Ilustrasi tenaga medis bersiap melayani pasien asam lambung. | ANTARA FOTO

Nasional

Penderita Asam Lambung tak Boleh Sembarang Tidur Lho

Ada tips khusus untuk para penderita penyakit asam lambung. Berikut ulasannya.

 

JAKARTA — Asam lambung merupakan salah satu penyakit yang paling umum diderita masyarakat Indonesia. Kementerian Kesehatan mencatat, penyakit yang berhubungan dengan gastrointestinal itu menduduki 10 besar penyakit dengan jumlah penderita terbanyak di Indonesia.

Sebutan lain penyakit ini adalah gastroesophageal reflux disease (GERD). Gejala yang muncul akan membuat si penderita merasa tidak nyaman. Modifikasi pola makan dan gaya hidup dapat membantu meredakan gejala ini.

Asam lambung merupakan sebuah kondisi berulang di mana asam lambung naik ke kerongkongan. Hal tersebut dapat mengiritasi lapisan kerongkongan. Gejala paling umum adalah heartburn atau sensasi panas dan terbakar di dada. Biasanya, gejala  ini diatasi oleh penggunaan obat-obatan.

Penyakit ini memiliki efek jangka panjang bagi kesehatan. Selain itu, ada kekhawatiran mengenai efek samping dari penggunaan obat. Oleh karena itu, modifikasi pola makan dan gaya hidup untuk mengontrol gejala GERD dinilai dapat menjadi salah saut opsi terbaik bagi pasien.

Berurusan dengan penyakit asam lambung memang tidak nyaman, bahkan bisa mengganggu kualitas tidur Anda. Untungnya, Anda dapat mengurangi gejala dari refluks asam dengan mengubah cara posisi tidur.

Ketika Anda hendak tidur, hindari posisi berbaring telentang karena itu akan menyebabkan asam lambung naik hingga kerongkongan. Sederhananya, tubuh Anda membutuhkan gravitasi untuk memindahkan asam dari kerongkongan Anda ke sistem pencernaan Anda.

Dilansir dari laman Health Digest pada Sabtu (1/5), posisi tidur terbaik ketika mengalami refluks lambung adalah dengan membuat posisi kepala tetap tinggi. Anda disarankan untuk menumpuk bantal setinggi 10 hingga 20 sentimeter, lalu Anda bisa menyandar kepada dan punggung pada bantal tersebut. Yang pasti, gagasan utamanya agar kepala Anda posisinya lebih tinggi sekitar 10 sentimeter dari kaki.

Para ahli dari University of California di San Diego menyarankan agar penderita refluks asam lambung tidak menggunakan bantal standar untuk meninggikan kepala, karena bantal tersebut tidak memberikan dukungan yang cukup.

Para ahli juga menyarankan agar Anda menggunakan bantal khusus untuk penderita lambung dengan posisi baring inklinasi. Bantal khusus itu bisa membantu mencegah aliran asam lambung atau lendir naik ke bagian tubuh ke bagian atas dengan bantuan gravitasi.

Jika tidur miring tidak membantu atau tidak nyaman, Anda juga bisa tidur dengan posisi miring ke kiri, mengingat lambung berada di sebelah kiri. Dengan begitu, Anda membuat lambung tetap berada di posisi rendah dan asam lambung sulit untuk naik dari perut. Selamat mencoba!

Hindari stress

Faktor stres memegang peranan besar di balik penyakit asam lambung saat pandemi Covid-19. "Penelitian menunjukkan hampir setengah pasien asam lambung melaporkan stres sebagai faktor terbesar yang memperburuk gejala," kata staf medik Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM-FKUI Rabbinu Rangga Pribadi dalam webinar kesehatan, ditulis Sabtu (6/3).

Stres punya kaitan erat dengan timbulnya asam lambung. Sementara saat ini, banyak orang yang merasa tertekan akibat kehilangan pekerjaan, kehilangan anggota keluarga hingga tidak bisa leluasa bepergian akibat pandemi Covid-19. 

Stres atau kecemasan jadi salah satu faktor risiko asam lambung, begitu juga gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan berat badan berlebih. Faktor lainnya meliputi makan dalam jumlah besar, obat-obatan, hamil, menyantap makanan yang memicu kenaikan asam lambung juga berbaring setelah makan. 

Dalam kondisi normal, asam lambung berada di dalam lambung, tapi asam lambung itu naik ke kerongkongan pada penderita asam lambung. Penyakit ini banyak dialami masyarakat di dunia. Berdasarkan data 2016, ada 24,8 persen penduduk di Indonesia yang mengalami penyakit ini.

Asam lambung bisa diatasi dengan obat, tapi itu saja tak efektif bila pasien tidak memodifikasi gaya hidup menjadi lebih sehat. Pasien harus mengubah gaya hidup dengan cara menjaga berat badan ideal, olahraga teratur, berhenti merokok dan minum minuman beralkohol juga mengurangi makanan berlemak.

Pasien juga sebaiknya tidur dengan meninggikan kepala sekitar 20 cm, menghindari makan dalam jumlah besar terutama saat malam, menghindari ngemil pada malam hari dan tidak berbaring minimal tiga jam setelah makan. Dia menjelaskan, pasien perlu melakukan teropong saluran cerna atau endoskopi atas bila penyakit tidak segera membaik setelah mengonsumsi obat dan memodifikasi gaya hidup agar lebih sehat.

Juga, bila pasien mengalami gejala atau tanda bahaya seperti muntah terus menerus, muntah darah, BAB hitam, sulit menelan, anemia dan berat badan menurun. "Penyakit ini tidak menimbulkan kematian, namun sangat mengganggu aktivitas keseharian pasien," kata dia.

Pengobatannya berbeda-beda untuk setiap individu. Karena itu, perlu berkonsultasi kepada dokter agar pengobatan lebih optimal.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat