimpiade berikutnya. Sejauh ini kita bisa memenuhi target pemerintah," kata pria yang juga menjabat ketua umum PB Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI).

PBSI Benahi Mental dan Fisik Atlet

Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menyatakan, akan fokus membenahi mental dan fisik pemain. Kedua hal itu menjadi catatan PBSI sebagai bahan evaluasi atas pencapaian tim bulu tangkis di Olimpiade Tokyo 2020.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky mengatakan, bulu tangkis Indonesia memang mampu mencapai target mempertahankan medali emas. Namun, ia mengakui, masih banyak evaluasi yang harus dilakukan. Di antara para pemain andalan, ada yang tampil kurang maksimal.

Namun, ia memahami itu terjadi karena beban dan tekanan. "Ke depan, kami akan mencari cara untuk bisa mengatasi hal-hal tersebut," kata Rionny dalam siaran pers, Selasa (3/8).

Berdasarkan pengamatannya, faktor fisik juga menjadi pekerjaan rumah yang harus dibenahi. PBSI akan terus menyiapkan pemain muda untuk regenerasi.

Dalam ajang Olimpiade Tokyo 2020, tim bulu tangkis Indonesia meraih satu medali emas dan satu perak. Medali emas dipersembahkan pasangan ganda putri Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Medali perunggu diraih Anthony Sinisuka Ginting.

Adapun dua pasangan ganda putra yang semula diandalkan, gagal meraih medali. Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan terhenti di semifinal dan kalah dalam perebutan perunggu. Sedangkan perjuangan pasangan Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya berakhir di perempat final.

photo
Pebulutangkis ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan mengembalikan kok ke arah ganda putra Taiwan Lee Yang/Wang Chi-Lin dalam semifinal Olimpiade Tokyo 2020, di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Jumat (30/7/2021). - (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.)

Terkait penampilan Greysia dan Apriyani, Rionny yang menyaksikan langsung laga final di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Senin (2/8), mengaku sempat mengalami ketegangan. Ini karena Greysia dan Apriyani menjadi satu-satunya wakil Merah Putih di laga final. Reputasi bulu tangkis Indonesia pun benar-benar dipertaruhkan di laga tersebut.

"Saya sempat khawatir ketika pemain-pemain yang kita andalkan terhenti, tapi ketika saya melihat Greysia dan Apriyani dan pelatih Eng Hian, baik di dalam maupun di luar lapangan, saya kembali tenang dan punya keyakinan mereka bisa menang," kata Rionny.

Humas PBSI Broto Happy dalam kesempatan terpisah mengatakan, PBSI mengapresiasi PB Jaya Raya atas komitmennya mencetak atlet kelas dunia. Greysia dan Apriyani yang meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 merupakan atlet binaan PB Jaya Raya.

"Ucapan selamat bagi Jaya Raya atas keberhasilan meraih medali emas Olimpiade untuk menambah daftar emas Indonesia," kata Broto, Selasa (3/8). Greysia dan Apriyani akan kembali ke Indonesia pada Rabu (4/8) malam. Namun, keduanya harus menjalani karantina terlebih dahulu selama tujuh hari.

Pengamat olahraga, Alvino Hanafi berharap, pembinaan atlet setelah tampil di Olimpiade terus ditingkatkan. Sebab, Olimpiade sebagai salah satu pentas tertinggi olahraga bukan hanya melesatkan nama atlet, melainkan juga nama negara.

Menurut dia, pemerintah perlu mendongkrak fokus pembinaan atlet muda secara merata dan lebih jeli meneropong cabor prospektif. Cabang olahraga angkat besi, menurut dia, menjadi salah satu bukti sektor yang belum mendapat perhatian seperti olahraga lain, meski selalu membuahkan prestasi.

Sejak Olimpiade Sydney 2000, angkat besi selalu menyumbang medali bagi kontingen Indonesia. "Memang pembinaan harus terus meningkat, itu hal wajib. Pemerintah perlu lebih tajam melihat potensi atlet-atlet muda kita," katanya, kemarin.

Selain itu, ia berharap, pemerintah memberi perhatian kepada induk olahraga sesuai porsi masing-masing. Menurut dia, setiap cabang olahraga memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga perlakuannya tidak bisa sama.

Alvino mencontohkan, persepsi masyarakat yang membandingkan prestasi angkat besi dan sepak bola nasional. Menurut dia, kedua cabor tersebut perlu perhatian berbeda dari pemerintah dan masyarakat.

"Banyak orang berpendapat begini. Angkat besi bisa berprestasi kenapa sepak bola tidak? Menurut saya, tidak bisa dibandingkan seperti itu. Pembinaan keduanya memang harus ditingkatkan, tapi persoalan yang dihadapi masing-masing cabang berbeda. Jadi, hasil prestasinya juga berbeda," ujarnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat