Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Menjaga Lisan

Rasulullah SAW memberikan jaminan bagi orang yang mampu mengendalikan lisannya dengan surga.

Oleh MUHAMMAD RAJAB

 

OLEH MUHAMMAD RAJAB 

Begitu pentingnya menjaga lisan, sampai-sampai Rasulullah SAW memberikan jaminan bagi orang yang mampu mengendalikan lisannya dengan surga. Dalam hadisnya Nabi SAW bersabda, “Barang siapa menjaminku akan menahan apa yang ada di antara kedua janggutnya (lisan) dan kedua kakinya (kemaluan), maka aku jamin baginya surga.” (HR Bukhari No 6.474).

Dalam kitab Tahdzibu Mau’idzatil Mukminin Min Ihya’ Ulumiddin disebutkan bahwa Abdullah bin Mas’ud berkata, “Demi Allah yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, tidak ada sesuatu yang perlu dipenjara dalam waktu yang lama selain lisan.” Sementara Thawus mengatakan “Lisanku adalah binatang buas. Jika aku melepaskannya maka dia akan memakanku.”

Baik buruk dan keselamatan seseorang juga ditentukan oleh seberapa baik ia dalam mengendalikan lisannya. Banyak orang menjadi mulia karena lisannya. Namun, tak sedikit pula yang terjerumus dalam kehinaan karena tak mampu menahannya. Karena itu, menjaga lisan agar tetap berkata baik dan benar serta menjauhkannya dari dusta menjadi satu keharusan. Dalam mengendalikan lisan dibutuhkan mujahadah dan komitmen yang kuat.

Mengingat pentingnya perkara menjaga lisan ini, Islam memberikan aturan dan rambu-rambu khusus agar umatnya selamat dari bahaya lisan. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar.” (QS al-Ahzab: 70-71).

Selain itu, Islam memandang bahwa menjaga lisan menjadi tolok ukur tinggi-rendahnya keislaman dan keimanan seseorang. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, “Seorang Muslim adalah seseorang yang orang Muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR Muslim No 41).

Salah satu cara yang disampaikan Rasulullah dalam menjaga lisan adalah berupaya untuk selalu berkata baik atau jika tidak bisa maka diamlah. Pesan Nabi SAW dalam hadisnya, “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya ia berkata yang baik atau diam.” (HR Bukhari No 6019).

Pesan Rasulullah SAW di atas dapat diterapkan dalam bentuk mengamalkan adab-adab dalam berbicara. Misalnya, menghindari pembicaraan yang tidak penting, menahan pembicaraan yang mengandung unsur permusuhan, penghinaan, cacian, merendahkan orang lain, dusta, serta menghindari ghibah atau membicarakan aib orang lain.

Karena itu, sebelum berbicara hendaknya kita memikirkan dulu, apakah yang akan kita sampaikan baik atau tidak, dapat menyinggung perasaan orang lain atau tidak. Sebab, ketika sebuah ucapan sudah telanjur diungkapkan dan menyakitkan orang lain sulit untuk ditarik kembali. Ada sebuah pepatah bahwa lisan itu lebih tajam dari pedang.

Di era informasi seperti saat ini, menjaga lisan juga dapat dimaknai dengan menjaga unggahan yang ada, terutama di media sosial. Apa yang kita unggah di media sosial seharusnya berada dalam kontrol yang baik.

Sebab, yang ditulis bukan hanya akan dibaca oleh satu atau dua orang, tetapi sudah menjadi konsumsi publik. Dalam kondisi demikian, mestinya kehatian-hatian perlu lebih ditingkatkan lagi dibandingkan menjaga lisan secara langsung.

Wallahu a’lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat