Teknisi Tower Bersama Indonesia Group memeriksa salah satu komponen di menara BTS Pulau Tidung, Kabupaten Kepulauan Seribu DKI Jakarta, Rabu (18/9). TBIG memiliki 26.713 penyewaan dan 15.344 site telekomunikasi. 15.272 menara telekomunikasi dan 72 jaringa | Yogi Ardhi/Republika

Inovasi

Tak Ada yang Tertinggal dalam Transformasi Digital 

Berbagai rencana tengah digarap untuk mempercepat transformasi digital.

Industri teknologi di Tanah Air memiliki beberapa wajah berbeda. Pekan lalu, Telkomsel resmi memperkenalkan jaringan 5G miliknya yang sudah mulai dapat dinikmati di beberapa titik dan wilayah di Indonesia. 

Jaringan 5G, menjanjikan kecepatan hingga satu gigabita per detik dan latensi yang supersingkat. Sehingga, teknologi ini memungkinkan berbagai perkembangan baru, seperti kendali kendaraan swakemudi, smart factory, hingga operasi kesehatan dari jarak jauh. 

Tapi, di sisi lain, teknologi jaringan 5G yang supercepat, masihlah jauh dari kenyataan. Besarnya disparitas konektivitas yang terjadi di Indonesia, membuat masih banyak masyarakat di berbagai wilayah yang masih harus kesulitan mendapatkan jaringan internet. 

Pemerintah pun terus berupaya menyediakan layanan internet secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo), Dedy Permadi menjelaskan, ada beberapa rencana dan upaya yang dilakukan pemerintah terkait penyelenggaraan selular dan transformasi digital Indonesia.  

Menurutnya, saat ini, pemerintah tengah melakukan perencanaan baru untuk percepatan transformasi digital berupa pembangunan dan perluasan infrastruktur telekomunikasi. “Total ada 83.218 desa dan kelurahan yang ada di Indonesia, sebanyak 12.548-nya masih belum terjangkau sinyal 4G,” ujar Dedy, dalam konferensi pers daring, pekan lalu. 

Rencana baru yang dibuat oleh pemerintah, ia melanjutkan, akan mengakselerasi proses transformsi digital, hingga 10 tahun lebih cepat. Untuk mewujudkan hal ini, terdapat dua skema pembangunan BTS (Base Transceiver Station) untuk 12.548 desa dan kelurahan, yakni skema pembangunan BTS untuk 9.113 daerah 3T (terdepan, terluar , tertinggal) dan skema untuk 3.435 daerah non 3T. 

photo
Anak-anak di melakukan proses belajar dengan memanfaatkan konektivitas internet. - (Dok XL Axiata)

Khusus untuk daerah 3T, infrastruktur telekomunikasi akan dibangun oleh BLU (Badan Layanan Umum) Bakti Kominfo, bekerjasama dengan operator selular untuk operasionalnya. Rencananya, pembangunna di 7.904 desa dan kelurahan akan diselesaikan pada 2021-2022.

Direktur Utama Bakti Kominfo, Anang Latief mengungkapkan, pembangunan BTS 4G di ribuan wilayah 3T ini, akan menggenapi upaya pemerintah untuk menutup kesenjangan digital,  terutama bagi sebagian besar wilayah di Indonesia Timur. “Dari jumlah tersebut 65 persen atau sejumlah 5.204 wilayah berada di Provinsi Papua dan Papua Barat,” ia menjelaskan. 

Menurut Anang, ketersediaan layanan BTS 4G di wilayah 3T tidak kalah pentingnya dengan pembangunan infrastruktur itu sendiri. Sebagai langkah lanjutan untuk memastikan ketersediaan sinyal 4G, Bakti Kominfo juga tengah memproses penetapan kerjasama operasi (KSO) dengan perusahaan operator selular yang memiliki linsensi di Indonesia dengan dasar hukum Peraturan Menteri Keuangan No 129 tahun 2020. 

photo
Konektivitas di wilayah yang minim sinyal - (Telkomsel)

Dalam skema KSO ini, Bakti Kominfo bertanggung jawab melakukan pembangunan, pemeliharaan infrastruktur BTS 4G, dan menyediakan lahan. Sementara mitra operator selular bertanggung jawab untuk menyediakan layanan 4G kepada pelanggan, termasuk di dalamnnya melakukan operasi dan pemeliharaan jaringan 4G secara keseluruhan.

Selain BTS 4G, Bakti juga bertugas menyediakan infrastruktur telekomunikasi dan pemberdayaan ekosistem digital, diantaranya melalui akses internet atau wifi gratis di titik-titik layanan publik, pemanfaatan jaringan kabel serat optik Palapa Ring, dan penyediaan satelit multifungsi yang saat ini dalam tahap konstruksi.  

 
Pembangunan BTS 4G di 7.904 wilayah 3T menggenapi upaya pemerintah untuk menutup kesenjangan digital. 
ANANG LATIEF, Direktur Utama Bakti Kominfo.
 
 

 

 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat