Kitab
Kitab Klasik Fisiognomi
Karya ini meneguhkan Imam Fakhruddin ar-Razi sebagai perintis ilmu fisiologi-anatomi.
OLEH MUHYIDDIN
Firasat merupakan cahaya yang Allah SWT letakkan di dalam pangkal perasaan bati manusia. Dengannya, seorang hamba dapat membedakan antara yang hak dan batil, serta yang jujur dan yang dusta. Terang atau redupnya cahaya tersebut berbanding lurus dengan kekuatan iman seseorang.
Maka dari itu, firasat yang dirasakan para nabi dan rasul tentunya berbeda daripada orang-orang biasa. Sejarah Islam mencatat, para sahabat Rasulullah SAW, semisal Abu Bakar ash-Shiddiq atau Umar bin Khattab, pun memiliki firasat yang cukup tajam.
Yang mereka rasakan itu termasuk jenis firasat yang bersumber dari hidayah. Itu hanya dianugerahkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki.
Pembahasan tentang firasat demikian tertuang dalam karya Imam Fakhruddin ar-Razi yang berjudul, Al-Firasah: Daliluka ilaa Ma’rifah Akhlaq an-Naas wa Thabai’ihim wa Ka’annahum Kitabun Maftuh. Kitab tersebut sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Salah satu terjemahannya termaktub dalam buku Kitab Firasat: Ilmu Membaca Sifat dan Karakter Orang dari Bentuk Tubuhnya (2019).
Ilmu firasat atau fisiognomi yang digagas ar-Razi tentu mendahului pemikiran modern. Ulama besar yang lahir di tanah Persia itu hidup antara tahun 1150-1210 M. Sosok polymath ini tidak hanya menguasai ilmu tafsir, ilmu fikih, ushul fiqh dan teologi Islam, tapi juga ahli dalam bidang filsafat, logika, matematika, fisika, kedokteran, dan tentu saja fisiognomi.
Ilmu firasat atau fisiognomi yang digagas ar-Razi tentu mendahului pemikiran modern.
Buku Kitab Firasat menjadi bukti bahwa sang alim telah melampaui zamannya. Jauh sebelum para ilmuwan modern berkecimpung dalam disiplin keilmuan ini—sebut saja Michael Scot (1175- 1232 M), Gerolamo Cardano(1501-1576 M), atau Giambattista Della Porta (1535–1615 M)— ar-Razi sudah terlebih dahulu mengenalkan fisiognomi kepada dunia. Berbagai kitab tentang ilmu membaca sifat dan karakter orang dari bentuk fisiknya—terutama wajah—lahir dari tangan dinginnya.
Ketika Cardano, misalnya, menyatakan bahwa karakter dan nasib orang dilambangkan oleh bentuk, garis, dan tanda-tanda di dahinya, ar-Razi sudah menuliskannya di buku ini. Tepatnya, pembahasan itu tertuang dalam tema “Petunjuk-petunjuk dari Dahi” (Dala`il al-Jabhah).
Dan, masih banyak lagi fakta ilmiah yang dikutip oleh para ilmuwan modern yang sebenarnya telah ditulis oleh ar-Razi jauh sebelumnya. Karena itu, meski ringkas dan sistematika penulisannya simpel, buku ini menjelaskan banyak hal soal kunci-kunci membaca kepribadian seseorang.
Dalam karyanya ini, Imam ar-Razi hanya memusatkan pembahasannya pada salah satu jenis firasat, yang disebutnya sebagai Firasat Khalqiyyah. Dalam istilah modern, itulah yang diklasifikasikan dengan fisiognomi, yaitu singkatan dari dari fisiologi dan anatomi. Artinya, ilmu ini mempelajari bagaimana membaca wajah dan sejumlah anggota fisik lainnya untuk mengetahui sifat, karakter, dan kepribadian seseorang.
Ilmu ini mempelajari bagaimana membaca wajah dan sejumlah anggota fisik lainnya untuk mengetahui sifat, karakter, dan kepribadian seseorang.
Imam Fakhruddin ar-Razi memang pantas menyandang gelar pelopor fisiognomi dunia. Ilmuwan dari abad ke-12 itu adalah seorang keturunan Quraisy. Sebagai polymath, dia menguasai berbagai tradisi keilmuan, seperti tafsir, filsafat, termasuk firasat atau yang kini dikenal sebagai kepribadian atau watak.
Ar-Razi bernama asli Muhammad bin Umar bin Hasan bin Husain at-Taimi al-Bakri. Dia berasal dari Iran dan lahir di kota Ray yang menjadi nisbah namanya. Ar-Razi biasa dipanggil dengan nama Ibnu al-Khatib ar-Ray.
Ar-Razi adalah sosok pribadi yang multitalenta, memiliki banyak kelebihan, serta menguasai banyak ilmu. Kecerdasannya membuat orang-orang berdecak kagum. Salah satu karya ar-Razi yang berjudul asli al-Firasah ini menjadi warisan emas yang berharga bagi umat Islam.
Dalam buku ini, sang imam setidaknya menjelaskan ilmu firasat dalam tiga pembahasan. Pada pembahasan pertama, ia memaparkan tentang firasat dan kepribadian (mizaj). Kemudian, dia menjelaskan tentang keutamaan ilmu firasat menurut Alquran, Sunnah, dan akal.
Di antara dalil-dalil Alquran yang mengungkapkan ilmu firasat adalah surah al-Hijr ayat 75. Dalam surah itu, Allah SWT berfirman, yang artinya, “Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang memperhatikan tanda-tanda.”
Ayat tersebut mengisahkan azab yang menimpa suatu kaum. Allah menegaskan, kejadian tersebut sesungguhnya adalah tanda yang sepatutnya dipikirkan manusia.
Pada pembahasan pertama ini, ar-Razi juga menjelaskan tentang pembagian ilmu firasat. Menurutnya, firasat yang didasarkan pada pengamatan atas kondisi lahiriah manusia merupakan jenis firasat yang bisa dipelajari dan diajarkan.
Ia pun memaparkan beberapa persoalan yang harus diketahui di dalam ilmu ini. Di antaranya adalah metode pengambilan kesimpulan dengan menekankan pada pembahasan teknik penelusuran (al-qiyafah). Begitu pula dengan teknik-teknik lain yang dapat digunakan untuk mengenali watak manusia.
Ar-Razi mengatakan, ada enam cara untuk mengetahui watak kepribadian seseorang. Misalnya, pengamatan terhadap bentuk dan rupa seseorang. Ambil contoh, seorang pemarah akan tampak pada wajahnya berbentuk dan rupa tertentu. Gurat wajah itu hanya muncul pada mereka yang sedang marah.
Artinya, jika kita melihat bentuk dan rupa orang yang sedang marah pada wajah seseorang, dapat kita simpulkan bahwa watak dasar orang itu adalah pemarah. Logika ini menegaskan kebenaran pernyataan yang berbunyi, “Seorang yang memiliki rupa (wajah) seperti orang yang marah, pasti dia adalah seorang pemarah. Seorang yang memiliki rupa (wajah) seperti orang yang takut, pasti dia adalah seorang penakut.”
Selain itu, lanjut ar-Razi, untuk mengetahui watak kepribadian seseorang juga bisa dilakukan dengan mengenali jenis-jenis suara. Cara lainnya ialah dengan mengidentifikasi kesamaan ciri-ciri rasial, perbedaan jenis kelamin, dan sebagian watak yang sudah diketahui.
Pembahasan yang kedua berisi tentang kaidah-kaidah umum dalam ilmu firasat. Bagian ini terdiri atas beberapa pasal. Pertama, ciri-ciri kepribadian yang ideal dan tidak ideal. Dalam pasal ini, ia juga menjelaskan pelbagai karakteristik, seperti sanguinis, flegmatis, melankolis, kholeris, sanguinis-kholeris, sanguinis-melankolis, serta flagmatis-kholeris dan flegmatis-melankolis.
Adapun pembahasan yang ketiga berisi penjelasan ar-Razi tentang bagian-bagian tubuh tertentu yang dapat menunjukkan kondisi kejiwaan seseorang. Ia memaparkan semua itu dalam 17 pasal. Di antaranya adalah pengamatan atas petunjuk-petunjuk yang berasal dari organ-organ tubuh tertentu, seperti dahi, alis, mata, hidung, mulut, dan lain-lain.
Ar-Razi menjelaskan bahwa petunjuk mengenai berbagai kondisi psikis yang muncul di daerah kepala jauh lebih kuat daripada semua petunjuk yang muncul dari organ tubuh lainnya. Hal itu terjadi disebabkan beberapa alasan yang telah dijelaskan secara rinci di dalam pembahasan ketiga ini.
Misalnya, dengan melihat dahi seseorang, kita akan bisa mengetahui apakah orang itu memiliki sifat pemarah atau bodoh. Menurut ar-Razi, orang yang dahinya berkerut dan cenderung rata adalah seorang pemarah. Sementara, orang yang berdahi kecil adalah bodoh.
Buku setebal 208 halaman ini cukup menarik sebagai bahan bacaan yang informatif. Sebagai contoh, ketika kita bertemu dengan orang asing di jalan, gambaran-gambaran yang diungkapkan ar-Razi dalam kitabnya mungkin dapat memberikan petunjuk. Kita pun bisa segera mengetahui, apakah orang tersebut memiliki karakter yang baik atau buruk.
Buku ini mengajarkan apa yang hendak disampaikan seseorang melalui bahasa dan bentuk tubuhnya. Karena itu, buku ini sangat cocok untuk dibaca orang yang menggeluti profesi tertentu seperti seorang pendidik, psikolog, penegak hukum, pebisnis, jurnalis, dan bahkan mereka yang sedang mencari pasangan ideal.
Kitab Al-Firasah karya ar-Razi ini juga tampak lebih istimewa dibandingkan kitab-kitab lain yang membahas ilmu firasat. Dalam kitab ini, cendekiawan Muslim tersebut berupaya untuk tetap mengedepankan kebenaran di setiap kata yang ia tulis.
Selain itu, ar-Razi juga sangat memahami kemampuan rasional pembacanya. Seakan-akan, ia memberikan kepada kita kunci setiap kepribadian agar kita mudah mengenali dan berinteraksi dengan mereka dalam kehidupan manusia yang penuh kamuflase.
Meskipun buku ini terbilang tipis, kita akan merasakan seolah-olah sedang membaca buku psikologi paling modern. Semua itu ditulis oleh ar-Razi dalam bingkai prinsip Islam yang benar, jauh dari persoalan remeh-temeh yang tidak ada kaitannya dengan firasat.
DATA BUKU
Judul: Kitab Firasat: Ilmu Membaca Sifat dan Karakter Orang dari Bentuk Tubuhnya (terjemahan atas Al-Firasah: Daliluka ilaa Ma’rifah Akhlaq an-Naas wa Thabai’ihim wa Ka’annahum Kitabun Maftuh)
Penulis: Imam Fakhruddin ar-Razi
Penerjemah: Fuad Syaifuddin Nur
Penerbit: Turos
Tebal: 208 halaman
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.