Warga mengenakan masker melintasi distrik Asakusa di Tokyo, Senin (21/4/2021). Pemerintah Jepang mengumumkan kedaruratan ketiga beberapa bulan menjelang pelaksanaan olimpiade. | AP/Koji Sasahara

Internasional

Dorongan Pembatalan Olimpiade Menguat

Upacara menyalakan obor Olimpiade pun akan digelar tanpa penonton.

TOKYO-- Saat Obor Olimpiade melewati Hiroshima pekan ini, panitia akan berusaha agar pawai menjauh dari jalanan. Upacara menyalakan obor pun akan digelar tanpa penonton.

Pada Ahad (23/5), Economist melaporkan panitia Olimpiade yakin ajang olahraga besar ini dapat digelar dengan aman. Mereka mencontohkan ajang olahraga internasional yang digelar selama pandemi lainnya seperti Master 2021 atau kompetisi golf di Amerika Serikat (AS).

Jepang pun berencana ingin membuat wilayah terisolasi di sekitar desa-desa Olimpiade dan mewajibkan vaksin bagi para atlet. Ketua Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach mengklaim, ketika Olimpiade dibuka, sekitar 80 persen orang yang berada di desa Olimpiade dalam kondisi sudah divaksin.

Jepang pun memutuskan untuk melarang penontong asing, sementara penonton dalam negeri masih akan diputuskan Juni mendatang. Di sisi lain, banyak dokter dan pakar kesehatan yang tidak yakin Olimpiade dapat digelar dengan aman.

Pergerakan masyarakat selama liburan pada Mei lalu menunjukkan tren peningkatan angka kasus positif di Jepang. Olimpiade yang rencananya digelar di sembilan prefektur termasuk Tokyo, akan melibatkan kamp-kamp pelatihan dan sukarelawan dari seluruh negeri.

Editor British Medical Journal Taniguchi Kiyosu meminta gelaran Olimpiade dibatalkan. Menurutnya, dengan begitu puluhan kota akan membatalkan rencana mereka untuk membuka pintu bagi warga asing yang ingin berlatih.

Varian baru Covid-19 yang lebih menular juga memperumit masalah. Sementara varian B.1.1.7 sudah menyebar ke mana-mana. Taniguchi, mengatakan konvergensi orang-orang dari seluruh di dunia di Jepang dapat membentuk virus bermutasi dan masuk. "Jepang akan menjadi kendaraan untuk bercampur," kata Taniguchi seperti dikutip Economist.

Senada, virolog yang menjadi salah satu pakar yang bertugas memberi saran pada pemerintah, Oshitani Hitoshi mengatakan peserta Olimpiade dapat membawa virus ke negara asal mereka. Sementara banyak negara di seluruh dunia yang sistem kesehatannya tidak sebaik Jepang. "Satu saja kasus impor dapat memicu wabah yang lebih besar," kata Oshitani.

Rakyat Jepang mungkin merasa lebih aman bila ada proteksi dari virus yang mungkin berasal dari para atlet. Berdasarkan pelacak Covid-19, hanya 4,5 persen orang dewasa Jepang yang menerima setidaknya dosis pertama virus korona. Kondisi ini, membuat Negeri Sakura masih dibelakang Myanmar dalam urusan pemberian vaksin untuk warga.

photo
Warga mengenakan masker melintasi distrik Asakusa di Tokyo, Senin (21/4/2021). Pemerintah Jepang mengumumkan kedaruratan ketiga beberapa bulan menjelang pelaksanaan olimpiade.  - (AP/Koji Sasahara)

Perdana Menteri Suga Yoshihide ingin program vaksinasi untuk orang lanjut usia sudah selesai pada akhir Juni. Namun hanya dua pertiga warga Tokyo yang dapat melakukan vaksinasi. Masalahnya bukan pada pasokan vaksin, sebab surat kabar Nikkei memprediksi ada sekitar 10 juta dosis vaksin yang tidak terpakai di dalam freezer.

Pada titik ini masalahnya juga bukan pada permintaan. Walaupun masyarakat Jepang cukup ragu pada vaksin umum, tapi hal itu tidak berlaku pada vaksin Covid-19. Anggota gugus tugas Covid-19 pemerintah Shimoaraiso Makoto mengatakan, pusat vaksinasi massal yang baru dibuka di Osaka pekan ini membuka 25 ribu vaksinasi dan sudah penuh dalam 25 menit.

Masalahnya, ada pada kekusutan logistik dan birokrasi yang memperlambat proses vaksinasi. Selain itu, ada pula kendala di situs pendaftaran dan saluran telepon vaksin yang mengalami masalah teknis.

Kementerian Kesehatan Jepang pun tertahan peraturan yang mengharuskan uji coba pada setiap vaksin asing. Sejauh ini, Jepang hanya menyetujui vaksin dari Pfizer-BioNTech.

 
Kami di Jepang sangat, sangat sensitif terhadap kejadian buruk, satu kejadian dapat menahan seluruh proses vaksinasi.
 
 

Negeri Sakura juga kekurangan orang untuk mengatur vaksin karena undang-undang Jepang mengharuskan hanya dokter dan perawat yang boleh memberikan vaksin. Pengecualian sudah diberikan pada dokter gigi sementara pemerintah mencoba untuk memberikan wewenang pada apoteker untuk menyuntikkan vaksin.

Oshitani mengatakan, kesalahan yang dilakukan praktisi yang tak berpengalaman memang dapat berakibat fatal. "Kami di Jepang sangat, sangat sensitif terhadap kejadian buruk, satu kejadian dapat menahan seluruh proses vaksinasi," katanya.

Tetapi tampaknya dalam beberapa pekan Jepang akan mempercepat program vaksinasi mereka. Sebab, pemerintah diperkirakan akan menyetujui penggunaan vaksin Moderna dan Astrazeneca. Untuk makin mengakselerasi program, Kementerian Pertahanan Jepang juga juga akan membangun lebih banyak fasilitas vaksinasi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat