Ilustrasi Smart City | Pexels/Peng Liu

Inovasi

Integrasi Infrastruktur dan Teknologi

Saat ini, budaya untuk memanfaatkan teknologi makin terlihat di Indonesia.

Dunia digital, membawa banyak perubahan pada berbagai jenis industri di dunia. Tak hanya sektor informasi yang berubah drastis, wajah industri infrastrktur pun ikut berubah, ketika mendapat sentuhan Internet of Things atau IoT.

Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (PUPR RI) Nazib Faizal menggambarkan pengaruh IoT dalam infrastruktur saat ini, bisa dilihat dari berbagai sumber. Pada tingkat pertama, IoT mampu memberi efisiensi dari sisi operasional.

Ia mengatakan Kementerian PUPR saat ini tengah berada di posisi ini. “Jadi kita masih tahap bagaimana cara membuat segalanya menjadi efisien, lebih murah tapi tanpa mengurangi kualitas. Itu yang sedang kita kerjakan sampai detik ini ya di PUPR,” ujar Nazib dalam acara webinar “Bagaimana Teknologi akan Berdampak pada Masa Depan Infrastruktur dan Properti”, beberapa waktu lalu.

Hal ini dapat dilihat dari utilisasi aset dan pengurangan biaya operasi. Nazib juga mengungkapkan, Kementerian PUPR ingin produktivitas pekerja lebih mantap.

Menurutnya, budaya ini sudah terlihat, contohnya rapat-rapat yang saat ini mulai dijalankan dengan konferensi video. “Dulu rapat sering tatap muka, sekarang sudah kombinasi. Kalau yang penting mungkin tatap muka. Kalau hampir menuju penting, cukup video conference,” katanya menjelaskan.

IoT pun berpengaruh besar dalam mempercepat proses bisnis. Di Kementerian PUPR, Nazib mengungkapkan, sedang dilakukan perpindahan dari kertas menuju digital. Termasuk penggunaan sensor-sensor aplikasi untuk pekerjaan konstruksi, pendaftaran, layanan perizinan bangunan dan sebagainya.

Meski posisi di tingkat pertama ini dinilai belum lulus, namun Kementerian PUPR sudah mulai mengambil tingkat kedua, yakni produk dan layanan baru. Di tingkat ini, pembayaran dilakukan per output atau use.

Kemudian, ada pula software based data service. Di tingkat ini, data mulai dimonetasi. “Karena sudah mulai sekarang data digunakan sebagai insight yang cukup. Belum stabil tapi sudah mulai dan program-programnya tepat sasaran,” ujarnya.

Ia berharap, Kementerian PUPR akan masuk ke tingkat ketiga dan keempat, yakni outcame based, dimana  konsep autonomous menjadi bagian. Tapi, Nazib ternyata kurang setuju dengan pelevelan autonomous.

“Para researcher melakukan pembagian levelnya seperti ini. Cuma saya lebih setuju dengan semi autonomous gitu ya. Karena di Indonesia akan panjang sekali kalau memang benar otomatis. Selalu harus hibrid,” katanya.

Matangkan Smart City

Kementerian PUPR menerjemahkan IoT menjadi IT+OT, yaitu Information Tech + Operational Tech.  Konsep ini memiliki banyak elemen, di antaranya adalah structural health, water quality, noise urban maps dan smart parking.

Di elemen structural health, mereka memiliki 100 jembatan khusus, terowongan, jalan, bendungan dan sebagainya. Nazib memberi contoh jembatan Ir Soekarno di kota Manado, Sulawesi Utara.

Saat ini, Kementerian PUPR telah memasang alat vibrasi, alat penghitung regangan di kabel jembatan, juga memasang monitor-monitor lain, sehingga data bisa diambil. Kemudian masuk ke cloud untuk dianalisa.

Sensor-sensor tersebut akan berguna untuk memonitoring kesehatan struktur jembatan. “Itu salah satu contohnya. Belum semua jembatan, tapi kita sudah mengarah ke sana,” kata Nazib.

Permasalahan yang terjadi adalah koneksi jaringan internet yang tidak stabil. Hal ini menghambat penerapan IoT dalam infrastruktur.

“Permasalahannya adalah koneksi jaringan kadang-kadang nyala, kadang-kadang enggak. Memang jembatan kita jarang sekali di dalam kota, selalu antarkota,” ujarnya.

Elemen selanjutnya, water quality. Kementerian PUPR memiliki beberapa alat untuk pengamatan water quality. Namun ternyata, alat yang digunakan untuk memantau selalu saja rusak.

Alat untuk mengamati kualitas air, biasanya benar-benar dilakukan dari jarak jauh. Teknologi yang paling memungkinkan adalah teknologi yang digunakan oleh mobile phone.

Sehingga untuk di remote area, Kementerian PUPR mengirim data teks dengan koneksi GPRS. “Itu pun sudah cukup bagi kita. Kita ingin pasang alat di seluruh lokasi, tapi kita juga memperhatikan kapasitas jaringan networknya di lokasi tersebut,” katanya.

Ke depannya, Kementerian PUPR ingin memasang alat sensor kebisingan. Jadi ketika alat ini dipasang, Kementerian PUPR dapat mengetahui apakah suara di suatu area itu mengganggu.

Hal ini masuk ke dalam elemen urban noise maps. “Artinya kalau kita pasang sensor noise, kita bisa tahu suara di Sudirman itu mengganggu aktivitas kantor atau misalnya di daerah perumahan itu suara kendaraan dan sebagainya itu mengganggu ngga,” ujarnya.

Kemudian, contoh elemen lainnya adalah smart parking dan water leakages. Menurut Nazib, smart parking masih bersifat internal.

Artinya hanya gedung itu sendiri yang mengetahui kapasitas yang tersisa. “Contoh, misalnya rumah saya di Bekasi ingin main ke Senayan City, kita kan tidak tahu sisa kapasitas di jam sekian. Itu kita tidak pernah tahu. Padahal itu bagi saya penting,” katanya.

Terkait water leakages, Nazib mengungkapkan di saluran air pasti ada inputnya. Misalnya, berapa meter kubik per detik, berapa liter per detik air yang masuk dan keluar.

Menuju Keterbukaan Data

photo
Pemanfaatan teknologi untuk mewujudkan kota pintar. - (Pexels/Artem Beliaikin)

Memanfaatkan teknologi secara optimal, tak bisa dilepaskan dari integrasi para pemangku kepentingan. Dalam mewujudkan kota pintar yang terintegrasi, memanfaatkan data untuk pengambilan keputusan yang strategis, merupakan salah satu elemen kunci.

Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (PUPR RI) Nazib Faizal meyakini, ke depannya Indonesia akan meniru Korea. Merujuk pada buku Digital Information in Korea, ia melanjutkan, saat Korea membuka datanya, pihak swasta yang meminta data dipermudah oleh pemerintahnya.

Sebab data itu sudah ada nilainya bagi mereka. “Jadi misal data apa, pemerintah itu dengan ‘silakan ambil datanya’ karena oleh swasta itu pasti akan menjadi sesuatu yang berharga untuk analisa sesuatu,” kata Nazib.

Sebaliknya, pihak swasta yang sudah mengambil data di pemerintah, mereka pun berkewajiban memberikan datanya kepada pemerintah. “Itu disebutnya open data dan luar biasa efeknya. Jadi membuka lapangan kerja baru, perusahaan baru dan lain sebagainya dari data. Nah di kita, budaya ini belum terbina dengan baik,” ujarnya.

Layanan Terintegrasi

photo
Ilustrasi kota pintar - (Pexels/Andrea Piacquadio)

Membangun kota pintar yang terintegrasi, saat ini tak hanya tentang arsitektur dan teknologi. Namun, juga infrastruktur jaringan, yang memungkinkan konsep ‘pintar’ yang digadang-gadang akan menjadi terlaksana.

VP of Sales Smartfren Business  Noer Tattu Supanery mengatakan, Smartfren Business memiliki layanan dukungan ICT & IoT Solutions, Enterprise Mobility Management (EMM), Infrastructures + Managed Service, dan Video Conference (Zoom + Poly Solution). Berbagai layanan ini dihadirkan untuk menghidupkan kembali bisnis infrastruktur dan properti.

Layanan dukungan ICT & IoT Solutions, sangat tergantung pada bentuk properti yang dibangun karena kasus penggunaannya agak sedikit berbeda. Misalnya, bagaimana membangun infrastruktur untuk hotel akan berbeda dengan kantor, rumah sakit, atau residensial.

Selanjutnya Enterprise Mobility Management (EMM) adalah bagaimana Smartfren mengintegrasikan mobilitas. “Misalkan, bagaimana membuat semuanya saat ini mampu terintegrasi. Karena sekarang semuanya sudah serba internet of things, jadi mobility adalah kunci,” kata Noer.

Menurutnya, konektivitas termasuk bagian dari layanan dukungan Infrastructure dan Managed Service. Namun, konektivitas juga harus tetap dibenahi dulu. “Jika kita bicara sudah smart city. Bagaimana si connectivity ini kita benahi dulu, setelah itu pasang smart cctv atau videotron,” ujarnya.

Tapi, kalau connectivity-nya tidak berkualitas dan reliable, hal ini akan agak sulit. “Karena, konektivitas adalah basic infrastructure,” ujarnya menjelaskan.

Layanan lainnya, Video Conference (Zoom + Poly Solution). Saat ini, masyarakat memang ada yang bekerja di rumah, namun ada juga yang bekerja di kantor. Tetapi yang jelas, semuanya saat ini  membutuhkan video conference, agar semua bisnis bisa dilakukan secara jarak jauh.

Dengan tren tersebut, Smartfren memberikan layanan Zoom dan Poly Solution. Salah satu harapannya, Noer mengungkapkan, ketika ada infrastruktur yang dibangun, konektivitas akan sudah terintegrasi pula di dalamnya. 

 
Ke depannya Indonesia akan meniru Korea perihal keterbukaan data. 
Nazb Faisal, Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat