Polisi israel menahan pengunjuk rasa Palestina di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, pekan lalu. | AP/Mahmoud Illean

Kabar Utama

Ramadhan Berdarah di al-Aqsha

Penyerbuan polisi Israel di Masjid Al-Aqsha dikecam komunitas internasional.

 

JAKARTA -- Aksi penyerbuan polisi Israel atas puluhan ribu jamaah Masjid Al-Aqsha sepanjang akhir pekan lalu memicu kecaman dari berbagai belahan dunia.  Sejauh ini, insiden yang berlanjut hingga Ahad (9/5) pagi itu telah menyebabkan sekitar 300 warga Palestina terluka.

“Indonesia mengecam pengusiran paksa enam warga Palestina dari wilayah Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur. Indonesia juga mengecam tindak kekerasan terhadap warga sipil Palestina di wilayah Masjid Al-Aqsha yang menyebabkan ratusan korban luka-luka dan melukai perasaan umat Muslim,” tulis Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia dalam pernyataan pada Sabtu (8/5).

Indonesia menekankan, pengusiran paksa dan tindakan kekerasan tersebut bertentangan dengan berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB dan hukum humaniter internasional, khususnya Konvensi Jenewa IV tahun 1949. “(Indonesia) mendesak masyarakat internasional mengambil langkah nyata untuk menghentikan langkah pengusiran paksa warga Palestina dan penggunaan kekerasan terhadap warga sipil,” kata Kemenlu.

Eskalasi di Yerusalem sudah dimulai sepekan belakangan dipicu kasus dicabutnya kepemilikan 70 warga Palestina atas rumah mereka di Seikh Jarrah, Yerusalem Timur oleh pengadilan Israel. Pengusiran paksa kemudian dilakukan pada Kamis (6/5) dini hari.

Selain itu, penutupan wilayah Gerbang Damaskus di Masjid Al-Aqsha oleh polisi Israel juga memicu kemarahan warga keturunan Arab. Hal tersebut dipanas-panasi dengan aksi ekstremis Yahudi melintasi wilayah Muslim di Yerusalem sembari meneriakkan ujaran kebencian dan melakukan kekerasan pada akhir April lalu.

Pada Jumat (7/5), merujuk laporan media Palestina dan Israel, sebanyak 70 ribu hingga 90 ribu umat Islam melaksanakan shalat Jumat di Haram Al-Syarif, Masjid Al-Aqsha, dan kemudian melancarkan orasi atas perkembangan terkini. Selepas Maghrib, suasana memanas dan kepolisian Israel kemudian menyerbu Haram Al-Syarif dengan tembakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan jamaah. Sedikitnya 205 warga Palestina terluka parah akibat kejadian itu. 

Bulan Sabit Merah Palestina mencatat sedikitnya 90 orang terluka, serta 30 harus dirawat di rumah sakit. Seorang bayi berusia 12 bulan jadi salah satu korban. Haaretz melaporkan, Bentrok antara warga Palestina dan polisi Israel terjadi di berbagai lokasi di Kota Tua Yerusalem hingga Ahad (9/5) pagi.

Selain Indonesia, negara-negar Uni Eropa juga melayangkan kecaman atas aksi kekerasan di Yerusalem. Uni Eropa meminta semua pihak menahan diri sembari menyiratkan bahwa persoalan perluasan pemukiman Israel jadi sumber konfik belakangan. Dari negara-negara mayoritas Muslim, Iran, Arab Saudi, Pakistan, Turki, Mesir, juga melayangkan kecaman.

photo
Polisi Israel menahan pengunjuk rasa Palestina di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, pekan lalu. - (AP/Mahmoud Illean)

Sementara Amerika Serikat menyatakan khawatir dengan meningkatnya kekerasan di Yerusalem dan meminta semua pihak menahan diri. “Termasuk dari melakukan pengusiran di Yerusalem Timur, aktivitas pemukiman, dan aksi terorisme,” tulis pernyataan Kementerian Luar Negeri AS.

Sedangkan PBB mendesak Israel membatalkan penggusuran paksa di Yerusalem Timur. Juru bicara kantor hak asasi manusia PBB Rupert Colville menekankan bahwa Yerusalem Timur tetap menjadi bagian dari wilayah Palestina yang diduduk. "Memindahkan penduduk sipil ke wilayah pendudukan adalah ilegal di bawah hukum internasional dan mungkin merupakan kejahatan perang," ujarnya menambahkan.

Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir meminta semua negara yang cinta kemerdekaan abadi hendaknya bertindak tegas terhadap kesewenang-wenangan Israel. "Hentikan segala bentuk kekerasan, kekejaman dan tindakan pengusiran terhadap bangsa Palestina," kata Haedar, Ahad (9/5). "Kami Muhammadiyah dan rakyat Indonesia senantiasa terus membela dan mendukung  perjuangan rakyat Palestina demi tegaknya kedaulatan negara Palestina yang bebas dari segala bentuk pkesewenang-wenangan Israel," Haedar menambahkan.

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU)  Jawa Timur juga menyerukan pemberian sanksi internasional terhadap Israel terkait penyerangan di Al-Aqsha. “Saya menyerukan secara khusus kepada warga NU dan Pesantren di Jatim untuk bersama melakukan gerak batin dengan membaca doa qunut nazilah dan hizb, memohon pertolongan dari Allah SWT agar Palestina khususnya dan juga dunia dapat tercipta situasi yang damai,” ujar Ketua PWNU Jatim, KH Marzuqi Mustamar, kemarin. 

Liga Arab Rapat Khusus 

Negara-negara Liga Arab bakal melakukan pertemuan khusus terkait penyerangan jamaah Masjid al-Aqsha oleh polisi Israel. Pertemuan tersebut bakal digelar pada Senin (10/5) ini.

Rencana tersebut disampaikan Asisten Sekretaris Jenderal Liga Arab, Hossam Zaki, kemarin. “Telah kami putuskan untuk menggelar rapat luar biasa di level perwakilan tetap di markas sekretaris jenderal,” tulis Hossam Zaki dalam pernyataannya. Pertemuan tersebut menurutnya atas permohonan Palestina dan akan dipimpin Qatar.

photo
Polisi israel menahan pengunjuk rasa Palestina di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, pekan lalu. - (AP/Mahmoud Illean)

Agenda pertemuan, menurut dia, termasuk penggunaan kekerasan oleh Israel di Yerusalem dan penyerangan jamaah di Masjid al-Aqsha. Selain itu, juga dibahas soel pengusiran warga Palestina dari rumah mereka. 

Asisten Menteri Luar Negeri Palestina, Omar Awadallah, menekankan bahwa pertemuan Liga Arab tersebut akan menjadi perkembangan yang penting. Dalam wawancara kepada Voice of Palestine Radio pada Ahad (9/5), ia menyatakan, segala upaya sedang dijalankan untuk menghentikan agresi Israel.

Organisasi Kerja sama Islam (OKI) juga ia sebut tengah menyiapkan pertemuan guna membahas dampak dari insiden di Al-Aqsha dan permukiman Seikh Jarrah. Tak hanya itu, Awadallah juga mengeklaim, Dewan Keamanan PBB (DK PBB) akan menggelar pertemuan mendesak terkait kondisi di Yerusalem hari ini.

Kabar itu didapatkan utusan Palestina setelah menjalankan instruksi Presiden mahmoud Abbas untuk melobi negara-negara di PBB, terutama Cina sebagai ketua Dewan Keamanan PBB saat ini.

Presiden Abbas memang sebelumnya meminta Dewan Keamanan PBB serta Liga Arab melakukan pertemuan terkait kekerasan di Yerusalem. “Komunitas internasional harus mengambil tanggung jawab menghentikan agresi terhadap bangsa kami di tempat suci,” kata dia dalam siaran televisi.

Abbas menegaskan, Pemerintah Israel bertanggung jawab penuh atas perkembangan yang berbahaya di kota suci Yerusalem. “Terorisme para pemukim hanya akan meningkatkan tekad kami mempertahankan hak absah untuk mengakhiri pendudukan, memperoleh kemerdekaan, dan mendirikan Negara Palestina yang berdaulat dan merdeka yang beribukotakan Yerusalem,” kata Abbas.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melakukan pertemuan dengan pejabat tinggi bagian keamanan pada Sabtu (8/5). Dalam pertemuan itu, diputuskan bahwa kepolisian akan menambah pasukan mereka di Yerusalem. "Kami bertindak secara bertanggung jawab guna memastikan hukum dan ketertiban di Yerusalem sembari menjaga kebebasan beribadah di situs-situs suci," ujar Netanyahu selepas pertemuan, dilansir Times of Israel.

Kepala kantor diaspora Hamas, Khaled Meshaal mengatakan, pengusiran yang dilakukan otoritas Israel terhadap warga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, adalah sebuah tindak pembersihan etnis. Hamas menekankan tidak akan pernah menyerah kepada penjajah Zionis.

Dia mengungkapkan pentingnya Yerusalem bagi rakyat Palestina. “Tidak ada kehidupan bagi kami tanpa Yerusalem. Yerusalem bukanlah ibu kota politik, agama, spiritual, dan peradaban, melainkan masa lalu, sekarang, dan masa depan, dan itu adalah tanah yang Tuhan telah janjikan kepada kita untuk menjadi tanah, yang menentukan dengan Zionis pada awalnya dan babak terakhir,” ujarnya.

 "Umat (bangsa) akan menang dan musuh-musuhnya akan dikalahkan meskipun semua penderitaan yang dialaminya, dan upaya untuk memecah belahnya," kata Meshaal menambahkan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat