Adiwarman A Karim | Daan Yahya | Republika

Analisis

Indonesia Setelah Covid-19

Posisi Indonesia setelah era Covid-19 diperkirakan semakin kuat secara ekonomi karena dua hal.

Oleh ADIWARMAN A KARIM

OLEH ADIWARMAN A KARIM

Posisi Indonesia setelah era Covid-19 diperkirakan semakin kuat secara ekonomi karena dua hal. Pertama, proyek strategis nasional bila berjalan sesuai rencana akan menempatkan Indonesia menjadi pemasok energi baru dunia. Kedua, tumbuhnya kekuatan ekonomi kelas menengah akan memperkuat konsumsi domestik Indonesia.

Pertama, kita bahas kegamangan kebijakan “gas dan rem” antara rencana strategis nasional yang harus terus berjalan dengan urgensi penanganan kesehatan. BBC News Indonesia edisi 28 Juli yang lalu mewartakan Indonesia diprediksi akan menjadi negara terakhir di dunia yang keluar dari krisis pandemi Covid-19 jika tidak ada kebijakan strategis yang luar biasa pada pemulihan kesehatan.

Hal itu dikutip dari epidemilog Griffith University, Dicky Budiman, yang menilai seluruh kebijakan pandemi Indonesia banyak dipengaruhi oleh kompromi politik dan ekonomi ketimbang kesehatan. Ia mencontohkan kengototan pemerintah menggelar pilkada serentak pada Desember 2020 meski banyak penolakan dari pakar kesehatan.

Pemerintah mengakui pilihan sulit antara life dan livelihood, antara hidup dan mata pencaharian. Tetapi masalah kesehatan tetap diutamakan, bukan ekonomi. Pemulihan Covid dan ekonomi global berjalan lebih cepat daripada Indonesia.

 
Pemerintah mengakui pilihan sulit antara life dan livelihood, antara hidup dan mata pencaharian.
 
 

Permintaan ekspor barang-barang Indonesia meningkat dari luar negeri, pada saat kemampuan produksi Indonesia belum pulih. Kesenjangan ini menaikkan harga barang ekspor sekaligus volume ekspor. Impor masih rendah karena ekonomi domestik belum pulih. Akibatnya neraca perdagangan membaik.

Industrial shift terbesar dunia sedang berjalan cepat di bidang energi, yaitu beralihnya kendaraan berbasis bahan bakar fosil menjadi kendaraan listrik. Nikel dan tembaga menjadi primadona baru. Para pemain global berlomba mencari negara yang memiliki tambang nikel dan tembaga. Indonesia salah satu negara terpenting penghasil nikel dan tembaga.

Agenda besar dunia ini diantisipasi dengan memasukkan industri nikel dan tembaga ke dalam Proyek Strategis Nasional. Bila agenda dunia dapat diikuti Indonesia dengan kecepatan yang sama, maka zaman oil bonanza dulu akan berulang kembali. Diduga inilah sebabnya gelombang masuknya tenaga kerja asing tetap dibuka, pada saat semua rakyat dicegah untuk mudik Lebaran.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ketika gelombang kedua Covid varian Delta menghantam India, tenaga kerja asing India masuk ke Indonesia. Proyek pembangunan pabrik Polyethylene di Kudus yang melibatkan tenaga kerja asing sempat menjadi episentrum.

Bila asumsi industrial shift dunia dan proyek strategis nasional berjalan sesuai rencana, maka Indonesia akan menjadi negara penting di era setelah Covid-19. Dengan bekerja sama dengan Cina, diperlukan upaya besar untuk mengubah dari posisi sebagai negara penambang nikel dan tembaga menjadi negara industri penghasil energi baru.

 
Bila asumsi industrial shift dunia dan proyek strategis nasional berjalan sesuai rencana, maka Indonesia akan menjadi negara penting di era setelah Covid-19. 
 
 

Kecepatan dan ketepatan proyek strategis nasional harus diimbangi dengan keterbukaan dan kehati-hatian agar di kemudian hari tidak menjelma menjadi Freeport kedua yang meninggalkan pekerjaan rumah baru. Kekayaan Indonesia selayaknya dinikmati secara pantas oleh semua rakyat Indonesia.

Kedua, tumbuhnya kekuatan ekonomi kelas menengah semakin dipercepat dengan kemajuan teknologi digital dan Covid-19 yang membuka mata kemampuan kita untuk work from anywhere. Faktor kelas menengah inilah yang mendorong tumbuhnya ekonomi syariah. Aspirasi mayoritas rakyat menemukan momentum ketika suara mereka memiliki kekuatan ekonomi.

Wolfgang Fengler dan Homi Kharas, masing-masing ekonom World Bank dan ekonom Center for Sustainable Development, dalam riset mereka “A long-term view of COVID-19’s impact on the rise of the global consumer class” menyimpulkan bahkan pandemi terburuk pun tidak akan mencegah kekuatan kelas menengah ini dalam jangka panjang.

Mereka menjelaskan tahun 2021 ini menjadi tahun terbesar kenaikan jumlah kelas menengah, 175 juta orang akan naik status ekonominya menjadi kelas menengah. Separuh populasi dunia akan membelanjakan 11 dolar AS per hari dan separuh populasi lainnya akan membelanjakan kurang dari 11 dolar AS per hari. Orang miskin dan rentan ekonomi akan tetap banyak secara jumlah populasi, tapi secara ekonomi mereka hanya enam persen dari total konsumsi, yaitu 5 triliun dolar AS.

Eduardo Yeyati dan Federico Filippini, masing-masing ekonom Global Economy and Development dan Professor Universidad Torcuato Di Tella, dalam riset mereka “Social and economic impact of COVID-19” mengingatkan bahwa dampak ekonomi Covid-19 ini akan berlangsung lama.

Ekonomi global dipercaya akan segera pulih kembali ke keadaan sebelum pandemi, tapi produk domestik bruto (PDB) akhir tahun 2021 ini masih tetap berada di bawah keadaan sebelum pandemi di negara-negara maju dan negera berkembang.

 
Mereka menjelaskan tahun 2021 ini menjadi tahun terbesar kenaikan jumlah kelas menengah, 175 juta orang akan naik status ekonominya menjadi kelas menengah. 
 
 

Mereka menekankan tiga hal yang menambah parah dampak pandemi. Pertama, ruang fiskal yang semakin terbatas dan perlunya kerja sama internasional. Kedua, kapasitas negara yang terbatas untuk menyalurkan bantuan ekonomi secara tepat dan cepat kepada rakyat. Ketiga, struktur pasar tenaga kerja informal yang besar akan semakin tertinggal dibandingkan pegawai negeri atau pegawai swasta yang masih dapat bertahan. 

Proyek strategis nasional dan kekuatan kelas menengah memang akan menguatkan ekonomi Indonesia. Pada saat yang sama terjadi perubahan struktur pelaku ekonomi. Ada sebagian yang akan bertambah kaya, ada sebagian yang tertinggal.

Ketika Bani Umayah banyak membebaskan wilayah jajahan Persia dan Romawi, kemudian memberikan hak penguasaan lahan-lahan tersebut kepada lingkaran keluarga Umayah, perlahan tapi pasti terjadi proses pembusukan di dalam pemerintahan. Di sisi lain, kesenjangan ekonomi dan ketidakpuasan sosial yang dikelola ketat terakumulasi menjadi api dalam sekam.

Pemerintahan yang dikelola secara turun temurun, pemerintah daerah yang dikuasai oleh keluarga, lingkaran pendukung fanatik yang mengambil keuntungan, di satu sisi membuat Bani Umayah semakin kuat sekaligus rapuh. Di sisi lain, ketakutan tak beralasan terhadap keluarga Rasulullah SAW, mencurigai Arab non-Umayah, menyingkirkan muslim non-Arab, membuat rakyat terbelah.

Yahya bin Muadz yang dinukil dalam kitab I’lam Bihurmati Ahli Ilmi wal Islam mengingatkan hak sesama manusia, “Jika tidak mampu memberi manfaat, cukuplah jangan beri mudharat. Jika tidak mampu membahagiakan, cukuplah jangan beri kesedihan. Jika tidak mampu memuji, cukuplah jangan mencela.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat