Cermat mengelola THR (ilustrasi) | Freepik

Perencanaan

Agar THR tak Numpang Lewat

Saat pandemi, ada baiknya sangat berhati-hati mengelola keuangan termasuk THR.

Menjelang Lebaran, biasanya momen yang ditunggu banyak orang adalah kehadiran THR alias tunjangan hari raya. Sayangnya, tidak sedikit yang merasa bahwa dana THR seperti uang kaget rutin setiap tahun sehingga langsung habis begitu saja lantaran banyak pengeluaran yang harus dipenuhi.

Artis Zaskia Adya Mecca punya jurus sendiri untuk mengelola THR, agar tidak habis sia-sia. Ia menyebut, sangat berhati-hati dalam mengeluarkan uang terutama THR, apalagi dalam kondisi masih pandemi.

“Karena kita lagi di kondisi seperti ini, kebutuhan banyak, kita nggak tahu pandemi sampai kapan. Buat aku, pemakaian THR itu jangan cuma karena keinginan, tapi lebih kepada kebutuhan,” ujar istri sutradara Hanung Bramantya itu dalam ajang pertemuan virtual pada April lalu.

Ia menyarankan jangan sampai kita merasa jumawa lantaran punya banyak uang lalu belanja sepuasnya. Kita boleh memberikan hadiah untuk diri kita sendiri, menyenangkan diri kita sendiri, tapi jangan sampai terlalu banyak. “Karena balik lagi, ini (pandemi) masih panjang dan harus ada planning-nya,” ungkap Zaskia.

Sedangkan warga Kemayoran, Jakarta Pusat, Dania Kartika (29 tahun) punya catatan tersendiri untuk dana THR yang diterimanya. “THR biasanya langsung saya pakai untuk keperluan Lebaran. Kalau ada sisa ditabung, tapi ya terkadang terpakai buat sesuatu yang saya inginkan. Penting juga ya konsep bulanan untuk bulanan dan tahunan untuk tahunan itu,” kata Dania saat dihubungi Republika.

Meski tidak mencatat rinci pengeluaran tiap bulan, dia dan suami yang sama-sama karyawan swasta merasa memiliki keuangan keluarga yang cukup sehat. Mereka mengaku sudah memiliki dana darurat serta tabungan bersama yang semuanya disimpan di satu ATM atas nama dirinya. Mereka juga sudah punya rumah dan kendaraan yang dibayar secara tunai, sehingga tidak ada cicilan bank. Gaji benar-benar hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan tabungan saja.

“Alhamdulillah tidak ada utang dan masih rutin ngasih orang tua saya dan orang tua suami. Kadang bantu saudara juga kalau ada yang butuh. Semoga bukan saya saja yang bisa begini, semua milenial juga bisa,” paparnya.

Bagi dia, pengeluaran tahunan itu harus dilunasi dengan menggunakan pengeluaran bulanan yang ditabung. Apalagi, ia memiliki kendaraan mobil dan motor yang harus dibayarkan pajaknya setiap tahun. Sementara untuk zakat maal, ia mengaku belum rutin melakukannya setiap tahun. “Sedekah mungkin lumayan sering ya, tapi kalau zakat maal masih suka kelupaan,” ungkap dia.

photo
Cermat mengelola THR (ilustrasi) - (Freepik)

Perencana keuangan, Metta Anggriani, menilai kita perlu mengalokasikan THR supaya prioritas utamanya terpenuhi. ''Dan yang paling wajib tentunya kita perlu berzakat, zakat mal, zakat kekayaan, zakat fitrah, dan zakat lainnya. Kalau ada lebihnya kita bisa berinfak dan sebagainya,” papar Metta.

THR juga bisa dialokasikan untuk bayar utang, agar Lebaran kita tidak memiliki beban lagi. Dan tentunya ada banyak kebutuhan ekstra untuk merayakan Lebaran. Sebisa mungkin setelah digunakan untuk kebutuhan, baru mulai pikirkan investasi.

“Biasanya porsi terbesar pengeluaran itu saat kita mudik ya. Lalu setelah itu ada juga saat kita berbagi, zakat, dan lainnya, maka itu juga perlu kita anggarkan. Baru belanja, belanja kebutuhan makanan, pakaian, atau kebutuhan rumah yang terkait dengan Ramadhan,” ujar Metta.

Selain itu, jika biasanya akan ada pengeluaran buka bersama dan ngabuburit, namun lantaran pembatasan saat pandemi maka biaya itu bisa ditekan. ''Begitu pula mudik yang juga dilarang pemerintah, ini bisa menekan biaya juga,'' ujarnya.

Salah satu cara mengontrol biaya belanja adalah dengan menempatkan uang dalam satu akun saja. Ini akan lebih memudahkan kita dalam mengatur keuangan, dan tahu berapa jumlah uang yang dikeluarkan.

Kemudian, bisa juga membelanjakan barang-barang yang bisa dipakai untuk hari lain. Misalnya ketika membeli sepatu atau baju baru untuk merayakan Lebaran, bisa juga dipakai setelahnya, seperti membeli sepatu lari.

“Satu lagi, kita harus memanfaatkan promo /dong/. Artinya supaya kita lebih hemat belanjanya. Kita bisa mengeluarkan uang lebih sedikit dengan hasil lebih banyak, atau beli sesuatu dengan nilai yang lebih baik. Dan pastinya kita tahu batasan belanja. Jangan sampai bablas, lalu berutang,” paparnya.

Jangan Lupa Berzakat

Agar dana THR tidak langsung habis, perencana keuangan OneShildt, Rahma Mieta Mulia, menyarankan untuk menyusun rencana keuangan sejak awal tahun. “Baiknya pengeluaran bulanan itu menggunakan uang bulanan yang kita dapat. Pengeluaran tahunan menggunakan uang tahunan yang kita dapat,” ungkap Mieta kepada Republika.

Khusus THR, karena itu termasuk pendapatan tahunan dan di luar bonus, maka penggunaannya sama seperti konsep yang telah ia sebutkan, yakni digunakan untuk pengeluaran tahunan. Bisa untuk yang berhubungan dengan hari raya seperti Lebaran dan Idul Adha, bisa juga untuk di luar itu.

Di awal tahun, baiknya sudah dipetakan mana saja kebutuhan bulanan dan kebutuhan tahunan. Kebutuhan bulanan ini biasanya kebutuhan pokok seperti makan, minum, dan perawatan rumah, ongkos bekerja (jika sudah mulai masuk kerja), listrik, biaya sekolah untuk anak (jika sudah punya anak), dan masih banyak lagi sesuai kebutuhan.

Sementara kebutuhan tahunan ini biasanya pajak mobil, pajak motor, lalu kebutuhan saat hari-hari spesial seperti hari raya, ulang tahun, dan lainnya sebaiknya sudah direncanakan di awal tahun, atau setiap bulan jika ada perubahan harus segera dicatat juga.

“Jadi diiris lagi, apa saja pengeluaran tahunan. Kalau Hari Raya kan ada dua, Idul Fitri sama Idul Adha, sementara THR cuma terima sekali. Lalu dibuat skala prioritas. Mana yang butuh, perlu, dan ingin,” papar Mieta.

 

 

Dibuat skala prioritas. Mana yang butuh, perlu, dan ingin.

Rahma Mieta Mulia
 

 

 

Dia juga mengingatkan pengeluaran untuk bingkisan. “Biasanya mungkin ada yang suka kirim parsel, ini pasti sudah dianggarkan. Lalu baju dan kue Lebaran. Intinya utamakan pengeluaran yang membengkak dulu. Atau lagi pandemi, bisa alokasikan uang yang tersisa untuk dana darurat, karena dana darurat kita harus punya minimal enam kali pengeluaran bulanan kita,” katanya.

Mieta pun menekankan pada pengeluaran untuk zakat. Zakat fitrah mungkin nominalnya sedikit karena dihitung per orang dan setara dengan 2,5 liter beras. Mieta lebih fokus pada zakat maal yang harus dikeluarkan dari harta kekayaan seseorang. 

“Kalau sudah mencapai batas minimum, itu kena zakat maal, nisabnya itu sekitar 85 gram emas. Jika harga emas Rp 900 ribu jadi nisabnya sekitar Rp 70 juta ya. Kalau kita punya investasi atau tabungan mencapai batas minimum itu, zakat yang harus dikeluarkan itu 2,5 persen dari seluruh harta itu,” beber Mieta.

Ia memberi contoh, misalkan seseorang memiliki tabungan Rp 100 juta dan itu sudah dimiliki selama satu tahun, itu harus membayar zakat maal Rp 2,5 juta. ''Boleh jadi masih banyak yang tidak tahu ada hak orang lain dari harta mereka,'' ujar Mieta.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat