gambar adegan suicide squad 2021 | Youtube

Geni

Mengulik Masa Depan Genre Superhero

Kebosanan terhadap film genre superhero dinilai belum menjadi ancaman nyata.

Film bergenre pahlawan super (superhero) mampu mempertahankan eksistensinya di layar lebar lebih dari satu dekade. Tidak berlebihan jika dibilang genre tersebut mendominasi industri perfilman Hollywood. 

Marvel Cinematic Universe (MCU), DC Extended Universe (DCEU), hingga Sony Pictures Universe of Marvel Characters menjadi raksasa genre superhero dengan ekspansi yang stabil. Sejak 2008, MCU telah sukses menyajikan berbagai cerita menarik yang tanpa henti.

MCU sudah menghadirkan tiga fase yang ditutup dengan Avengers: Endgame pada 2019. Ini baru permulaan karena fase keempat dengan berbagai proyek baru sedang dirancang dan dipersiapkan. Saat ini, para penggemar telah diperkenalkan dengan Chaos Magic dan Multiverse lewat serial “WandaVision”, “Loki”, dan “The Falcon and the Winter Soldier”.

Dilansir di Screen Rant pada Jumat (25/6), kesuksesan MCU di dunia hiburan global tak pernah diduga sebelumnya. Film Avengers: Infinity War dan Avengers: Endgame sama-sama berhasil memecahkan rekor penjualan dan pendapatan. Namun, ada dugaan bahwa pada titik tertentu MCU tidak akan terus ajek di box office. Jadi, sampai kapan Marvel bertahan?

Presiden Marvel Studios, Kevin Feige, menjamin adanya kelanjutan kisah yang tak kalah menarik di fase keempat, dibandingkan fase-fase karya MCU sebelumnya. 

"Saya berharap, langkah ini seakan mengatakan, 'Bersiaplah untuk yang baru dan berbeda,'" kata Feige.

MCU menghadapi tantangan terbesarnya selama pandemi Covid-19. Penundaan rilis film-film superhero di bioskop sangat tak terduga.

Namun, hal tersebut tak membuat MCU kehilangan akal. Menurut Feige, kehadiran layanan streaming menjadi peluang tersendiri untuk mengembangkan MCU secara kreatif.

"Kami memiliki sejumlah proyek yang awalnya hanya dapat Anda lihat di bioskop. Namun, ini (serial eksklusif) juga menjadi tontonan yang layak ditunggu,” ujarnya.

Menurut profesor di Sekolah Tinggi Seni Visual dan Pertunjukan Syracuse University yang mengajar Retorika Film: Marvel Cinematic Universe, Kendall Phillips, kebosanan genre superhero belum menjadi ancaman nyata. Apabila kualitas film tidak melunturkan kekaguman penonton, tidak ada alasan bagi MCU untuk segera berakhir. 

Setelah mengulik bagaimana masa depan MCU, sekarang mari beralih ke pesaingnya, DCEU. DCEU bukan dimulai dengan film Man of Steel (2013), melainkan delapan tahun sebelumnya dengan Batman Begins (2005) arahan sutradara Christopher Nolan.

Menurut sineas Zack Snyder, ide pengembangan DCEU dari versi Nolan dibahas pada awal pengembangan reboot film Man of Steel. “Tidak 100 persen ada di dalam pembahasan, kami hanya membahasnya sedikit,” kata Snyder seperti dilansir di laman the Guardian pada Mei lalu.

Snyder mengisyaratkan, salah satu alasan di balik berkembangnya DCEU adalah fakta bahwa aktor Christian Bale memilih pensiun memerankan karakter Batman dalam film The Dark Knight Rises (2012). Joseph Gordon-Levitt juga menolak untuk menggantikan peran Bale sebagai Batman dalam sinema itu.

Bagi sebagian besar fan dan pengamat film, kebosanan terhadap genre superhero akan menjadi masalah terbesar bagi pihak studio. Ditambah lagi, para pembuat film sudah menghadirkan banyak cerita berbeda.

Meski begitu, ancaman kebosanan terhadap genre superhero dinilai belum muncul sepenuhnya, dan kemungkinan tidak dalam waktu dekat. Bukan berarti, genre tersebut bisa tetap statis atau stagnan sebab tantangan masih terus mengintai.

"Biar bagaimanapun, penonton akan terus mendukung film sampai pasarnya kering, idenya habis, dan eksekusinya tidak ada," kata mantan wakil ketua kelompok film di Paramount Pictures, Barry London, seperti dilansir di laman Observer, Kamis (10/6).

Spin-off yang kian mencuri perhatian 

Spin-off dari waralaba film besar kerap mendapat rapor buruk. Seperti prekuel dan reboot, spin-off sering kali digarap hanya demi mengumpulkan pundi-pundi uang tambahan dari penggemar yang menyukai film aslinya.

Spin-off telah mengalami sedikit kebangkitan selama dekade terakhir ini. Tidak hanya makin marak film spin-off yang dibuat oleh studio besar Hollywood, dalam beberapa kasus, film spin-off malah dinilai lebih berkualitas dibandingkan film aslinya. Lihat saja film-film spin-off seperti Spider-Man: Into the Spider-Verse, Bumblebee, Deadpool, dan Fast and Furious Presents Hobbs & Shaw.

Apa yang membuat spin-off menjadi berbeda? Dilansir di laman Cinelinx, Rabu (23/6), jawabannya terkait dengan jagat sinematik Marvel Cinematic Universe (MCU). Keberhasilan MCU karena memberi ruang kreatif yang lebih eksploratif ketika studio menggarap proyek spin-off

Di sisi lain, MCU telah membuka ruang bagi penonton untuk lebih menerima film spin-off seperti film aslinya. Film-film Marvel dianggap berkualitas. Meskipun banyak di antaranya adalah spin-off, penonton tidak mengaitkan stigma film spin-off seperti yang mereka miliki pada masa lalu.

Faktor yang paling berpengaruh adalah MCU memberikan alasan kuat mengapa spin-off penting, yaitu spin-off dibuat sebagai bagian dari cerita menyeluruh yang direncanakan dengan cermat. Spin-off penting untuk memberikan pemahaman terbaik dari seluruh waralaba. Spin-off juga menjadi kesempatan bagus untuk bernostalgia dan menyenangkan hati para penggemar.

Presiden Marvel Studios, Kevin Feige, mengisyaratkan akan ada lebih banyak spin-off dan prekuel dalam MCU. “Konsepnya menjelajahi masa lalu, masa kini, dan masa depan, termasuk dalam semua karakter,” kata dia.

Sony tak ingin ketinggalan. Studio tersebut tidak memperlambat upayanya untuk mendapatkan sepotong keuntungan dari film genre superhero

Sony memiliki daftar film spin-off dari Spider-Man. Salah satunya yang akan tayang, yaitu Venom: Let There Be Carnage yang direncanakan rilis pada September 2021.

Film genre superhero yang segera tayang

- Black Widow: 9 Juli 2021

- The Suicide Squad: 6 Agustus 2021

- Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings: 3 September 2021

- Venom: Let There Be Carnage: 17 September 2021

- Eternals: 5 November 2021

- Spider-Man: No Way Home: 17 Desember 2021

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat