Ilustrasi kebakaran yang asapnya menyisakan noda hitam. | ANTARA FOTO

Bodetabek

Imbas Kebakaran Ban, Lingkungan Gunungputri Bogor Menghitam

Asap kebakaran menyisakan noda hitam.

BOGOR -- Masyarakat di Desa Karanggan, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mulai mengeluh karena lingkungan di sekitarnya mulai kotor dan menghitam. Udara yang dihirup pun terasa tercemar.

Kondisi itu diduga imbas dari kebakaran penampungan ban bekas di Jalan Raya Bojong Nangka, Desa Bojong Nangka, Kecamatan Gunung Putri pada Senin (19/4) sekitar pukul 18.38 WIB, yang asapnya masih muncul hingga Ahad (24/4). Padahal, petugas dinas pemadam kebakaran (damkar) sudah mengerahkan personelnya untuk membasahi area kebakaran berhari-hari tanpa henti.

Warga RT 04, RW 01, Desa Karanggan, Miswan, mengatakan, jarak antara permukiman warga dan lokasi kebakaran hanya ratusan meter. Sehingga, menghitamnya udara, termasuk tembok rumah warga diakibatkan oleh kebakaran tersebut. "Walaupun beda desa, kan ini perbatasan desa, apalagi posisinya juga dekat dengan lokasi kebakaran," kata Miswan saat ditemui di rumahnya, kemarin.

Warga baru menyadari lingkungan sekitar rumahnya mulai ada yang tidak beres pada Kamis (22/4) atau tiga hari berselang sejak muncul insiden kebakaran. Kepulan asap berwarna pekat dari lokasi kejadian terbawa angin, yang kebetulan mengarah ke Desa Karanggan.

Apalagi, karena bahan yang terbakar merupakan ban berbahan karet sehingga asap yang dihasilkan menimbulkan noda hitam. "Makanya (rumah) pemuka warga hitam cemong seperti ini," tutur Miswan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by DAMKAR KABUPATEN BOGOR (damkarbogorkab)

Komandan Sektor Damkar Cileungsi, Hendra Kurniawan, mengatakan, gabungan petugas pemadam kebakaran dan relawan menggunakan air dicampur deterjen untuk memadamkan si jago merah. Dengan metode tersebut, ditargetkan api dan asap yang terus muncul di lahan sekitar satu hektare itu bisa lebih mudah dipadamkan.

"Pengganti foam kita akalin pakai deterjen, jadi airnya itu kalau pakai deterjen jadi lebih kental. Melelehnya ke ban atau benda yang terbakar itu lebih lama," jelasnya.

Tak hanya itu, menurut Hendra, dua unit backhoe dikerahkan untuk mengeruk timbunan ban bekas yang terbakar. Sebab, api di bagian dalam timbunan ban bekas itu masih menyala. Karena itu, perlu dilakukan pengerukan di bawah tanah.

"Jadi kita pakai bakchoe sambil pengerukan dan sambil penyemprotan. Karena pada saat dikeruk api ada di dalam semua. Memang masih sama kayak kemarin, kudu (harus) sabar begini mah," ucap Hendra.

Karena kebakaran sangat hebat, sebanyak 11 unit mobil damkar  diterjunkan ke lokasi. Jumlah itu sudah termasuk dengan bantuan yang diberikan Dinas Damkar Kota Bogor. "Dengan personel kurang lebih sekitar 60 orang," tutur Hendra.

 
Kita pakai bakchoe sambil pengerukan dan sambil penyemprotan. Karena pada saat dikeruk api ada di dalam semua.
 
 

Namun, karena yang terbakar adalah ban, sehingga proses pemadaman tidak bisa langsung selesai. Karena karet yang terbakar bisa mengeluarkan api lagi ketika beberapa saat tidak disemprot air.

Kabid Damkar Satpol PP Kota Bogor, Ade Nugraha, mengatakan, pihaknya ikut turun membantu petugas damkar Kabupaten Bogor untuk memadamkan api sejak Kamis (22/4). "Kami terjunkan dua armada dan 20 personel untuk membantu memadamkan api di Gunung Putri," kata Ade.

Sebenarnya pada Kamis itu, api sudah mulai bisa dikendalikan. Meski begitu, kepulan asap masih membumbung tinggi. Dalam beberapa saat, kata dia, kemudian api muncul lagi di tengah pemadaman. Untuk itu, ia menginstruksikan jajarannya berjaga agar dapat sesegera mungkin melakukan pencegahan. Karena kalau bekas ban ini bisa terbakar lagi dan saat ini kita akan fokuskan ke pendinginan," jelasnya.

Komandan Sektor Damkar Ciomas, Ridwan, melanjutkan, ada dua faktor yang menyebabkan pemadaman menjadi tak maksimal. Selain banyaknya bahan yang mudah terbakar dan sumber api di bawah tumpukan ban, dia menyebut, petugas juga merasa kesulitan karena sumber air untuk memadamkan api cukup jauh dari lokasi pemadaman.

"Mungkin sekitar dua sampai tiga kilometer. Hal ini yang membuat kami mesti bolak-balik bergantian untuk mengambil air," ucapnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat