Petugas memeriksa dokumen kendaraan dari luar Kota Bandung di Pos Kendali Larangan Mudik kawasan Terminal Ledeng, Jalan Stiabudi. Kamis (6/5/2021). | Edi Yusuf/Republika

Tajuk

Harus Konsisten

Kita tidak ingin kebijakan ketat terkait larangan mudik di pusat tidak diimbangi daerah.

 Sejak Kamis (6/5), pemerintah mulai memberlakukan larangan mudik hingga 17 Mei mendatang. Hari pertama larangan mudik diterapkan, aktivitas sejumlah stasiun kereta api, terminal bus, dan bandara relatif tidak seramai hari-hari sebelumnya.

Apalagi bila dibandingkan kondisi sebelum pandemi, suasana bandara, terminal bus, maupun stasiun kereta api sepekan menjelang Idul Fitri biasanya selalu dipadati para pemudik.

Kita memahami, aturan larangan mudik yang diterapkan pada Lebaran 2021 ini bagi sebagian masyarakat terasa menyesakkan. Rutinitas mudik setiap satu tahun sekali bukan sekedar perjalanan wisata ke kampung halaman.

Lebih dari itu, kegiatan mudik adalah ajang silaturahim dengan orang tua, keluarga, atau para tetangga. Ketika pemerintah sejak jauh-jauh hari mengeluarkan kebijakan larangan mudik, tak sedikit masyarakat membatalkan pesanan tiket pesawatnya.

 

 
Kita memahami, aturan larangan mudik yang diterapkan pada Lebaran 2021 ini bagi sebagian masyarakat terasa menyesakkan. 
 
 

Banyak calon pemudik yang akan menggunakan kendaraan pribadi menunda rencananya pulang kampung. Tak sedikit juga orang tua di kampung yang sudah renta berharap bisa bertemu anak dan cucunya, tapi akhirnya harus memupus keinginannya itu.

 

Kalau mau jujur, larangan mudik kali ini melahirkan pengorbanan dari masyarakat yang tidak kecil. Mereka memilih tetap di rumah dan tidak nekad pulang kampung demi mematuhi ketentuan yang diterapkan pemerintah. 

Di sisi lain, kita juga ketahui larangan mudik yang diputuskan pemerintah bukan tanpa alasan. Wabah Covid-19 yang masih mengancam di Tanah Air berpotensi kembali naik jika kebijakan larangan mudik tidak diterapkan.

Belum lagi, fakta menunjukkan beberapa bulan sebelumnya jumlah masyarakat yang positif Covid-19 selalu meningkat setiap kali usai libur panjang. Itu karena masyarakat melakukan perjalanan ke luar kota dan mengabaikan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Karena itu, kebijakan soal mudik ini boleh dikatakan antisipasi pemerintah agar penyebaran Covid-19 tak lagi naik pesat seperti awal 2021. Apalagi, kejadian di India dalam satu bulan terakhir ini juga sangat mengkhawatirkan.

 
Belum lagi, fakta menunjukkan beberapa bulan sebelumnya jumlah masyarakat yang positif Covid-19 selalu meningkat setiap kali usai libur panjang. 
 
 

Tidak hanya jumlah positif Covid-19 yang dari hari ke hari meningkat tetapi korban yang meninggal juga naik pesat. Bahkan, India menyumbang sekitar 40 persen dari total penduduk dunia yang terinfeksi Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir ini.

Padahal, kita sama-sama ketahui beberapa bulan sebelum ini India menjadi salah contoh negara sukses dalam menangani wabah Covid-19.

Namun ketika Pemerintah India mengendurkan kebijakannya dengan mengizinkan kegiatan keagamaan dan politik yang menyebabkan kerumunan, kisah sukses menghadapi wabah Covid-19 bagi negara tersebut benar-benar lenyap.

Kini India menjadi salah satu negara yang kewalahan menghadapi wabah Covid-19. Ikhtiar yang dilakukan pemerintah dengan membuat kebijakan larangan mudik mudah-mudahan membuat jumlah yang terinfeksi Covid-19 di Tanah Air dapat terus ditekan.

Karena itu, semua lapisan instansi dan  aparat yang terlibat baik di pusat maupun di daerah harus konsisten dalam menjalankan kebijakan ini. Kita tidak ingin kebijakan ketat terkait larangan mudik di pusat tidak diimbangi daerah.

Sebab, ketika ada aparat atau pemerintah daerah (pemda) yang tak konsisten menerapkan kebijakan ini, akan melahirkan ketidakadilan bagi calon pemudik yang membatalkan rencananya pulang kampung.

Pemda harus benar-benar menerapkan isolasi bagi pemudik yang nekad dan tanpa pandang bulu. Aparat di lapangan yang melakukan penyekatan di sejumlah titik, juga mesti tak ragu melarang pemudik melanjutkan perjalanan dan meminta mereka kembali ke rumah.

Namun, kita berharap aparat di lapangan baik itu kepolisian, petugas dinas perhubungan, maupun aparat di daerah-daerah di tengah ketegasannya tersebut tetap berlaku santun dan ramah. Perlakukan pemudik dengan baik dan meminta mereka dengan sopan kembali rumah dan tidak melanjutkan perjalanan mudiknya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat