Wartawan melihat kondisi bangunan bersejarah peninggalan Belanda Rumah Cimanggis di kawasan Lapangan Pemancar RRI, Cisalak, Depok, Jawa Barat, Minggu (17/12). Bangunan bersejarah Rumah Cimanggis yang berdiri sejak tahun 1778 dan merupakan bekas rumah sing | ANTARA FOTO

Bodetabek

Legasi Gubernur VOC di Cimanggis Depok

Peninggalan Van Der Parra di Cimanggis kini menjadi destinasi wisata Kota Depok

DEPOK -- Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melaksanakan kegiatan penataan bangunan kawasan pusaka Rumah Cimanggis yang berada di lingkungan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Kota Depok, Jawa Barat.

Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Diana Kusumastuti, mengatakan, penataan yang sedang berjalan dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah pelestarian bangunan bersejarah.

"Oleh karena itu, kontraktor juga diminta untuk menjaga kualitas pembangunan cagar budaya ini,” ujar Diana di Jakarta, Ahad (9/4).

Menurut dia, Rumah Cimanggis merupakan bangunan cagar budaya yang dilestarikan, dan akan difungsikan menjadi galeri di lingkungan kampus UIII. Penataan Rumah Cimanggis dilaksanakan mulai September 2020 dan ditargetkan rampung pada Juli 2021.

Saat ini, progres pekerjaan fisik mencapai 39,91 persen. Proyek yang menelan anggaran Rp 10,5 miliar itu dikerjakan oleh kontraktor PT Laga Pratama Interindo.

Diana mengatakan, penataan Rumah Cimanggis merupakan salah satu komitmen Kementerian PUPR untuk turut serta berkontribusi dalam pelestarian bangunan cagar budaya.

Di samping penataan Rumah Cimanggis, kata dia, Kementerian PUPR juga ditugaskan membangun kampus UIII tahap II yang ditargetkan rampung pada Juni 2021. Pembangunan kampus UIII tahap II meliputi pembangunan masjid kampus dua lantai seluas 5.200 meter persegi dengan kapasitas tampung 1.880 jamaah, gedung perpustakaan, dan apartemen mahasiswi dengan total biaya Rp 367 miliar. 

Rumah Cimanggis merupakan bangunan peninggalan Petrus Albertus van der Parra. Dia adalah Gubernur jenderal VOC di Hindia Belanda yang memerintah sejak tahun 1761 hingga 1775. Ia menggantikan gubernur jenderal sebelumnya, Jacob Mossel.

Van der Parra dilahirkan di Kolombo, Srilangka, tahun 1714 dan meninggal tahun 1775. Ayah tirinya yakni Rombout van der Parra menjadi komandan di kantor Malabar, kemudian dipanggil ke Batavia diangkat menjadi anggota Dewan Hindia. 

Sejak usia 14 tahun ia telah bekerja pada dinas VOC sebagai serdadu. Dalam waktu 8 tahun ia sudah menjadi pedagang muda (onderkoopman) di tahun 1736. Pada tahun 1747 van der Parra diangkat sebagai sekretaris pemerintah sekaligus anggota Dewan Hindia. Tahun 1752 ia telah menjabat presiden dari Collegie van Heemraden.

Van der Parra diangkat menjadi gubernur jenderal saat berusia 49 tahun. Namun ia menunda pelantikannya sampai tahun 1763, karena menunggu kepastian dari pengurus VOC di Amsterdam dan juga agar bertepatan dengan hari kelahirannya tanggal 29 September 1763. 

Pada saat itu diadakan pesta besar-besaran yang dihadiri oleh para pembesar VOC di Batavia, bupati dari Priangan, Cirebon dan wilayah sepanjang pantai utara Jawa dan Madura. Keraton Yogyakarta dan Surakarta juga mengirim utusan, bahkan dimana VOC memiliki kantor dagang seperti di Persia, Jepang, India, dan Srilangka juga turut memeriahkan pesta tersebut.

Selain rumah Cimanggis, Van der Parra merupakan pemilik perkebunan swasta di ujung selatan Molenvliet Timur dan pojok Noordwijk. Tanah tersebut dibelinya tahun 1769, awalnya tanah dan rumah tersebut milik Jacob Mossel.

Dia telah memulai tinggal di kota selatan, setengah abad sebelum Daendels memerintahkan untuk menghancurkan dinding kota di utara dan memindahkan ibu kota pemerintahan tidak jauh dari tempat van der Parra. 

Bangunannya masih ada sampai tahun 1820, namun diatasnya kemudian dibangun rumah sakit militer tahun 1857 dan kemudian dikenal sebagai RSGS (Rumah Sakit Gatot Subroto). Setelah meninggal jabatannya sebagai gubernur jenderal kemudian digantikan oleh Jeremias van Riemsdijk.

Untuk istri kedua

Rumah Cimanggis merupakan pemberian Van Der Parra untuk istrinya, Yohana van der Parra pada 1771. Yohana van der Parra juga merupakan pemilik Pasar Cimanggis yang kini bernama Pasar Pal. Lokasinya sekitar satu kilometer dari Rumah Cimanggis. 

Pasar Cimanggis dulu dijadikan sebagai tempat peristirahatan bagi mereka yang tengah dalam perjalanan dari Batavia (Jakarta) menuju Bogor. Di sana para pejalan akan mengistirahatkan kuda dan mengumpulkan perbekalan. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan.

Setelah Yohanna meninggal, rumah tersebut sempat diserahkan pada seorang pengusaha bernama David Smith. Namun setelah David Smith bangkrut, tidak ada catatan terkait siapa pemilik rumah Cimanggis tersebut. Hingga akhirnya pada tahun 1953, rumah tersebut sudah dibalik nama atas nama Samuel de Meyer.

Kemudian, kata Farah, pada tahun 1946-1947, rumah tersebut digunakan sebagai markas Belanda terutama saat agresi militer pertama.

Pascakemerdekaan, di era orde baru, Presiden Soeharto meresmikan tiga pemancar RRI di area tersebut tahun 1964. Bangunan Rumah Cimanggis menjadi bagian kompleks pemancar RRI itu.

Lalu, pada tahun 1978 bangunan tersebut dijadikan rumah dinas karyawan RRI. Rumah disekat menjadi beberapa bagian untuk ditempati 13 kepala keluarga sebagai rumah dinas.

Tahun 2002-2003 dikosongkan lagi, hingga tak terpelihara. Rumah Cimanggis memiliki nilai historis tersendiri bagi kotak Depok. Sebab, dia menjadi tanda dibukanya aktivitas ekonomi di Depok.

photo
Wartawan mengambil gambar bangunan bersejarah peninggalan Belanda Rumah Cimanggis di kawasan Lapangan Pemancar RRI, Cisalak, Depok, Jawa Barat, Minggu (17/12). Bangunan bersejarah Rumah Cimanggis yang berdiri sejak tahun 1778 dan merupakan bekas rumah singgah Gubernur Jenderal VOC Petrus Albertus Van Der Parra itu kini dalam kondisi rusak tak terawat dan terancam tergusur oleh pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc/17.Wartawan mengambil gambar bangunan bersejarah peninggalan Belanda Rumah Cimanggis di kawasan Lapangan Pemancar RRI, Cisalak, Depok, Jawa Barat, Ahad (17/12). Bangunan bersejarah Rumah Cimanggis yang berdiri sejak tahun 1778 dan merupakan bekas rumah singgah Gubernur Jenderal VOC Petrus Albertus Van Der Parra itu kini dalam kondisi rusak tak terawat dan terancam tergusur oleh pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc/17. - (ANTARA FOTO)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat