Pemandangan alam di objek wisata Leuwi Pangaduan Bogor | Youtube

Bodetabek

Leuwi Pangaduan, Destinasi Wisata di Ujung Desa

Warga Kampung Muara membangun Leuwi Pangaduan dengan modal seadanya.

OLEH SHABRINA ZAKARIA

Di kampung terakhir Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor terdapat tempat wisata baru. Dilengkapi pemandangan dari Gunung Pamanisan dan Gunung Pancar, Leuwi Pangaduan bisa menjadi tempat untuk tadabur alam, bagi masyarakat yang bosan dengan hiruk pikuk perkotaan.

Meski bernama Leuwi (kolam) Pangaduan, destinasi wisata ini bukanlah tempat untuk ‘mengadu’. Nama pangaduan, berasal dari tempat bersatunya dua arus air, yakni dari Curug Cibimbin dan Sungai Citereup. Dalam arti lain, sama dengan muara. Seperti nama dari kampung tempat Leuwi Pangaduan berada, Kampung Muara.

Sambil menikmati pemandangan alam, pengunjung bisa bermain di kolam. Disertai sepoi-sepoi angin dari hutan dan sawah yang ada di sekitarnya. Salah seorang warga Kampung Muara, Dadan Andika Putra, menjadi saksi di mana tempat wisata ini dulunya hanyalah aliran sungai dengan bendungan biasa.

Hingga akhirnya masyarakat sekitar berinisiatif untuk mengembangkan potensi alam yang ada, ditambah dengan pemandangan indah yang disajikan. Dimulai pada Oktober 2018, warga Kampung Muara membangun Leuwi Pangaduan dengan modal seadanya, dari uang kas kampung sebesar Rp 15 juta.

Pada 2019, Leuwi Pangaduan mulai beroperasi menerima pengunjung dengan fasilitas yang belum memadai. Hanya ada satu saung, dua toilet, dan satu mushala. Sekitar Juni 2020, tepatnya setelah Lebaran Idul Fitri 1441 Hijriyah, sebuah yayasan bernama Hubbul Wathon Indonesia (WHI) 2019 tertarik untuk mendanai operasional dan turut membangun Leuwi Pangaduan.

Berbagai rintangan dilalui, hingga akhirnya pada November 2020 Leuwi Pangaduan resmi beroperasi di bawah tangan masyarakat setempat bersama Yayasan HWI 2019. Lengkap dengan 24 saung, 17 warung, dan wahana permainan, seperti flying fox, becak mini, dan rakit.

“Setelah beres Lebaran, yayasan masuk untuk mendanai kita. Pertama pengerjaan kita bareng-bareng sama yayasan, pengerjaan hampir satu tahun. Sampai November 2020 kita buka kembali dengan sudah adanya fasilitas gazebo, lapak warung, mushala dan toilet,” kata Dadan kepada Republika akhir pekan lalu.

Penanggung Jawab dari Leuwi Pangaduan, Alan Maulana (43 tahun), menceritakan kisahnya, bagaimana pertama kali Yayasan HWI 2019 tertarik untuk turut mendukung pengelolaan Leuwi Pangaduan. Mulanya, Yayasan HWI 2019 membuka peternakan sapi dan perkebunan rumput gajah, yang berjarak 100 meter dari Leuwi Pangaduan.

Meski pengelolaan sudah diserahkan ke Yayasan HWI 2019, pihak yayasan tetap mempertahankan warga yang bekerja di sana. Setidaknya, ada 60 warga Kampung Muara yang bekerja di Leuwi Pangaduan. Sehingga, tidak ditemukan adanya pungutan liar (pungli) menuju Leuwi Pangaduan.

Alan mengaku, tidak ingin mengubah kealamian dari Leuwi Pangaduan. Sehingga, dia memilih ornamen, seperti bambu dan kayu untuk digunakan sebagai fasilitas pendukung. Seperti mushala, saung, gazebo, pegangan tangga, bahkan rakit di danau buatan.

Saat ini, dari dua hektare luas kawasan Leuwi Pangaduan, baru 70 persen yang sudah terealisasi dari master plan yang dimiliki Yayasan HWI 2019. Di luar fasilitas, seperti family camp, play ground, flying fox, becak mini, dan perahu rakit. Ke depannya Leuwi Pangaduan akan memiliki vila dan resort yang bisa digunakan untuk wisatawan beristirahat, terutama yang datang dari luar Bogor.

Susi (27 tahun) merupakan salah seorang warga yang turut bekerja di Leuwi Pangaduan. Tak hanya dia, suaminya juga turut bekerja di tempat wisata ini untuk menghidupi dua orang anaknya. Dia tidak menyangka, tempat yang dulunya hanya berupa sungai, persawahan, dan kebun, bisa menjadi mata pencaharian warga.

“Harapannya, ke depan bisa lebih maju. Soalnya sekarang jadi mata pencaharian masyarakat,” ujar wanita berkerudung ini.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat