Siswa mengikuti kegiatan pengenalan lingkungan sekolah pada hari pertama pembelajaran di SDN 1 Lhokseumawe, Aceh, Senin (12/1/2021). (ilustrasi) | ANTARA FOTO/RAHMAD

Nasional

Survei Lingkungan Belajar Dinilai Politis

Kemendikbud mengeklaim, pertanyaan merupakan cuplikan dari keseluruhan survei lingkungan belajar.

JAKARTA -- Anggota Komisi X DPR Ferdiansyah menilai pernyataan survei lingkungan belajar dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) seperti pertanyaan politis. Survei lingkungan belajar dilakukan Kemendikbudristek secara resmi dalam laman mereka.

Tangkapan layar dari pertanyaan survei lingkungan belajar memiliki lima pilihan, yakni sangat tidak setuju, tidak setuju, cenderung setuju, setuju, dan sangat setuju. Survei ini diberikan untuk guru dan kepala sekolah.

Contoh pertanyaannya, yakni 'presiden lebih baik dijabat seorang laki-laki daripada perempuan', 'orang dari kelompok mayoritas agama lebih berhak menjadi pemimpin politik seperti bupati/walikota, gubernur dan presiden'.

"Ini yang menjadi menarik. Kalau ini pertanyaannya, ini mirip pilpres dan pilkada survei. Jadi bukan untuk dunia pendidikan, kalau survei kalimatnya seperti ini," kata Ferdiansyah, di Jakarta, Senin (26/7).

Politikus Partai Golkar ini pun dengan nada menyindir berterima kasih kepada Kemendikbudristek dan mengatakan survei ini bisa digunakan sebagai survei politik untuk Pilpres 2024. "Walaupun ini sebenarnya jadi pertanyaan. Jangan-jangan yang membuat survei ini orang-orang yang bernuansa politik. Jangan-jangan," kata dia.

photo
Tangkapan layar survei lingkungan belajar dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). - (Istimewa)

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Balitbangbuk) Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengeklaim, survei yang sedang dijalankan merupakan pilot study di program Sekolah Penggerak. "Jadi sebenarnya masih akan ada proses revisi berdasarkan umpan balik dan data empiris," kata Anindito, dihubungi Republika, Senin.

Sekolah yang mengisi survei termasuk dalam program Sekolah Penggerak. Tujuan dari survei diklaim untuk mengukur aspek-aspek dari sekolah sebagai lingkungan yang mendukung terjadinya pembelajaran.

Misalnya, mencakup aspek yang secara langsung berkaitan dengan pembelajaran seperti praktik pengajaran dan fasilitas belajar. Aspek lainnya, yakni yang menjadi prakondisi bagi pembelajaran seperti iklim keamanan dan kebinekaan sekolah.

Anindito menegaskan, data yang diambil dari survei lingkungan belajar tidak digunakan untuk menilai individu murid, guru, ataupun kepala sekolah. "Jawaban individu akan dirahasiakan dan survei hanya akan menghasilkan skor kolektif di tingkat sekolah dan daerah untuk memetakan persoalan keamanan seperti perundungan, toleransi, kualitas pembelajaran, dan kualitas pengelolaan sekolah," kata dia.

Anindito mengeklaim, pertanyaan merupakan cuplikan dari keseluruhan survei lingkungan belajar. Nantinya, masih akan ada proses revisi untuk menyempurnakan survei ini.

Survei lingkungan belajar adalah bagian dari Asesmen Nasional (AN). Di dalam AN mencakup tiga komponen utama, yakni Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) literasi dan numerasi, survei karakter, dan survei lingkungan belajar. "Dengan pemetaan yang dihasilkan dari tiga komponen tersebut, Kemendikbudristek dapat melakukan intervensi yang lebih terarah dan sesuai kebutuhan tiap daerah," ujar Anindito. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat