Pemimpin Uni Eropa berkumpul dalam KTT Eropa di in Brussels, Kamis (24/6/2021) | AP/Olivier Hoslet/Pool EPA

Internasional

Uni Eropa Resmi Gunakan Paspor Vaksin

Warga Eropa harus membawa sertifikat yang mencakup informasi tentang vaksinasi Covid-19.

BRUSSELS – Uni Eropa resmi memberlakukan kembali perjalanan bebas lintas-batas antara negara-negara anggotanya mulai Kamis (1/7). Namun, ada aturan baru, yaitu warga Benua Biru itu harus membawa sertifikat, baik digital maupun fisik, yang mencakup informasi tentang vaksinasi, tes, atau telah pulih dari Covid-19.

Sertifikat tersebut dikenal dengan European Union Digital Covid Certificate (EUDCC) yang bertindak seperti paspor. Sertifikat tersebut resmi, gratis, dan harus diakui 27 negara anggota Uni Eropa serta Swiss, Liechtenstein, Islandia, dan Norwegia.

Sertifikat digital itu bisa saja ditunjukkan dalam telepon seluler (ponsel) atau dicetak secara fisik. Sertifikat itu akan memuat kode QR yang berisi data si pemegang sertifikat. Sertifikat itu menggunakan bahasa nasional negara bersangkutan dan bahasa Inggris.

EUDCC berlaku dalam tiga situasi. Pertama, membuktikan apakah seseorang telah divaksinasi Covid-19. Kedua apakah mereka memiliki tes negatif baru-baru ini. Ketiga, apakah individu terkait dianggap imun setelah pernah terinfeksi Covid-19. Untuk yang terakhir, bukti tes PCR yang menunjukkan hasil positif diperlukan.

Kemudian perihal vaksinasi, negara wajib menerima vaksin yang disetujui European Medicines Agency (EMA), yakni Pfizer-BioNTech, Moderna, AstraZeneca, dan Johnson & Johnson. Mereka juga dapat menerima, meskipun ini tidak wajib, warga yang divaksinasi menggunakan vaksin Sputnik V. Vaksin produksi Rusia tersebut diketahui disahkan beberapa negara Uni Eropa.

Orang yang telah mendapat vaksin Covid-19 dalam waktu 14 hari sebelumnya, diizinkan untuk bergerak bebas di dalam sesama negara Uni Eropa. Saat ini, sekitar 40 warga usia dewasa di anggota Uni Eropa telah mendapatkan vaksinasi.

Pembatasan untuk pelancong dilakukan berdasarkan negara tempat mereka berasal dan cara negara tersebut menangani Covid-19. Hal ini ditandai oleh kode warna sesuai pedoman lembaga pencegahan dan penangan penyakit di Eropa yaitu European Centre for Disease Prevention and Control.

Mereka yang berasal dari zona hijau menunjukkan negara mereka berhasil mengendalikan kasus Covid-19. Mereka tidak menghadapi pembatasan. Sedangkan warna orange menunjukkan kemungkinan harus dites Covid-19, dan warga merah kemungkinan harus menjalani karantina. Sedangkan perjalanan yang tidak esensial masuk kelompok merah tua.

Mengenai pengoperasian EUDCC, pada Rabu (30/6) malam, 21 negara anggota Uni Eropa sudah terhubung ke jaringan sistem dan enam lainnya secara teknis siap. Periode implementasi bakal bertahap, dengan masa tenggang berjalan hingga 12 Agustus untuk negara-negara yang belum siap pada 1 Juli.

Selama periode itu, negara-negara lain harus menerima dokumen nasional. Syaratnya, dokumen itu harus berisi data yang diperlukan di tingkat Eropa. Menurut laporan Euronews, saat ini Uni Eropa sedang melakukan pembicaraan dengan beberapa negara lain, termasuk Inggris dan Amerika Serikat (AS), untuk bisa mengakui sertifikat tersebut.

Peringatan WHO

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan tentang potensi lonjakan kasus Covid-19 di Eropa, terutama untuk varian Delta. Kapala WHO untuk Eropa, Hans Kluge, mengungkapkan, pekan lalu kasus baru Covid-19 di Eropa naik 10 persen.

Hal itu terjadi karena adanya peningkatan perjalanan, pertemuan, dan pelonggaran pembatasan sosial. “Akan ada gelombang baru di kawasan WHO Eropa, kecuali kita tetap disiplin,” ucapnya, menekankan pemberlakuan protokol kesehatan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat