
Khazanah
Makna Iman dan Sikap Keberpihakan
Orang yang tak bersikap dan netral terhadap kemungkaran pantas dipertanyakan imannya
DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute
Sejak pertama kali terbentuknya masyarakat Madinah, di awal-awal hijrah, Allah SWT menurunkan surah al-Baqarah. Pada pembukaan surah ini, langsung Allah memaparkan tiga golongan manusia yang akan dihadapinya: golongan yang jelas beriman “mutaquun”, golongan yang jelas tidak beriman “alladziina kafaruu”, dan golongan yang bermuka dua “munafiquun”.
Khusus yang terakhir ini, Allah SWT menyebutkan “fii quluubihim maradhun” (dalam hati mereka ada penyakit). Dalam ayat lain Allah memberikan ancaman yang sangat pedih, “innal munafiqiin fid darkil asfali minan naar” (sesungguhnya orang-orang munafik akan berada di lapis paling bawah dari api neraka) (QS an-Nisa:145).
Dengan pemaparan ini seakan Allah mengatakan, wahai orang beriman, kamu harus jelas dalam berpihak, kepada nabi dan orang-orang, jangan berbuat seperti orang-orang munafiqun itu. Karena itu, Nabi bersabda: anta ma’a man ahbabta (kamu kelak akan dikumpulkan dengan siapa yang kamu cintai). Termasuk cinta adalah sikap keberpihakan.
Di sini kita mengerti hadis Nabi SAW yang mengatakan, Allah tidak melihat kepada seseorang semata karena penampilannya, tetapi juga kepada isi hatinya. Artinya, bagi Allah tidak perlu bermain tipu-tipu, sebab semua tipuan itu tampak dengan jelas bagi-Nya.
Ini panduan bahwa dalam beriman harus jujur, baik secara ritual maupun dalam berpihak. Jika Anda ditanya, berpihak kepada Allah atau setan? Jawablah dengan tegas. Jika anda mengatakan “saya netral” berarti iman Anda tidak jelas.
Nabi memberikan panduan agar kita bersikap setiap kali melihat kemungkaran.
Dalam sebuah hadis, Nabi memberikan panduan agar kita bersikap setiap kali melihat kemungkaran. Pertama, cegahlah dengan tangan. Jika tidak sanggup cegahlah dengan lisan, dan jika tidak sanggup tolaklah dengan hati.
Dalam hal ini, Nabi memberikan catatan, bahwa menolak dengan hati adalah paling lemahnya iman. Artinya, orang yang tidak bersikap dan mengatakan netral terhadap kemungkaran pantas dipertanyakan imannya.
Karena itu, untuk membuktikan iman, Allah SWT mengajak agar kita bertakwa, lalu untuk membuktikan takwa, Allah mengajak agar kita berpihak kepada orang-orang yang benar “yaa ayyuhalladziina aamanut taqullah wa kuunu ma’ash shaadiqiin” (wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan berpihaklah kepada orang-orang yang jujur). (QS at-Taubah:119).
Jangan-jangan dibiarkannya Israel Zionis bercokol di Palestina adalah batu ujian, untuk mengetes iman dan keberpihakan kita. Sebab, kaum-kaum sebelumnya yang lalim, seperti kaum ‘Ad, Tsamud dan Fir’aun sudah Allah musnahkan.
Kini saatnya kita pindah dari berpihak kepada kepentingan dan kezaliman kepada berpihak terhadap kemanusiaan dan kebenaran.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.