Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pandangan pemerintah pada Rapat Paripurna DPR RI Ke-23 Masa Persidangan V Tahun Sidang 2020-2021 di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Kamis (15/7/2021). Rapat tersebut beragendakan penyampaian RUU t | ANTARA FOTO/JONI ISKANDAR

Ekonomi

Realisasi APBN Topang Pemulihan

Tingkat defisit APBN hingga semester I 2021 mencapai Rp 283,2 miliar atau 1,72 persen terhadap PDB.

JAKARTA -- Kementerian Keuangan mencatat, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 sebesar 42,5 persen pada semester I 2021. Realisasi ini naik 9,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi tersebut memberikan indikasi tren pemulihan ekonomi pada paruh pertama 2021.

“Artinya, mesin pemulihan dari APBN dan konsumen bergerak seiringan dan sangat kuat pada kuartal II 2021,” ujarnya saat konferensi pers APBN Kita secara virtual, Rabu (21/7).

Sri mengatakan, program vaksinasi Covid-19 dan stimulus ekonomi juga mampu menumbuhkan optimisme pemulihan global pada semester I 2021. Hal ini terlihat dari berbagai lembaga internasional yang menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini, yaitu Bank Dunia dari empat persen menjadi 5,6 persen serta OECD dari 5,6 persen menjadi 5,8 persen.

“Bank Dunia dan OECD merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global meningkat. Itu didasarkan pada kondisi vaksinasi yang sudah cukup meluas dan stimulus perekonomian terutama di negara maju,” katanya.

Menkeu menyampaikan, tingkat defisit APBN hingga semester I 2021 mencapai Rp 283,2 miliar atau 1,72 persen terhadap PDB. Pada tahun ini, pemerintah menetapkan target defisit APBN sebesar Rp 1.006,4 triliun atau 5,7 persen terhadap PDB.

Pendapatan negara pada semester I 2021 berhasil mencapai Rp 886,9 triliun atau tumbuh 9,1 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Sementara itu, belanja negara juga mengalami pertumbuhan 9,4 persen (yoy) menjadi Rp 1.170,1 triliun.

Sri mengatakan, ekonomi domestik pada kuartal II 2021 sudah mengalami tren pemulihan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan sampai Juni 2021. “Indeks keyakinan konsumen sampai Juni 2021 sebesar 107,4. Indeks ini sejak April sudah ada pada zona optimistis di atas 100,” ujarnya.

Selain itu, indeks penjualan ritel juga pada zona optimis dengan berada pada level 225,6 pada Mei 2021. Realisasi ini naik 14,7 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. “Kenaikan itu terjadi pada masa lebaran dan diperkirakan melambat pada Juni menjadi 202,3,” ujarnya.

Kemudian, penjualan mobil secara ritel mengalami kenaikan 120,3 persen pada Juni 2021. Jika dibandingkan bulan sebelumnya tumbuh 2,5 persen. “Masyarakat atau konsumen yang memiliki optimisme atau keyakinan melakukan kegiatan konsumsi tertangkap dalam (data) penjualan ritel,” ucapnya.

Kendati demikian, Sri mengingatkan tantangan belum selesai. Adanya kehadiran Covid-19 varian Delta yang lebih mudah menular memberikan ancaman baru.

"Kita mengharapkan 2021 adalah tahun pemulihan. Namun, kemudian dihadapkan pada tantangan varian Delta yang tingkat penularannya 50 persen lebih tinggi," ujarnya.

Ke depannya, kata dia, bukan tidak mungkin akan berkembang mutasi baru virus korona. Hal ini menyebabkan situasi pandemi menjadi sangat dinamis.

"Secara global, kasus pick up. Tadinya sudah optimistis dengan vaksinasi dan jumlah kasus harian menurun. Dalam tujuh hari terakhir, kasus kematian mulai naik dan sekarang tinggi," katanya.

Oleh karena itu, Sri menyebut pemerintah berupaya melakukan pengetatan aktivitas dan mobilitas masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan nyawa rakyat Indonesia.

 
Pengetatan ini akan berdampak ke perekonomian nasional karena penurunan mobilitas masyarakat.
SRI MULYANI INDRAWATI, Menteri Keuangan
 

“Pengetatan ini akan berdampak ke perekonomian nasional karena penurunan mobilitas masyarakat. Ini dilema dari sisi kesehatan dan akan berdampak ke tren pemulihan ekonomi kita," ucapnya.

Hasil survei perbankan Bank Indonesia (BI) yang dilakukan pada Juni 2021 mengindikasikan secara kuartalan penyaluran kredit baru pada kuartal II 2021 tumbuh positif. Hal tersebut tercermin dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru sebesar 53,9 persen.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit baru terindikasi terjadi pada seluruh jenis kredit. Tertinggi pada kredit modal kerja dengan SBT 45,0 persen, diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi dengan SBT masing-masing sebesar 31,3 persen dan 13,3 persen.

"Sementara itu, pada kuartal III 2021 penyaluran kredit baru diperkirakan meningkat," katanya.

Hal ini terlihat dari SBT perkiraan penyaluran kredit baru sebesar 87,1 persen, Angka ini lebih tinggi dibandingkan 53,9 persen pada kuartal II 2021. Peningkatan tersebut akan didorong oleh kredit modal kerja, diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat