Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Kompetisi Kebaikan

Pentingnya berkompetisi menuju kebaikan dengan meninggalkan ketidakbaikan.

Oleh ADE ZAENUDIN MA

 

OLEH ADE ZAENUDIN MA

Satu saat Rasulullah SAW berdialog dengan seorang pemuda yang sedang menangis penuh sesal. Rasul penasaran atas motif penyesalan yang luar biasa tersebut dengan mengeluarkan beberapa pertanyaan, apakah tangisannya akibat penyesalan sebuah dosa besar atau karena mempersekutukan-Nya atau karena akibat membunuh seseorang.

Pertanyaan demi pertanyaan dijawab “tidak” oleh pemuda tersebut. Atas jawaban itu, Rasul pun menyampaikan harapan bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosanya, meskipun dosanya itu sebesar gunung yang menjulang tinggi ke langit.

Mendengar jawaban itu, tangis si pemuda malah semakin pecah. Dia mengatakan bahwa dosanya lebih besar dari gunung.

Rasul terus-menerus menenangkannya dengan mengatakan bahwa Allah akan mengampuni dosanya, meski sebesar tujuh bumi beserta lautan dan semua yang ada padanya. Bukannya menjadi tenang, pemuda tersebut justru semakin menampakan penyesalannya dan mengatakan bahwa dosanya lebih besar dari apa yang disampaikan Rasul.

Sampai akhirnya, Rasul mengeluarkan pertanyaan pamungkas, “Apakah dosa itu lebih besar dari Tuhan?”

Pemuda itu menjawab, ”Subhanallah, tidak ada yang lebih besar dari Tuhanku, ya Rasul.”

Pemuda itu akhirnya bercerita bahwa sudah tujuh tahun dia mencuri kain kafan dari mayat yang baru meninggal untuk dijual di pasar. Pada suatu hari ada seorang anak gadis Anshar meninggal dunia. Setelah dikubur dan ditinggalkan keluarganya, dia datangi dan digalinya kubur tersebut, lalu dilucuti kain kafannya.

Dia tinggalkan mayat itu di bibir kuburan dan bergegas pulang membawa jarahannya. Tiba di rumah, ia malah membayangkan tubuh mayat itu, sampai akhirnya dia tergoda. Ia tidak dapat menguasai dirinya, akhirnya dia pun menggaulinya.

Seketika itu terdengar suara, “Wahai pemuda, celakalah engkau di hadapan penghisab pada hari kiamat kelak, tempatmu adalah di neraka.” Pemuda itu terkejut dan terus-menerus dihinggapi rasa takut yang teramat sangat.

Rasul pun berkata, “Pergilah engkau dari sisiku, aku takut akan terbakar bersama apimu!” Pemuda itu pun meninggalkan Rasulullah. Ia pergi mengasingkan diri selama 40 hari.

Dalam kesendiriannya, ia menangis  dan berdoa terus-menerus memohon ampun kepada Allah. Rupanya rintihan pemuda itu menembus langit. Tobat pemuda itu diampuni Allah SWT. Pemuda itu berhasil memenangkan kompetisi dengan mengalahkan keegoisan dirinya.

Konon kisah tersebut merupakan asbabun nuzul surah Ali Imran ayat 133-136. Dalam Ayat 133 Allah SWT berfirman “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. Ayat ini menegaskan tentang pentingnya berkompetisi menuju kebaikan dengan meninggalkan ketidakbaikan.

Pada ayat 134 dan 135, Allah SWT memberikan enam resep untuk memenangkan kompetisi tersebut. Pertama, dermawan di setiap kondisi. Kedua, mampu menahan amarah.

Ketiga, senantiasa memaafkan kesalahan orang lain. Keempat, konsisten dalam melakukan kebaikan. Kelima, jika melakukan perbuatan tidak baik dia segera mengingat Allah, dan keenam segera memohon ampun atas dosa yang pernah dilakukan.

Mari kita jadikan perginya Ramadhan dan datangnya Syawal sebagai momentum untuk bangkit dan berkompetisi dalam kebaikan.

Wallahu a’lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat