Relawan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) membantu warga membayar zakat fitrah secara daring di tenda zakat di Malang, Jawa Timur, Selasa (4/5/2021). Baznas setempat membuka tenda zakat di berbagai titik keramaian untuk menerima pembayaran zakat fitrah s | ARI BOWO SUCIPTO/ANTARA FOTO

Khazanah

Baznas dan BWI Optimalkan Ziswaf untuk Kemaslahatan

Baznas dan BWI akan menggencarkan gerakan Ziswaf

 

JAKARTA —  Badan Wakaf Indonesia (BWI) berkolaborasi dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) akan mengoptimalkan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan wakaf (Ziswaf) untuk kemaslahatan umat. Kesepakatan ini dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU) yang dilakukan Ketua BWI, Mohammad Nuh dan Ketua  Baznas Noor Achmad di Jakarta pada Selasa (25/5).

 "Kerja sama antara Baznas dengan BWI pasti menguntungkan," kata Noor Achmad dalam sambutannya.

Kerja sama ini menandakan adanya saling percaya antara kedua lembaga. Saling percaya ini akan menjadi kekuatan sesama penggerak filantropi untuk membangun kesejahteraan umat. Keduanya merupakan bagian dari ekosistem ekonomi syariah di Indonesia. Apalagi Indonesia memiliki banyak aset wakaf yang bisa dioptimalkan penggunannya demi kemaslahatan umat.

"Jika dibangun bersama program wakaf produktif antara keduanya, akan menjadi program yang monumental," ujar dia.

Sementara itu,  Ketua BWI Mohammad Nuh berharap ada proyek sinergi nasional pendayagunaan Ziswaf melalui kerja sama BWI dan Basnas. Sudah saatnya menjadi pembukti bahwa kedua lembaga ini bisa membuat proyek pendayagunaan Ziswaf berskala nasional yang dampaknya luar biasa bagi kesejahteraan umat. 

“Kami berterima kasih kepada Baznas bahwa kerja sama ini akan memulai era baru sinergi seluruh penggerak filantropi  akan mampu membuat berbagai proyek kesejahteraan di seluruh Indonesia. Proyek pertama bisa di Jawa Tengah, sebagai simbol kebangkitan gerakan kesejahteraan umat. Semoga niat baik kita semua mendapat berkah dari Allah SWT," kata dia.

Dia juga berharap, kerja sama ini memudahkan masyarakat menunaikan zakat, infak, sedekah, dan wakaf, dengan mengakses layanan yang disediakan Baznas dan BWI.

RSAW jadi contoh pengelolaan aset wakaf

Dunia perwakafan nasional disebut mengalami kemajuan pesat. Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Prof Mohammad Nuh mengatakan, perkembangan wakaf nasional tidak lepas dari komitmen pemerintah dan peran serta umat Islam.

Ada beberapa tanda yang mengindikasikan prospek wakaf di Tanah Air cerah untuk tahun-tahun mendatang. Misalnya, tren penerima wakaf (maukuf alaih) yang tidak hanya lebih produktif, tetapi juga memunculkan layanan baru.

Nuh mencontohkan Rumah Sakit Mata Achmad Wardi (RSAW). Sejak 2017, rumah sakit yang beralamat di Jalan Raya Taktakan, Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Banten, ini berdiri melalui kolaborasi antara BWI dan Yayasan Dompet Dhuafa Republika. Inilah rumah sakit mata pertama yang dibangun serta dikembangkan dengan berbasis wakaf.

RSAW tidak hanya berfungsi sebagai sentra layanan dan edukasi kesehatan. Lembaga ini telah berkembang menjadi percontohan dalam pengelolaan aset wakaf.

 “RS ini membuktikan, wakaf dapat memberikan kemanfaatan yang lebih besar bagi umat. Dalam wakaf ini juga telah muncul sinergi Islamic social finance, yakni Ziswaf dengan Islamic commercial finance, perbankan syariah,” ujar Nuh saat mengisi perayaan milad keempat Rumah Sakit Mata Achmad Wardi (RSAW), Sabtu (22/5).

Saat ini wakaf tidak hanya gencar dilakukan secara perorangan, tetapi juga kelembagaan. Dari dunia pendidikan, pihaknya mencatat sebanyak 23 perguruan tinggi yang turut berkomitmen menggerakkan wakaf nasional bersama BWI. Selain itu, dia melanjutkan, pihaknya juga melihat makin beragamnya harta yang diwakafkan masyarakat.

“Dahulu, harta wakaf tanah saja. Itu pun peruntukannya hanya untuk masjid, makam, dan madrasah. Sekarang muncul yang namanya wakaf tunai, wakaf uang, juga (wakaf) saham, intellectual property rights (hak kekayaan intelektual),” kata dia.

Acara perayaan milad keempat RSAW digelar secara daring beberapa waktu lalu. Turut hadir dalam kegiatan ini, antara lain, Direktur Utama RSAW dr Moch Badrus Sholeh, Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Nasyith Majidi, menkes RI 2014-2019 Prof Nila Moeloek, dan Ustaz Yusuf Mansur (UYM).

Menurut Dirut RSAW Badrus Sholeh, pihaknya terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, terutama mereka yang tergolong tidak mampu. Sebagai contoh, dalam periode Januari-Mei 2021 rumah sakit ini membuka pelayanan operasi retina dan glukoma gratis untuk kaum dhuafa dan miskin.

Dalam empat tahun belakangan, dia menyebut, keberadaan RSAW telah dirasakan manfaatnya oleh lebih dari 54 ribu pasien. Mayoritasnya berasal dari Provinsi Banten dan sekitarnya.

“Kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangkitkan wakaf di Indonesia, khususnya untuk mendukung kesehatan mata bagi kaum dhuafa dan miskin,” kata Badrus Sholeh, Sabtu (22/5).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat