Masjid Al-Hakim, Padang, Sumatra Barat, merupakan ikon wisata halal. | ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Ekonomi

Wisata Halal Cocok Hadapi Pandemi

PPHI tengah mengembangkan konsep CHSE+ untuk pemenuhan kebutuhan wisata halal.

JAKARTA -- Konsep wisata halal dinilai paling cocok dilaksanakan dalam masa pandemi Covid-19. Konsep wisata ramah Muslim pun telah sejalan dengan konsep cleanliness, health, safety, and environmental sustainability (CHSE) yang kini menjadi standar dalam penyelenggaraan pariwisata pada masa pandemi.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenparekraf Rizki Handayani mengatakan, CHSE telah memberikan dampak signifikan pada peningkatan kepercayaan masyarakat untuk berwisata dengan aman dan sehat dalam masa pandemi.

"Jika dikaitkan dengan wisata ramah Muslim, ini sesuai dengan kaidah Islam karena penyediaan fasilitas, pelayanan jadi aman, nyaman, juga sehat," kata Rizki dalam diskusi Halal in Travel Global Summit 2021, Selasa (13/7).

Wakil Ketua Umum Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Wisnu Rahtomo menyampaikan, PPHI tengah mengembangkan konsep CHSE+ untuk pemenuhan kebutuhan Muslim secara lebih lengkap. Tidak hanya dari sisi protokol kesehatan yang sesuai dengan anjuran dalam gaya hidup halal, tapi juga pemenuhan sarana ibadah, seperti sanitasi, keperluan wudhu, dan tempat shalat.

Wisnu mengatakan, konsep ini menjadi nilai tambah pariwisata halal di tengah kondisi pandemi. Secara detail, konsep itu dibagi dalam tiga lapis kategori yang diambil dari pengembangan pariwisata halal, yakni need to have, good to have, dan nice to have.

"Misalnya, level sinergi ini kita ingin terapkan CHSE dengan lapis pertama ada cleanliness, maka plusnya itu adalah toilet muslim friendly dan ada sarana ibadah," katanya.

Dari sisi amenitas, pelaku wisata juga didorong untuk memiliki sarana-sarana untuk pengelolaan air limbah, ramah lingkungan, dan bertanggung jawab. PPHI akan menggelar pilot project CHSE+ ini di wilayah Cianjur, Bandung, dan Bandung Barat.

Ketua Bidang Industri Bisnis dan Ekonomi Syariah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Bukhori Muslim, menyampaikan, DSN MUI sudah memiliki fatwa pelaksanaan prinsip wisata halal dan telah menerapkan konsep CHSE. Ini karena Islam telah mengajarkan konsep tersebut dalam keseharian.

"Kalau kita belajar fikih pertama kali, bab pertama itu adalah kebersihan. Nilai-nilainya sudah ada seperti yang disampaikan pemerintah dalam program CHSE," ujarnya.

Ia menyampaikan, konsep CHSE tersebut telah sesuai dengan nilai dasar syariat Islam. Dengan demikian, penerapan standar kebersihan, kesehatan, dan keselamatan orang lain telah sesuai dalam konsep pedoman wisata halal yang sudah ada.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Perkumpulan Pariwisata Halal (pphi.id)

Ketua PPHI Riyanto Sofyan mengatakan, ini menjadi salah satu cara untuk memitigasi dampak pandemi terhadap bisnis pariwisata ramah Muslim. "PPHI menitikberatkan pada melakukan inisiatif juga inovasi, industri didampingi dengan sesi berbagi, pelatihan, mengarahkan penguatan destinasi, dan juga kolaborasi," katanya.

Penguatan kesiapan dan ketahanan juga dilakukan industri untuk menyambut new normal pariwisata setelah pandemi Covid-19. Hal itu seperti dengan menyediakan paket-paket wisata baru yang aman dan menarik berbasis alam, kebugaran, dan budaya.

Program peningkatan kapasitas industri juga didukung oleh Kemenparekraf dalam sertifikasi CHSE program Indonesia Care. Ini merupakan manajemen penjaminan mutu para pelaku usaha dalam memfasilitasi wisatawan. Selain itu juga, ada CHSE+ yang menjamin pemenuhan kebutuhan wisatawan Muslim.

Wisata ramah Muslim juga menawarkan ragam kegiatan yang unik dan autentik. Hal itu seperti melakukan gelaran olahraga, seperti berkuda dan panahan. Riyanto menambahkan, ini merupakan stimulus untuk meningkatkan permintaan pariwisata ramah Muslim.

"Yang menjadi fokus adalah wisatawan domestic. Kita beruntung Indonesia adalah pasar cukup besar dengan nilai pariwisata Rp 290 triliun pada 2019 saat sebelum pandemi," katanya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Perkumpulan Pariwisata Halal (pphi.id)

Mengemas wisata halal dengan story telling

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI Rizki Handayani Mustafa mengatakan pentingnya pendekatan bercerita (storytelling) untuk mempromosikan wisata religi di Indonesia menjadi lebih menarik.

"Potensi wisata religi Indonesia sangat besar. Misalnya, wisata penyebaran Islam dari Sabang-Merauke, dikemas dengan storytelling, narasi. Kami berharap pemerintah daerah untuk aktif dan menggali itu, dan kami dari Kemenparekraf hadir memfasilitasi," kata Rizki.

Dia menyinggung soal upaya kementeriannya bersama sejumlah objek seperti masjid yang memiliki nilai sejarah tinggi di dalamnya, seperti contohnya adalah Masjid Istiqlal di Jakarta. "Ada beberapa strategi yang kita lakukan, seperti kerja sama dengan Masjid Istiqlal bagaimana untuk mengembangkan wisata religi, bagaimana Islam itu tak hanya untuk umat Muslim karena banyak hal yang bisa kita kembangkan," kata dia.

"Itu juga kenapa kami kerja sama dengan Istiqlal untuk membuat narasi karena mereka punya sejarah dan keberagaman toleransi yang luar biasa," imbuh Rizki.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Perkumpulan Pariwisata Halal (pphi.id)

Bentuk wisata religi pun bermacam-macam. Mulai dari mengunjungi tempat-tempat bernuansa Islami, ziarah sesuai syariah Islam, halal tourism, hingga wisata alam yang menawarkan keheningan tersendiri bagi pengunjungnya untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

"Berwisata alam -- keheningan alam bisa menjadi momen religi juga. Dan ini, kalau bisa dibuatkan cerita, menurut saya, sudah jadi bagian wisata religi. Bagaimana membuat perjalanan itu mengisi batin, karena wisata religi itu lebih ke mengisi pikiran dan hati," kata Rizki.

"Itu hanya bisa dilakukan kalau kita ada kontennya, dan itu banyak sekali. Tour operator kita banyak membuat itu, dan harus diperkenalkan. Kami mengimbau asosiasi wisata religi untuk memulai, karena potensi kita besar sekali," imbuhnya.

Selain itu, Rizki mengatakan pihaknya juga melakukan berbagai macam strategi termasuk pengembangan acara (event) di hari raya keagamaan hingga virtual travelling. "Kami memdukung untuk kegiatan virtual lokal agar nantinya mampu meningkatkan pergerakan antardestinasi. Namun, story telling ini tetap penting. Membuat paket wisata yang ada ceritanya, dan ini sedang kita dorong," pungkasnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat