Pemain timnas sepak bola Italia merayakan kemenangan pada laga final Euro 2020. | AP/Carl Recine/Pool Reuters

Kisah Mancanegara

Dan Sepak Bola pun tak Jadi Pulang

Secara keseluruhan Italia telah mengoleksi enam trofi turnamen elite dunia.

OLEH ANGGORO PRAMUDYA, FITRIYAN ZAMZAMI

“It’s coming to Rome... It’s coming to Rome!”

Tepat di depan kamera, bek legendaris timnas sepak bola Italia Leonardo Bonucci meneriakkan kencang-kencang dengan penuh emosi kata-kata tersebut. Pertandingan final Euro 2020 melawan timnas Inggris baru saja pungkas kala itu.

Bermain di Stadion Wembley, London pada Ahad (11/7) malam waktu setempat, armada Roberto Mancini sukses menundukkan tuan rumah dengan skor 3-2 melalui adu penalti setelah laga berkesudahan sama kuat 1-1 dalam 90 menit waktu normal.

The Three Lions, julukan timnas Inggris sejatinya mampu unggul cepat pada menit ke-2 lewat tembakan akurat Luke Shaw menyambut umpan lambung Kieran Trippier. Keduanya adalah bek sayap, menunjukkan betapa merata dan padunya timnas Inggris kali ini.

Namun, pada interval kedua tepatnya menit ke-67, Italia menyamakan kedudukan melalui gol kemelut Leonardo Bonucci di depan gawang Inggris. Setelah gol itu, tak ada lagi yang tercipta hingga waktu normal selesai. Demikian juga pada dua babak perpanjangan waktu.

 

Kemudian pada adu penalti, tiga dari lima algojo La Nazionale; Domenico Berardi, Leonardo Bonucci, serta Federico Bernardeschi; berhasil menaklukkan kiper Jordan Pickford.  Sedangkan tiga eksekutor Inggris yakni Marcus Rashford, Jadon Sancho, pun Bukayo Saka, gagal mengecoh kiper Gianluigi Donnarumma yang tampil gemilang.

Emosi yang diluapkan Bonucci semacam merangkum elan helatan piala Eropa tahun ini. Setelah paruh pertama turnamen, performa apik tim muda asuhan Gareth Southgate menggaungkan seruan “It’s Coming Home” di kalangan pendukung Inggris. Bahwa Inggris adalah negara asal sepak bola modern jadi alasan semboyan itu.

Pers lokal tak kurang memanas-manasi. Semacam ini turnamen hanya soal negara itu semata. Negara yang baru tahun lalu secara resmi memisahkan diri dengan kesatuan Uni Eropa.

Pendukung kontestan lain di seantero Eropa, tergambar dari ramai komentar di media sosial, jengkel dengan kejumawaan itu. Terlebih, lolosnya Inggris ke final dinilai tak lepas dari hadiah penalti kontroversial yang mengantarkan tim itu mengalahkan Denmark di semifinal pada Rabu (7/7) lalu.

photo
Pendukung Inggris menangisi kekalahan timnya di Trafalgar Square, London, Ahad (11/7/2021). - (AP/Matt Dunham)

Belum lagi seperti di laporkan the Guardian, sejumlah fans tim lain yang berhadapan dengan Inggris melaporkan pelecehan yang dilakukan oknum pendukung timnas Inggris. Seorang pendukung Denmark, misalnya, bersaksi bahwa anaknya yang berusia sembilan tahun dikata-katai, lainnya bahkan melaporkan sempat diludahi.

“Kami dengar itu hari demi hari, sejak Rabu malam ketika Inggris mengalahkan Denmark, bahwa piala ini akan pulang ke London,” kata Bonucci selepas pertandingan kemarin menyinggung fenomena tersebut dan menjelaskan perayaannya. “Mohon maaf, piala itu kini akan menjalani penerbangan menyenangkan ke Roma,” ia melanjutkan.

Secara keseluruhan Italia telah mengoleksi enam trofi turnamen elite dunia dengan catatan empat titel Piala Dunia, dengan dua gelar Piala Eropa. Mereka hanya kalah satu trofi dari timnas Jerman. Dalam perjalanannya Gli Azzurri harus menunggu sekitar 53 tahun dan dipaksa menelan pil pahit pada laga final Euro 2000, dan 2012.

"Para pemain luar biasa. Saya tidak tahu harus berkata apa, karena gelar ini sangat penting bagi semua orang dan semua penggemar," kata Mancini dilansir laman resmi UEFA, Senin (12/7).

photo
Penjaga gawang timnas Italia Gianluigi Donnarumma menahan bola yang ditendang pemain Inggris Bukayo Saka dalam adu penalti di Stadion Wembley, Ahad (11/7/2021). Penyelamatan itu menghasilkan gelar juara Euro 2020 bagi Italia. - (AP/Fabio Ferrari/LaPresse)

Adapun, selain Jorginho sebagai ruh permainan lini tengah Azzurri peran Gianluigi Donnarumma pada kejuaraan Euro kali ini jadi atensi. Eks penjaga gawang AC Milan sukses meneruskan tradisi kiper terbaik di bawah mistar gawang Italia.

Kiper kelahiran 25 Februari 1999 masuk buku sejarah usai mengantarkan negaranya, lantaran dinobatkan oleh UEFA sebagai pemain terbaik turnamen Piala Eropa 2020. Donnarumma disabet gelar tersebut setelah dalam tujuh laga sejak penyisihan grup, ia mencatat tiga tanpa kebobolan dan melakukan sembilan penyelamatan.

Selain itu, kiper produk asli jebolan akademi i Rossoneri, Milan, jadi pahlawan dalam dua adu penalti melawan Spanyol di partai semifinal, dan Inggris di final. Hal itu sekaligus menobatkan Donnarumma sebagai portiere pertama yang memenangkan trofi pemain terbaik dalam sejarah Euro.

"Kami telah melakukan sesuatu yang sangat luar biasa. Kami menang, kami tidak menyerah bahkan satu milimeter pun usai gol cepat mereka. Kami adalah tim yang fantastis dan layak mendapatkan gelar tersebut," kata kiper yang telah resmi jadi milik klub Prancis Paris Saint-Germain itu.

Nasib Buruk Berlanjut

Di sisi lain, suratan takdir mengantarkan kegagalan keduakalinya untuk Southgate, bahkan dalam arena yang sama, Stadion Wembley. Pada kejuaraan Euro 1996 Southgate yang menjadi algojo keenam timnas Inggris gagal melaksanakan tugas dengan baik.

photo
Pemain Inggris Harry Kane berjalan melintasi trofi selepas kekalahan dari timnas sepak bola Italias. - (AP/John Sibley/Pool Reuters)

Kali ini 25 tahun selepas malam memilukan itu, Southgate yang menjabat sebagai juru taktik Tiga Singa kembali mengalami nasib buruk di tempat yang sama. Kekalahan itu membuat Inggris harus lebih lama lagi menjalani puasa gelar internasional mereka.

Dalam pernyataannya Southgate mengakui kegagalan penalti Tiga Singa terjadi karena keputusan salah yang ia perbuat dalam memberikan susunan eksekutor titik putih. "Soal adu penalti itu semua keputusan saya, tidak ada yang mengambil penalti dari keputusan sendiri. Kami menang sebagai tim, dan kami semua bertanggung jawab karena tidak bisa menang malam ini," kata Southgate purna laga.

Ia agaknya berupaya mengantisipasi serangan yang bakal dilancarkan pendukung Inggris terhadap para pemain yang gagal mengeksekusi penalti. Selepas pertandingan, komentar bernada rasialis memang langsung bermunculan di media sosial, ditujukan pada tiga pemain kulit berwarna yang gagal mengeksekusi penalti.

Terakhir kali kesebelasan negeri Ratu Elizabeth menjuarai turnamen internasional Piala Dunia terjadi pada 1966. Tiga Singa saat itu menang 4-2 atas Jerman Barat lewat hattrick Geof Hurst. Selepas itu, Inggris tampil payah saat turun di ajang bergengsi.

Dalam konferensi pers sebelum pertandingan melawan Inggris, penjaga gawang timnas Denmark, Kasper Schmeichel sempat ditanya bagaimana mencegah “sepak bola pulang ke rumah”.

“Memangnya (piala itu) pernah pulang kampung?” Jawab dia sembari tersenyum.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat