
Khazanah
Keutamaan Jaga Silaturahim
Ada beberapa keutamaan menjaga silaturahim menurut ajaran Islam.
OLEH HASANUL RIZQA
Secara kebahasaan, silaturahim merupakan gabungan dari kata shilah yang berarti ‘hubungan’ dan rahim, ‘kerabat'. Dengan demikian, istilah ini dapat dimaknai sebagai ‘hubungan persaudaraan atau kekerabatan'.
Kata rahim juga mengingatkan pada salah satu sifat Allah SWT, yakni Mahapenyayang (ar-Rahiim). Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadis, “Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata, 'Barangsiapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barangsiapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya’.” (Muttafaqun ‘alaih).
Berdasarkan sabda Rasulullah SAW tersebut, umat Islam sudah semestinya menjaga silaturahim. Beliau sendiri telah memberikan suri teladan tentang merawat hubungan baik. Salah satu anjurannya ialah terus berbuat baik kepada orang-orang, termasuk yang memutus tali silaturahim.
Berikut ini adalah beberapa keutamaan memelihara silaturahim menurut ajaran Islam.
Pertolongan Allah
Seperti diriwayatkan Abu Hurairah, suatu hari ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Nabi SAW. “Wahai Rasulullah,” katanya, “sungguh aku memiliki keluarga dekat yang biasa kuhubungi, tetapi mereka memutuskan tali kekerabatannya denganku. Aku biasa berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka jahat kepadaku. Aku juga bersabar terhadap tindakan mereka, tetapi mereka tidak memedulikanku.”
Rasulullah SAW bersabda, “Jika keadaannya seperti yang engkau katakan, maka seolah-olah menyuapi mereka dengan pasir yang panas. Engkau senantiasa akan mendapat bantuan dari Allah dalam menghadapi mereka selama dalam keadaan demikian.” (HR Muslim).
Makna sabda Nabi SAW, tusiffuhumul malla atau “menyuapi mereka dengan pasir panas”, itu disebabkan dosa yang mereka dapatkan karena perbuatan mereka. Adapun zhahiirun bermakna lelaki tadi insya Allah akan mendapatkan pertolongan dari Allah dalam menghadapi mereka dan menolak gangguan mereka.

Panjang Umur
Rasulullah SAW bersabda, “Silaturahim, akhlak yang baik, dan berbuat baik kepada tetangga, dapat meramaikan perkampungan dan memanjangkan umur” (HR Ahmad dan Baihaki). Dalam hadis lain, “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahim.” (Muttafaq 'alaih).
Hadis-hadis itu dapat dimaknai secara lafzi ataupun majazi. Dalam pengertian lafzi, betul-betul umur orang yang melakukan silaturahim itu dipanjangkan Allah SWT. Yakni, umur yang merupakan takdir muqayyad (yang diikat), yang terdapat pada lembaran malaikat yang masih bisa dihapus dan ditetapkan.
Dalam pengertian maknawi, itu berarti bahwa Allah SWT memberkati orang-orang yang menjaga silaturahim dengan ketenangan jiwa, kedamaian hati, dan ketenteraman pikiran. Kebiasaan menyambung tali persaudaraan akan membuka banyak peluang untuk maju, memperbaiki diri, dan bahkan melapangkan rezeki.

Masuk Surga
Insya Allah, orang-orang Muslim yang gemar merawat silaturahim akan semakin berpeluang untuk menjadi penghuni surga. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali kekeluargaan.” (HR Muslim).
Dengan terus menjaga hubungan kekerabatan dan persaudaraan, rasa cinta dan saling mengasihi pun akan tumbuh. Perasaan demikian didasari hanya pada mengharap ridha-Nya. Mereka itulah yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.
Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, Allah ‘Azza wa Jalla pada hari kiamat akan berfirman, ‘Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena Aku? Pada hari inilah Aku memberikan mereka naungan, pada hari yang tidak ada naungan lagi kecuali naungan-Ku’.” (HR Muslim).
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.