Petugas kesehatan menyuntikan vaksin Covid-19 kepada warga di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin di Jakarta, Senin (21/6). Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 yang akan diadakan oleh DPP LDII bekerja sama dengan Dinkes DKI Jakarta dan Ponpes Minhaajurrosyidii | Prayogi/Republika.

Khazanah

Cegah Covid-19, Pesantren Diimbau Perketat Prokes

Per 4 Juli lalu, jumlah kiai pesantren yang wafat sudah mencapai 595 orang.

JAKARTA – Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Abdul Ghaffar Rozin atau yang akrab dipanggil Gus Rozin mengimbau pesantren di seluruh Indonesia untuk memperketat protokol kesehatan (prokes). Hal ini sangat penting mengingat sudah ratusan ulama atau kiai yang wafat diduga kuat akibat Covid-19. 

“Jika pendidikannya di dalam kompleks, laksanakan dengan prokes ketat, jangan pulangkan santri, batasi keluar masuk guru dan tamu, siapkan ruang isolasi dan standarnya. RMI PBNU sudah punya protap dan SOP yang jelas untuk ini,” ujar Gus Rozin yang juga ketua umum Rabhithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU ini kepada Republika, Selasa (6/7).

Sedangkan bagi santri yang belajarnya di luar kompleks pesantren, Gus Rozin berharap, mereka melaksanakan pembelajarannya secara daring dari asramanya masing-masing. Menurut dia, hal ini untuk menghindari penularan Covid-19 di lingkungan pesantren. 

Berdasarkan data yang diperoleh RMI dan jaringan kerjanya, lanjut Gus Rozin, saat ini ada peningkatan penularan yang sangat signifikan terhadap para kiai dan pengasuh pesantren, terutama seluruh wilayah Madura dan di daerah lainnya.

Per 30 Juni lalu, ia menyebut, jumlah kiai yang wafat sudah mencapai 541 orang. Menurut Gus Rozin, angka tersebut masih terus bertambah, sehingga pesantren perlu meningkatkan kewaspadaan. “Per 4 Juli kemarin angka wafat kiai sudah tembus 595. Dan per hari ini sudah bertambah lagi sangat banyak,” ucap Gus Rozin.

Ia menjelaskan, sebenarnya sudah ada kesadaran yang cukup besar di pesantren untuk waspada terhadap penularan Covid-19. “Tapi, kondisi setelah Lebaran, bosannya masyarakat dengan pandemi dan faktor lain menjadikan ketaatan terhadap protokol kesehatan longgar. Ditambah lagi dengan varian baru Covid-19 yang memang tidak terantisipasi dengan baik,” kata Gus Rozin.

Karena itu, ia memohon kepada para kiai dan nyai di pesantren untuk tidak menerima tamu dulu di masa darurat ini. Begitu juga kepada para jamaah, alumni, dan wali santri untuk tidak mengundang kiai pesantren ke acara yang bersifat massal.

Untuk menjaga para ulama dan kiai di masa pandemi ini, dia pun meminta kepada pemerintah mempercepat pelaksanaan vaksinasi untuk masyarakat pesantren. “Percepat pelaksanaan vaksinasi untuk para kiai, guru-guru pesantren dan para santri tanpa memandang domisili dan administrasi yang rumit. Buka lebar-lebar akses vaksinasi dan permudah prosedurnya,” ujar dia.

Sementara itu, Ketua Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren Muhammadiyah (LP3M) PP Muhammadiyah, Maskuri, mengatakan, penyelenggaraan pendidikan di pesantren Muhammadiyah memprioritaskan keselamatan jiwa dan kesehatan para santri, kiai, ustaz, pamong, musyrif, dan tenaga kependidikan pada masa pandemi Covid-19.

"Proses pembelajaran secara tatap muka pesantren Muhammadiyah dilakukan setelah pandemi Covid-19 dinyatakan aman oleh pemerintah daerah. Untuk lebih jelasnya, sudah ada edaran terkait prosedur operasional standar (POS) yang dikeluarkan pada 21 Juni lalu," kata dia.

Adapun dalam POS, antara lain disebutkan, pesantren Muhammadiyah menyelenggarakan pendidikannya dalam satu kompleks yang tidak berbaur dengan lingkungan dan aktivitas masyarakat. Dengan demikian, terhindar dari bahaya tertular Covid-19 dari pihak luar atau sebaliknya.

Pesantren juga membentuk Tim Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19, sehingga ketika ada warga pesantren terindikasi terpapar Covid-19 dapat segera diatasi.

Pesantren, menurut Maskuri, juga membentuk panitia kedatangan santri ke pesantren. Dalam hal ini, pesantren memastikan bahwa seluruh lingkungan pesantren dalam kondisi steril tiga hari sebelum kedatangan santri.

Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), Prof KH Amal Fathullah Zarkasyi, juga menegaskan, para santri dan kiai harus waspada dan menjaga prokes. "Tapi, kalau shalat Jumat tidak apa-apa (dilaksanakan), pengalaman di Gontor tetap Shalat Jumat," kata dia.

photo
Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Prof KH Amal Fathullah Zarkasyi (kanan). Foto diambil sebelum pandemi Covid-19. - (Republika/Prayogi)

Ketua Forum Komunikasi Pesantren Mu'adalah (FKPM) ini menerangkan, di Pondok Modern Darussalam Gontor, setiap santri dan guru sebelum masuk pondok menjalani tes Covid-19 dulu. Tujuannya, agar tidak ada orang yang masuk lingkungan pondok dalam kondisi positif Covid-19.

Jika ada satu atau dua orang yang memiliki gejala ringan, seperti terpapar Covid-19, mereka bisa diobati di lingkungan pondok. Mereka tidak perlu dibawa ke rumah sakit. "Semua pondok pesantren cabang begitu cara menanggulangi Covid-19," ujar Kiai  Fathullah.

Ia juga mengatakan, karena pandemi Covid-19 sedang mengganas, sekarang para kiai mulai membatasi aktivitasnya di luar pondok pesantren. Ia menyarankan, jika ada undangan yang tidak terlalu penting, tidak perlu dihadiri. "Lebih baik menjaga kesehatan dengan tidak pergi ke tempat berkerumun," katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat