Petani memeriksa hama tanaman tembakau di Desa Dasok, Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (2/6/2021). | ANTARA FOTO/Saiful Bahri

Nasional

Petani Tembakau Paling Berisiko

Program diversifikasi pertanian dan alih tanam kepada para petani tembakau.

JAKARTA -- Ketua Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah (Unima) Magelang, Retno Rusdijati mengatakan, di dalam industri rokok, petani menjadi pihak yang mendapatkan keuntungan paling rendah dengan kerugian paling banyak. Petani menjadi kelompok yang paling rentan di industri ini, terutama dari aspek kesehatan.

"Di dalam tata niaga pertembakauan, sebenarnya petani ini merupakan ujung tombak. Tapi kenyataannya petani masih mempunyai penghasilan di bawah UMR (upah minimum regional)," kata Retno dalam diskusi daring, Jumat (4/6).

Beberapa faktor yang merugikan petani tembakau antara lain karena tembakau yang merupakan tanaman semusim, yaitu di musim kemarau. Kemudian, pasar tembakau bersifat oligopsoni. Artinya, harga tembakau ditentukan oleh industri rokok dan petani memiliki daya tawar rendah.

"Petani menghadapi berbagai permasalahan dari hulu ke hilir, yang pertama penentuan biaya produksi yang tinggi. Kemudian, risiko kesehatan akibat proses penanaman tembakau. Timpangnya tata niaga yang meniadakan standar harga dan kepastian usaha, serta perubahan iklim dan anomali cuaca," kata dia.

photo
Pekerja menyelesaikan pembuatan keranjang di sentra perajin keranjang tembakau Desa Karanggedong, Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (3/6/2021). - (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Petani juga mengalami berbagai kendala. Salah satunya, kurangnya dukungan pemerintah. Salah satu contohnya, saat Kementerian Pertanian berupaya meningkatkan kualitas dan produksi pertanian tembakau, Kementerian Perdagangan tidak membatasi impor tembakau. "Jadi, petani memproduksi tembakau, tapi tembakaunya tidak banyak terserap karena pemerintah mengimpor tembakau," kata dia.

MTCC Unima Magelang saat ini tengah melakukan program diversifikasi pertanian dan alih tanam kepada para petani tembakau di beberapa daerah di Jawa Tengah. Dengan sistem alih tanam, keuntungan petani diharapkan bisa maksimal.  

Retno juga mengatakan, para petani yang sudah diversifikasi dan beralih tanam sangat mendukung revisi PP 109 Tahun 2012 soal regulasi rokok. "Bahkan, kalau ditanya apakah mau anak-anak mereka merokok, bapak ikhlas tidak? Mereka jawab tidak," kata Retno.  

Dalam diskusi yang sama, Pengamat Ekonomi Faisal Basri mengatakan, penetrasi industri rokok di Indonesia semakin merajalela. Jumlah perokok belia di Indonesia sangat mengkhawatirkan karena usia awal orang pertama kali merokok saat ini bertambah muda.

photo
Seorang petani merawat tanaman tembakau jenis Kemloko di perladangan lereng gunung Sindoro, Bansari, Temanggung, Jateng, Jumat (28/5/2021). - (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Perokok pemula sebelumnya mulai pertama kali merokok pada 15-19 tahun. Namun, saat ini, seseorang mulai merokok pada usia 10-14 tahun dan jumlahnya semakin banyak. Tidak hanya itu, berdasarkan data dari World Population Review, rata-rata laki-laki merokok di Indonesia tertinggi di dunia, yaitu 76 persen.

"Ini tentu saja mengkhawatirkan karena pada umumnya di hampir semua negara di dunia, smoking rate ini menurun. Kalau kita masih naik terus. Jadi betul-betul Indonesia itu surga buat industri rokok," kata Faisal.

Faisal juga mendorong adanya revisi PP Nomor 109 Tahun 2012. Sebab, tugas hakiki negara adalah mendorong penciptaan nilai. Jika terus mementingkan penerimaan daripada kesehatan, maka hal ini sudah melanggar nilai. "Kalau pemerintah terus mengandalkan penerimaan rokok, artinya ekstraksi nilai yang tidak beradab karena tidak mengedepankan kesehatan," kata dia.

Menurut Faisal, revisi PP itu tak akan merugikan petani. Pabrik rokok tidak akan langsung mengurangi pembelian dari petani tembakau karena kebutuhan pabrik yang tinggi. "Produksi tembakau lokal itu 200 ribu ton, kebutuhannya sekitar 300 ribu ton. Jadi, seluruh produksi nasional bakal terserap oleh industri pengguna tembakau," kata Faisal.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat