Petugas di lokasi pemakaman pekuburan Covid-19, Buper Waena, Kota Jayapura, Papua, Selasa (20/7/2021). Data pihak berwenang setempat per 17 Maret - 18 Juli 2021 menyebut dari 45 rumah sakit (RS) Pemerintah dan 16 Swasta di Papua total kasus meninggal duni | ANTARA FOTO/Indrayadi TH

Kabar Utama

Zona Merah Tertinggi Selama Pandemi 

Sebanyak 180 kabupaten/kota yang menjadi zona merah Covid-19 per 18 Juli.

JAKARTA -- Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan, sebanyak 180 kabupaten/kota yang menjadi zona merah Covid-19 per 18 Juli. Jumlah ini merupakan yang terbanyak sepanjang pandemi melanda Tanah Air, meskipun Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat(PPKM) Darurat yang kini disebut dengan Level 4 telah diberlakukan sejak 3 Juli.

Zona merah didominasi daerah dari Provinsi Jawa Timur, yakni 33 kabupaten kota, Jawa Tengah sebanyak 29 kabupaten kota, dan Jawa Barat sebanyak 21 kabupaten kota. “Zonasi risiko tingkat kabupaten kota saat ini menunjukkan perkembangan ke arah yang kurang baik. Saat ini, kabupaten kota dengan zona risiko tinggi menjadi yang terbanyak sepanjang pandemi,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Kamis (22/7). 

Dari laporan Satgas, sebanyak 281 kabupaten kota lainnya tercatat masuk dalam zona risiko sedang atau zona oranye, 51 kabupaten kota masuk zona kuning, dan dua kabupaten kota masuk zona hijau.

Pada 6 Juli atau tiga hari setelah penerapan PPKM Darurat, terdapat 96 kabupaten/kota yang masuk zona merah. Saat itu, daerah zona merah juga didominasi oleh provinsi di Jawa dan Bali. Jumlah zona merah pun kembali bertambah menjadi 129 kabupaten/kota pada 11 Juli. 

photo
Peta Risiko Covid-19 per Juni 2021 - (covid19.go.id)
 
photo
Peta Kerawanan Covid-19 per 22 Juli 2021 - (covid19.go.id)

Meski zona merah bertambah, Wiku menyebut kasus positif secara nasional terus menurun dalam sepekan terakhir. Pada 15 Juli, kasus positif sebanyak 56.757 orang dan kemudian menurun 40 persen pada 21 Juli menjadi 33.772 kasus. 

Untuk kasus kesembuhan, Satgas mencatat terjadinya peningkatan signifikan dalam tujuh hari terakhir. Jumlahnya mencapai lebih dari 70 persen. Sedangkan untuk kasus aktif terlihat mulai mengalami penurunan selama tiga hari terakhir. 

“Persentase BOR (rasio keterisian tempat tidur) harian di tingkat nasional juga konsisten mengalami penurunan selama tujuh hari terakhir dari 76,26 persen menjadi 72,82 persen,” kata Wiku.

Wiku mengakui ada sejumlah hal yang perlu menjadi perbaikan. Perbaikan itu adalah meningkatkan angka testing yang mengalami penurunan selama empat hari terakhir serta menekan angka kematian yang melonjak tinggi dalam tujuh hari terakhir.

“Angka kematian yang cenderung mengalami peningkatan selama tujuh hari terakhir ini patut dijadikan refleksi kita bersama. Terlebih sudah enam hari berturut-turut kematian kita mencapai lebih dari seribu setiap harinya,” ungkap dia.

Karena itu, Wiku menegaskan agar dilakukan upaya untuk meningkatkan jumlah testing dan menurunkan angka kematian sebelum kebijakan relaksasi pengetatan dibuka secara bertahap. Sedangkan, perkembangan kasus positif, kasus aktif, dan angka BOR harian yang menunjukkan penurunan serta peningkatan kasus kesembuhan harus dipertahankan.

“Dengan begitu zonasi risiko wilayah-wilayah yang saat ini berada di zona merah dapat segera membaik dan berpindah ke zona oranye dan zona kuning,” jelas dia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, zonasi daerah bukanlah penilaian kinerja, melainkan alat untuk kewaspadaan daerah supaya bisa mengantisipasi kondisi agar tidak menjadi berat. "(Zona merah) ini jadi bagian respons untuk menangani penurunan laju penularan Covid-19," kata Nadia kepada Republika, kemarin. 

Oleh karena itu, Kemenkes meminta kepala daerah berzona merah bisa melakukan introspeksi terkait wilayahnya yang berstatus menjadi zona merah. "Pemerintah daerah berzona merah bisa mempelajari apa yang salah dalam penanganan Covid-19," katanya.

Plt Direktur Surveilans dan Karantina Kementerian Kesehatan Prima Yosephine mengatakan, pemerintah terus melakukan evaluasi PPKM setiap pekannya di 139 kabupaten/kota yang melaksanakan. Sejauh ini, kata dia, belum ada penurunan signifikan selama tiga pekan PPKM di 124 kab/kota dan dua pekan pada 16 kab/kota yang menyusul.

"Penurunan positivity rate belum bisa kita capai, tapi testing mulai meningkat. Beberapa hari jelang Idul Adha sampai Idul Adha memang testing-nya turun," ujar Prima dalam diskusi 'Kedaruratan Kesehatan dan Hak Atas Kesehatan' Komnas HAM, Kamis (22/7).

photo
Sejumlah anak bermain usai melaksanakan shalat Idul Adha 1442 H di Masjid Raya Darussalam, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (20/7/2021). Meskipun pemerintah setempat mengeluarkan surat imbauan untuk melaksanakan shalat Id di rumah masing-masing bagi wilayah zona merah Covid-19, sejumlah masjid tetap menggelar shalat Idul Adha 1442 H secara berjamaah di masa pandemi. - (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

Prima mengakui kasus positif saat ini masih naik di beberapa wilayah. Namun, hal yang terpenting masyarakat semakin paham untuk tidak usah takut dan menyembunyikan jika mereka terpapar Covid-19. 

"Karena kalau menemukan kasus secara cepat, lebih dini, dan bisa menanggulangi dengan baik untuk menekan angka kematian, tentu dapat mengendalikan lebih cepat, sehingga penularan bisa lebih ditekan," jelasnya.

Ia menegaskan, keberhasilan pelaksanaan PPKM Darurat bukan hanya dari sektor penanganan kesehatan. Pembatasan sosial juga berperan besar. "Ini tentu yang kita harus lihat, sektor transportasi memang sudah berkurang mobilitasnya. Angka mobilitas masyarakat dari ritel dan pariwisata sudah turun, tapi efeknya tidak mungkin sepekan, paling cepat dua pekan," katanya. 

Pasien isoman

Di tengah masih tingginya penularan Covid-19, LaporCovid-19 melacak sebanyak 2.313 pasien Covid-19 yang meninggal saat isolasi mandiri (isoman) dan di luar rumah sakit (RS) hingga Kamis (22/7).

photo
Petugas Public Safety Center 119 (PSC 119) bersama petugas puskesmas mengevakuasi jenazah pasien Covid-19 yang meninggal saat isolasi mandiri (isoman) di rumahnya di Jalan Cibarengkok, Sukajadi, Kota Bandung, Ahad (18/7/2021). - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Data analyst LaporCovid-19 Said Fariz Hibban mengatakan, pihaknya mendapatkan laporan dari kontributor maupun laporan warga bahwa angka kematian pasien Covid-19 saat isoman dan di luar RS masih terjadi. Bahkan, jumlah kematian terus meningkat.  

"Total kematian isoman dan di luar RS sebanyak 2.313. Ini sumbangsih dari rekap lapor Covid-19 sebanyak 1.901, rekapitulasi CISDI 412, rekap dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta 1.161," kata Said dalam konferensi pers, kemarin. 

LaporCovid-19 mencatat, ada enam provinsi utama yang mempunyai angka kematian lebih besar dibandingkan provinsi lain. Keenam provinsi itu adalah  DKI Jakarta sebanyak 1.214, Jawa Barat sebanyak 249, Jawa Tengah 141, DI Yogyakarta sebanyak 134, Jawa Timur 72, dan Banten 68.

Said menjelaskan, laporan mengenai warga yang kesulitan mendapatkan oksigen juga masih terus berdatangan. "Kesulitan oksigen itu cukup banyak. Tercatat ada 43 laporan warga mengenai kesulitan mendapatkan oksigen hingga hari ini," ujar Said. 

Warga yang kesulitan akses oksigen kebanyakan adalah pasien isoman di rumah setelah ditolak dirawat di rumah sakit. Mengenai kendala di lapangan, dia menyebutkan ada beberapa alasan. Pertama, karena tidak ada tabung oksigen medis. Kemudian, terkendala informasi terkait ketersediaan oksigen. 

Kurangnya pasokan oksigen bahkan masih dialami rumah sakit di berbagai daerah. Beberapa rumah sakit di Sumatra Barat menyatakan mengalami kekurangan stok liquid oksigen untuk kebutuhan perawatan pasien Covid-19. “Ketersediaan kami hanya sampai pukul 3 sore ini,” kata Direktur Utama R Universitas Andalas Yevri Zulfikar, Kamis (22/7).

Yevri menjelaskan, saat ini terdapat 84 orang pasien yang sedang menjalani perawatan di RS Unand. RS pendidikan tersebut butuh oksigen 6 kubik sebanyak 250 tabung per hari. Sebelum pandemi, kebutuhan RS untuk oksigen antara 70 sampai 80 tabung. 

“Kalau biasanya pasien yang datang ke kami itu dengan gejala ringan hingga sedang, sekarang pasiennya kebanyakan yang berat dan kritis. Terbayang kan berapa banyak kebutuhan pasien-pasien seperti ini,” ucap Yevri.

Layanan di RSUD Ciamis, Kabupaten Ciamis, juga sempat terkendala pada Rabu (21/7). Melalui akun Instagram resminya, manajemen RSUD Ciamis mengumumkan tak dapat memberikan pelayanan oksigen kepada pasien karena adanya keterbatasan oksigen.

Direktur RSUD Ciamis Rizali Sofiyan mengatakan, stok oksigen di tempatnya memang sempat terbatas pada Rabu kemarin. Sebab, suplai oksigen dari penyedia memgalami keterlambatan. 

"Jadi, pasien yang keluhannya sesak tak bisa mendapatkan pelayanan oksigen. Jadi kemarin kita putuskan buat pengumuman tidak bisa memberikan layanan oksigen kemarin, karena suplainya tidak ada," kata dia saat dihubungi Republika, Kamis (21/7).

Namun, pada Rabu malam pihaknya mendapatkan kiriman oksigen sebanyak 80 tabung. Alhasil, layanan oksigen untuk pasien di RSUD Ciamis mulai kembali berjalan meski belum sepenuhnya normal.

Sebab, kebutuhan rata-rata oksigen di RSUD Ciamis mencapai 120 tabung per harinya. "Sekarang sudah ada, tapi masih terbatas," kata dia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat