Pekerja mengusung alat pemisah gabah di Desa Teja Timur, Pamekasan, Jawa Timur, Selasa (25/5). | ANTARA FOTO/SAIFUL BAHRI

Ekonomi

Harga Gabah Meningkat

Pemerintah menggiatkan gerakan serapan gabah di berbagai sentra produksi.

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, terdapat kenaikan harga gabah pada Mei 2021. Kondisi itu terjadi setelah sebelumnya harga sempat anjlok selama tiga bulan berturut-turut. Rata-rata harga gabah kering panen (GKP) tingkat petani dihargai Rp 4.398 per kilogram (kg) atau naik 2,87 persen dari posisi April.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, survei harga tersebut dilakukan terhadap 1.675 observasi transaksi penjualan gabah di 27 provinsi.

"Jumlah observasi harga gabah didominasi transaksi penjualan GKP sebanyak 63,4 persen diikuti GKG 20 persen dan luar kualitas 16,6 persen," kata Setianto dalam konferensi pers pada (2/6).

 
Peningkatan NTP perkebunan dipengaruhi performa komoditas kelapa sawit, karet, cengkeh, kopi, kelapa, palawija, pinang, dan kakao.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto
 

Meski secara bulanan mengalami kenaikan, harga GKP masih mengalami penurunan sebesar 4,86 persen dibandingkan Mei 2020. Situasi yang sama terjadi pada harga gabah kering giling (GKG) tingkat petani. Harga GKG sebesar RP 4.944 per kg atau naik 1,27 persen dari bulan sebelumnya namun turun 11,52 persen dari bulan yang sama tahun lalu.

Sementara itu, harga GKP di tingkat penggilingan sebesar Rp 4.498 per kg, naik 2,27 persen dari bulan sebelumnya. Angka itu turun 4,92 persen dari bulan yang sama tahun lalu. Sementara, harga GKG di penggilingan tercatat Rp 5.048 per kg, naik 1 persen dari April 2021 namun turun 11,56 persen dari Mei 2020.

Turunnya harga gabah salah satunya dipicu oleh musim panen raya yang masih berlangsung. Besarnya produksi gabah berdampak pada penurunan harga. Seiring berakhirnya masa panen, harga gabah akan kembali meningkat hingga musim panen kedua tiba.

photo
Petani merontokan gabah dengan mesin saat panen di Desa Kertawaluya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (18/5). - (SIGID KURNIAWAN/ANTARA FOTO)

Kenaikan harga gabah yang terjadi sejalan dengan peningkatan nilai tukar petani (NTP) khususnya subsektor tanaman pangan. Setianto memaparkan, NTP subsektor tanaman pangan sebesar 96,85 atau naik 0,63 persen. Begitu pula pada nilai tukar usaha pertanian (NTUP) sebesar 97,47 atau naik 0,68 persen.

Lebih lanjut, Setianto memaparkan, harga beras premium di penggilingan berdasarkan hasil survei BPS naik 0,81 persen menjadi Rp 9.627 per kg. Namun, beras medium turun 0,77 persen menjadi Rp 8.910 per kg sedangkan beras luar kualitas naik 0,41 persen menjadi RP 8.710 per kg.

Selain tanaman pangan, subsektor perkebunan masih menjadi penyumbang terbesar kenaikan NTP. Tercatat, kenaikan NTP perkebunan mencapai 1,05 persen. “Peningkatan NTP perkebunan dipengaruhi performa komoditas kelapa sawit, karet, cengkeh, kopi, kelapa, palawija, pinang, dan kakao,” ujarnya.

Sementara itu, NTP peternakan juga turut mengalami kenaikan sebesar 0,85 persen. Menurut Setianto, kenaikan indeks harga yang diterima petani mencapai 1,15 persen, lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani. Komoditas-komoditas yang memengaruhi kenaikan NTP peternakan antara lain sapi potong, ayam ras petelor, kerbau, babi, dan biri-biri.

Peningkatan NTP juga turut diikuti oleh peningkatan NTUP. Sama seperti NTP, peningkatan NTUP turut dipicu oleh kinerja positif NTUP subsektor tanaman pangan, perkebunan rakyat, dan peternakan yang masing-masing meningkat sebanyak 0,66 persen,  1,07 persen, dan 0,75 persen.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Badan Pusat Statistik (@bps_statistics)

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri menyebutkan, peningkatan harga gabah di tingkat petani turut menjadi variabel pendongkrak peningkatan NTP pada Mei 2021.

“Pada Mei sebagian wilayah masih panen raya. Jadi kenaikan harga gabah ini merupakan sesuatu yang positif bagi para petani kita karena harga gabah masih bisa terjaga dengan baik,” kata Kuntoro pada Rabu (2/6). 

Ia mengakui, pada April 2021, harga gabah di tingkat petani sempat mengalami penurunan sebanyak 2,51 persen. Kondisi tersebut disikapi pemerintah dengan menggiatkan gerakan serapan gabah di berbagai sentra produksi.

Kuntoro menyampaikan, gerakan serap gabah dan pengendalian harga di tingkat petani dilakukan secara sinergis oleh Kementan bersama Bulog, BUMN klaster pangan, dan pemerintah daerah.

Sinergi tersebut terus dilakukan secara maksimal agar mampu menjaga harga gabah di tingkat petani dan mencegah turunnya NTP lebih dalam. "Jadi capaian pada Mei ini tak bisa dilepaskan dari kerja keras banyak pihak,” katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat