Hunian digital | Freepik.com

Inovasi

Berburu Hunian di Era Digital

Para penyewa kos-kosan di Indonesia begitu mengutamakan privasi.

Perubahan gaya hidup di Indonesia terkait hunian rumah terus terjadi akibat sulit dan mahalnya mencari rumah. Tak jarang hal itu membuat para generasi milenial lebih memilih menyewa kamar kos terlebih dahulu sebelum akhirnya memiliki rumah sendiri.


Hal itu yang kemudian dianggap Oyo, jaringan hotel berbasis teknologi, sebagai peluang dalam mengembangkan bisnis kos-kosan. Oyo yang telah berkembang di India dan Jepang saat ini mulai mengembangkan Oyo Life sebagai produk penyewaan tempat tinggal jangka panjang.


Oyo telah hadir di Indonesia sejak Oktober 2018. Dalam jangka waktu satu tahun terakhir, Oyo telah mengembangkan sebanyak 2.500 kamar yang ditransfor masikan di berbagai kota di Indonesia, termasuk di Jabodetabek, Bandung, dan Yogya karta.


Country Head for Emerging Business Oyo Hotels and Homes Indonesia, Eko Bramantyo, menjelaskan, Oyo menyediakan sistem hospitality yang menyeluruh dari hulu ke hilir. Dari awal ada di Indo nesia, Oyo berhasil mentransformasi ke ribuan partner kami. Setelah itu, mereka tanya kepada kami, mengapa tidak masuk ke segmentasi kos? ungkapnya.


Menurut Eko, Oyo bukanlah agregator atau perantara dari penyewa kamar dan pemilik kamar. Tapi, Oyo bekerja sama dengan para pemilik kamar untuk melakukan manajemen bisnis hospitality.


Saat ini, pasar kos di Indonesia memiliki potensi yang besar. Potensi pasar milenial yang merupakan pekerja profesional mencapai sekitar 63,4 juta. Artinya, persentasenya adalah sebanyak 24 persen dari total populasi penduduk Indonesia.


Oyo pun melakukan investasi pada pengembangan infrastruktur dan juga pengoptimalan teknologi dalam meningkatkan potensi bisnis indekos. Artinya, ada standar tertentu yang harus diperbaiki oleh pemilik kos dalam infrastruk turnya. Standar itu termasuk keamanan dan kenyamanan untuk penyewa kamar, ujar Eko menjelaskan.


Salah satu perbedaan antara penyewa kamar yang ada di India, Jepang, dan Indonesia adalah para penyewa kamar yang ada di Indonesia lebih menyukai satu kamar dengan satu penghuni. Artinya, orang- orang Indonesia lebih menyukai kamar yang menomorsatukan privasinya.


Hal ini berbeda dengan India dan Jepang. Di sana, mereka lebih terbiasa berbagi kamar dengan yang lain sehingga dalam satu kamar biasanya ada dua orang penghuni. Oleh sebab itu, mereka lebih kenal sebutan `key' atau kunci, dari pada `room' atau kamar, kata Eko mengungkap kan.


Hal lain yang menjadi kebiasaan orang- orang penyewa kamar di Indonesia adalah mereka menyukai kegiatan bersama dengan teman-teman satu kos. Dengan demikian, mereka pun suka membentuk komunitas bersama.


Eko menerangkan, Oyo di Indonesia memiliki target sebanyak 10 ribu kamar yang ditransfor masi kan olehnya pada akhir tahun ini. Rencananya, Oyo akan men jangkau kota-kota besar lainnya, seperti Jabodetabek, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, dan juga Medan.


Besarnya pangsa pasar atau potensi penyewa kos di Indonesia, diakui Eko, tak membuat Oyo pusing perihal kompetitor.Dia meyakini, justru akan ada banyak pemilik kos yang akan bisa diajak bekerja sama karena menginginkan Oyo masuk ke segmentasi kos-kosan.


Business Head Oyo Hotels and Homes Indonesia, Noopur Choundary, mengatakan, selama satu tahun berada di Indonesia, ada berbagai catatan tentang bagai mana dan apa saja yang penggunanya inginkan untuk sebuah hunian yang nyaman.


Hal yang pertama adalah, penyewa kamar menginginkan kos yang nyaman dan layak ditempati. Artinya, kamar memiliki bentuk ruangan yang memadai dan kamar mandi yang nyaman untuk digunakan.


Penyewa kamar, kata dia, juga menginginkan adanya kamar yang memiliki keamanan memadai. Artinya, adanya penjaga keamanan dan kamera CCTV menjadi hal yang dibutuhkan oleh para penyewa kamar.


Selain itu, para penyewa kamar juga menginginkan adanya kamar yang memiliki pelayanan terbaik, terutama ketika membutuhkan sesuatu yang darurat. Jadi, kami memfasilitasi pelatihan bagi pengelolanya se hingga ketika nantinya ada sesuatu hal yang darurat, maka pengelola bisa dengan cepat bergerak seperti customer service, tutur dia.


Dengan fasilitas yang demikian, dia pun membidik pasar milenial dengan bujet biaya sewa kos mulai Rp 1,5 juta sampai dengan Rp 4,5 juta. Sejauh ini, pasar demikian memang yang paling banyak menempati sebanyak 80 persen kamar yang disediakan oleh pemilik kos.

photo
Freepik.com


Sementara, daerah-daerah yang paling banyak konsumen pengguna Oyo, kata Noopur, masih terpusat di wilayah DKI Jakarta. Wilayah itu pun terdiri atas Kemang, SCBD, dan Tanjung Duren, di Jakarta Selatan.


Hadirkan berbagai pilihan

Saat ini, masyarakat yang tengah mencari pilihan hunian yang pas memiliki berbagai platform untuk membandingkan opsi-opsinya. Berawal dari laman, kini RoomMe meluncurkan akses melalui aplikasi yang sudah dapat diunduh di Playstore maupun Appstore.


Dalam aplikasi tersebut, masyarakat akan lebih dimudahkan lagi ketika hendak mencari berbagai jenis kos-kosan. Kita ada kosan reguler, ada khusus putra atau khusus putri, dan juga kosan syariah. Untuk kosan syariah ini sudah banyak jumlahnya, di Kuningan ada, di Menteng juga ada,kata CEO RoomMe, Glen Ramersan, saat di temui Republika, Selasa (8/10), di Jakarta.


RoomMe merupakan operator virtual untuk masyarakat yang mencari rumah kos. RoomMe juga akan membantu mencari kos-kosan lebih mudah sesuai kebutuhan masyarakat. Kita juga operator, karena kita yang operate building kita sendiri.Bangunan kita 100 persen di-operatesama kita sendiri dan kita sudah operateribuan kamar kos pada ratusan gedung di Jabodetabek, ujar Glen menjelaskan.


Karena bangunan kos-kosan dibangun sen diri oleh RoomMe, fasilitas yang ditawar kan RoomMe sudah setara fasilitas hotel. Apalagi, RoomMe memang memfokuskan pada pengalaman para penyewa.


Dengan demikian, kos-kosan yang disewakan harganya tentu terjangkau, nyaman, dan aman. Jadi, kita memang membuat standardisasi building kita, apa pun kategorinya. Kita ada beberapa stan dardisasi, misalnya proses check in check out, servis yang kita kasih seperti room cleaning, laundry, dan breakfast, kata dia melanjutkan.


Di luar bangunan RoomMe, pemilik kos-kosan juga bisa mudah mendaftar dengan menghubungi customer service Room Me via Whatsapp. Biasanya, pihak Room Me akan mengirim orang untuk meng audit gedung. Dan, kurang dari sepekan, para pemilik kos-kosan yang memenuhi standar bisa ikut bergabung.


Harga yang dipatok paling murah, yakni Rp 800 ribu per bulan, tetapi ada juga yang paling mahal hingga Rp 11 juta.Karena, target RoomMe sendiri memang untuk membantu masyarakat mencari tempat tinggal, bukan penginapan.


Pada aplikasi ataupun laman RoomMe, juga ada banyak beragam promo jika selalu mengikuti update-nya. Ada promo untuk tanggal tertentu, misalnya pada hari libur, lalu ada juga promo untuk downpayment (DP). Kita sekarang ini soalnya payment sudah macam-macam, ada dari transfer BCA virtual account, kartu kredit, dan juga dari Gopay, ungkap Glen.


Selama dua tahun kehadirannya, Room Me telah tersedia di Jabodetabek dan akan terus berekspansi menghadirkan layanan rumah kos ke kota-kota besar lain nya.


Untuk saat ini, RoomMe baru menjangkau wilayah Jabodetabek. Rencananya, plat form ini akan hadir juga di wilayah Bandung, Jawa Barat, Malang, Jawa Timur, dan Yogyakarta.


Apalagi, kebutuhan kos-kosan kini bukan hanya diperuntukkan bagi mahasiswa, melainkan sudah mulai meram bah ke para pegawai kantoran atau para muda- mudi yang baru memulai bahtera rumah tangga. (ed: setyanavidita livikacansera)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat