Petugas Public Safety Center 119 (PSC 119) bersama warga menggotong peti jenazah dengan protokol Covid-19 di Jalan Muararajeun Lama, Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Rabu (23/6/2021). KH Bey Arifin mengajak pembaca selalu ingat kehidupan sesudah kematian, | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Kitab

Buku KH Bey Arifin: Merenungi Negeri Akhirat

Melalui buku ini, KH Bey Arifin mengajak pembaca untuk selalu ingat adanya kehidupan sesudah kematian, yaitu di akhirat.

OLEH MUHYIDDIN

Salah satu tanda keimanan ialah percaya pada eksistensi akhirat. Islam mengajarkan, kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Sesudah dunia yang fana, terdapat dunia yang lebih kekal. Bahkan, perjalanan setiap insan sejatinya menuju negeri akhirat.

Alquran menamakan akhirat dengan pelbagai sebutan, seperti al-hayawan atau al-qarar. Disebut al-hayawan karena di situlah kehidupan yang sebenarnya. Perkara itu telah diingatkan dalam surah al-Ankabut ayat 64, yang artinya, “Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya (al-hayawan), sekiranya mereka mengetahui.” Adapun nama al-qarar dinukil dari surah Ghafir ayat 39 dan an-Nur ayat 25. Artinya, “Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal (al-qarar).

Untaian nasihat tentang akhirat diracik dengan apik oleh KH Bey Arifin (1917-1995). Melalui bukunya yang berjudul Hidup Sesudah Mati, ulama dari ranah Minangkabau tersebut mengingatkan sidang pembaca untuk berpikir visioner sebagai Muslim. Dalam arti, hendaknya mereka memanfaatkan jatah usia dengan sebaik-baiknya untuk bekal diri masing-masing di akhirat kelak.

Bey Arifin lahir di Desa Parak Laweh, Kecamatan Tilatang, Agam, Sumatra Barat, pada 26 September 1917. Ia dikenang sebagai seorang juru dakwah dan imam tentara yang aktif selama bertahun-tahun. Sosok yang wafat di Surabaya, Jawa Timur, itu pun menjalin persahabatan dengan banyak tokoh militer Tanah Air, termasuk Panglima Besar Jenderal Sudirman. Pak Dirman bahkan menganggap Kiai Arifin sebagai salah seorang gurunya. Dalam buku biografi sang ulama, panglima pertama TNI itu menyumbangkan tulisan yang berjudul “Ustadz H Bey Arifin sebagai Perwira Rohani dalam Kesatuanku dan Juga Sebagai Guruku.”

Tidak hanya piawai dalam berceramah, Kiai Bey Arifin pun gencar berdakwah melalui tulisan. Salah satu karyanya yang populer di tengah umat ialah Hidup Sesudah Mati. Mengenai isinya sendiri, buku ini mungkin akan membuat para pembaca membayangkan tentang hari kiamat, surga, neraka, dan sebagainya. Tema-tema yang disajikannya memang menyentuh hati sehingga tak heran jika buku ini tenar pada zamannya.

Menurut Kiai Arifin, ilmu tentang akhirat adalah puncak dari seluruh ilmu pengetahuan. Orang yang telah mendapatkan titel kesarjanaan dalam ilmu pengetahuan yang lain, lanjutnya, belum tentu sampai di puncak ilmu pengetahuannya jika belum meyakini adanya kehidupan sesudah kematian.

Ia menguraikan pembahasan alam akhirat tersebut berdasarkan hadis-hadis yang barangkali jarang terdengar. Penulis juga tak lupa mengambil surmber dari Alquran. Karena itu, buku ini akan membuka mata hati banyak orang tentang makna hidup yang sebenarnya.

Ia menyajikan pembahasan buku ini secara sistematis. Pembahasannya dimulai dengan keimanan kepada kehidupan akhirat. Pada bagian ini, Arifin menjelaskan, ada dua tujuan diutusnya para nabi dan rasul. Pertama, menerangkan kepada manusia tentang Tuhan yang sebenarnya, yaitu Allah Yang Maha Esa. Kedua, menjelaskan bahwa setelah meninggal dunia, mereka akan dihidupkan kembali dan menempuh kehidupan yang kedua kalinya.

Inilah akhirat, kehidupan yang kekal dan abadi. Di dalamnya, setiap manusia akan menerima pembalasan dari perbuatan yang pernah dilakukan selama hidup dahulu. Perbuatan yang baik akan mendapatkan balasan yang baik pula. Perbuatan jelek akan dibalas dengan kejelekan, yakni azab atau siksa yang pedih.

Selain menanamkan keimanan terhadap Hari Akhir, penulis juga berusaha menjawab orang-orang yang masih meragukan akhirat. Sebab, menurut Arifin, kalangan yang berselisih tentang kehidupan akhirat ini muncul di sepanjang sejarah. Tidak hanya kaum musyrikin yang menolak risalah Islam pada zaman Rasulullah SAW hidup, tetapi juga manusia modern yang berada di abad ke-21 ini.

photo
Melalui buku ini, KH Bey Arifin mengajak pembaca untuk banyak-banyak mengingat kematian. - (DOK PRI)

Bedanya, menurut Bey, jika orang dulu meragukannya karena kebodohan dan kepicikan pengetahuannya, maka dalam abad modern sekarang ini orang meragukannya karena merasa tinggi lantaran memiliki teknologi. Allah SWT telah berfirman dalam surah an-Naml ayat 66-68.

Artinya, “Bahkan pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana). Bahkan mereka ragu-ragu tentangnya (akhirat itu). Bahkan mereka buta tentang itu. Dan orang-orang yang kafir berkata, ‘Setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) nenek moyang kita, apakah benar kita akan dikeluarkan (dari kubur)? Sejak dahulu kami telah diberi ancaman dengan ini (hari kebangkitan); kami dan nenek moyang kami. Sebenarnya ini hanyalah dongeng orang-orang terdahulu.’”

Ya, perbantahan yang orang-orang fasik atau kafir suarakan sudah disinggung dalam Alquran lebih dari 1.400 tahun lalu. Karena itu, Kiai Arifin menukas, perlunya dakwah Islam sampai kepada seluas-luasnya publik. Siapapun yang menolak akhirat, berarti tidak mau mengakui kebenaran.

Dalam buku ini, penulis juga membahas seputar roh manusia, khususnya keadaan roh manusia sesudah mati. Dalam pembahasa ini, penulis mengemukakan pendapat dari filsuf muslim seperti Imam al-Ghazali, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Sina. Tidak hanya dari kalangan Islam, dalam buku ini penulis juga mengemukakan pendapat para pemikir filsuf Barat, seperti Socrates, Aristoteles, Nietzche, dan Descartes.

photo
Sampul muka sebuah buku bergambar KH Bey Arifin - (DOK Repro Buku Bey Arifin Kontra Yusuf Roni)

Bey Arifin mengatakan, semua ajaran dan pendapat tersebut merupakan harta pusaka yang tak ternilai harganya bagi manusia yang hidup di dunia ini. Alangkah bodohnya sebagian besar manusia yang hidup sekarang ini yang menyia-nyiakan pusaka berharga tersebut.

Namun, hal yang juga menarik dalam buku ini adalah usaha penulis dalam menggambarkan surga dan neraka berdasarkan ayat-ayat Alqur’an dan hadits Nabi. Meskipun pada akhirnya tetap saja tidak ada yang lebih mengetahui hal itu kecuali Allah Swt.

Dalam membahas tentang surga misalnya, penulis mengungkapkan luasnya surga, tingkat-tingkat surga, pintu-pintu surga, kendaraan surga, pasar di surga, wanita surga, serta lagu dan musik di surga. Semua hal yang ada kaitannya dengan surga dipaparkan penulis dengan bahasa yang mudah dicerna, sehingga orang yang beriman akan rindu dengan surga.

Memang, menurut Bey Arifin, berita yang paling menggembirakan bagi orang yang beriman adalah berita tentang surga. Sedangkan berita yang paling menakutkan adalah berita tentang neraka. Sementara, bagi orang yang tak beriman, mungkin berita yang paling menggembirakan adalah berita tentang harta kekayaan yang banyak, dan berita yang paling menakutkan baginya adalah mati.

Selain itu, buku ini juga menjelaskan tentang keadaan neraka dan ayat-ayat Alqur’an tentang neraka. Menurut Bey Arifin, saat menerangkan tentang keadaan neraka, Rasulullah tampak keatukan sekali, sampai kata-kata beliau terputus-putus, badan beliau maju mundur dan gemetar, seakan-akan beliau melihat sendiri neraka itu. Bahkan, beliau sampai menangis dengna air mata bercucuran.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim, Bukhari, Turmudzi, dan Nasa’i dijelaskan, setelah turun ayat “wa andzir ‘asyiiratakal aqrabiina” (Beri peringatanlah akan keluargamu yang terdekat), Rasulullah Saw memanggil suku Quriasy yang umum dan yang khusus, lalu berkata,

“Hari masyarakat Quriasy, jauhkanlah dirimu dari neraka! Hari masyarakat Bani Hasyim, hindarkanlah dirimu dari neraka! Hai masyarakat Bani Abdul Muththalib, hindarkanlah dirimu dari neraka! Hai Fathimah anak perempuan Muhammad, hindarkanlah dirimu dari neraka! Karena demi Allah, aku sendiri tidak punya kekuasaan sedikit pun dari Allah, hanya perasaan kasih sayang terhadap kamu, yang efeknya hanya ibarat seteguk air (bagi orang dahaga).”

Dari 142 tema yang dibahas dalam buku ini, penulis juga membicarakan cukup banyak tentang tafsir Alqur’an. Setidaknya penulis menjelaskan tafsir 79 surat Alqur’an yang terkait dengan kehidupan sesudah kematian.

Buku setebal 656 halaman ini merupakan karya tulis bertema Islami yang terbaik hingga saat ini. Maka, sangat layak diberikan rating bintang lima. Buku ini menjadi semacam makanan rohani bagi orang-orang yang beriman. Beberapa pembahasannya juga akan mengingatkan pada kematian. Namun, mungkin ada sedikit kepenatan saat membaca buku, karena tulisannya agak kecil dan rapat, serta berparagraf agak panjang-panjang.

 

DATA BUKU

Judul: Hidup Sesudah Mati

Penulis: H Bey Arifin

Penerbit: Zahira

Tebal: 656 halaman

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat