Petugas Warteg Mobile Laznas BSM Umat membagikan makanan siap saji untuk masyarakat di kawasan pemukiman Nelayan, Cilincing, Jakarta, Jumat (11/12). Mandiri Syariah bersinergi dengan Laznas BSM Umat, Relawan Nusantara Rumah Zakat (RZ), Dompet Dhuafa, ACT | Prayogi/Republika

Khazanah

Zakat Berkontribusi Besar Bagi Pembangunan Nasional

Rumah Zakat memiliki program desa berdaya.

JAKARTA – Tak sekadar memberi bantuan jangka pendek bagi para mustahik, zakat ternyata memiliki manfaat yang jauh lebih luas. Zakat memiliki kontribusi besar dalam mendukung agenda pembangunan nasional.

Hal ini menjadi titik fokus pembahasan dalam Webinar Nasional SDGs bertajuk “Kontribusi Zakat dalam Mendukung Agenda Pembangunan Nasional”, Selasa (6/4), yang menjadi serial menuju Munas IX Forum Zakat pada 3-4 Juni mendatang di Malang.

Dalam forum tersebut, Chief Program Officer Rumah Zakat, Murni Alit Baginda, menekankan pentingnya mengintervensi pembangunan di desa. Dia menjelaskan, desa adalah bagian pemerintahan terkecil dengan jumlah lebih dari 75 ribu di mana kemiskinan lebih banyak berada di desa.

“Sehingga kita melihat peluang untuk berbuat kebaikan dalam rangka memberikan kontribusi terkait pembangunan berkelanjutan yang bisa kita lakukan," kata dia. 

Pengentasan kemiskinan, kata dia, tidak hanya menjadi pekerjaan pemerintah tetapi juga memerlukan keterlibatan masyarakat. "Dan Rumah Zakat menjadi salah satu dari para penggerak yang ikut berkontribusi untuk kebaikan di negara ini," ujar dia. 

Rumah Zakat memiliki program desa berdaya. Ini merupakan program terintegrasi di satu wilayah yang cakupannya desa. Program-program yang dibuat untuk desa tersebut didasarkan pada potensi yang ada di desa tersebut.

"Menyelesaikan masalah desa akan berkontribusi pada 40 persen masalah ekonomi nasional. Jadi, sangat memberi dampak, apalagi jumlah desanya banyak sekali," kata dia. 

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Rumah Zakat (rumahzakat)

Apalagi, lanjut Murni, bila anggota Forum Zakat bergandengan tangan, menyusuri setiap desa yang ada, maka mereka bisa memberi kontribusi yang besar melalui dana-dana umat yang telah dihimpunnya.

"Lalu mengapa desa? Karena masa depan dunia ini ada di desa. Di desa tersedia sumber energi, sumber pangan. Jadi, solusinya adalah desa, menguatkan desa, memberdayakan desa, insya Allah turut memberdayakan Indonesia," ujar dia.

Dalam forum yang sama, GM Economic Development Dompet Dhuafa, Udhi Tri Kurniawan, menuturkan, jumlah petani di Indonesia dari tahun ke tahun terus memperlihatkan tren penurunan. Hal ini dia sampaikan dengan mengutip riset Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sejak 1970 sampai 2020.

"Ada tren penurunan jumlah petani yang luar biasa dan diperkirakan jika tren ini terus terjadi maka pada 2063 tidak ada lagi petani di Indonesia," kata Udhi.

 Jika itu yang terjadi, proses produksi akan dominan di sektor industri sehingga retail yang dikelola oleh petani itu diperkirakan akan terlibas. "Ketika itu terjadi maka ruang kontrol terhadap dunia pertanian dan peternakan juga akan semakin kecil," ujar dia. 

Karena itu, dia mengatakan, Dompet Dhuafa melaksanakan beberapa gagasan yang salah satunya adalah Desa Tani. Fokus utama program ini ialah mendukung regenerasi petani, meningkatkan kesejahteraan petani, mencegah perambahan hutan, menguatkan jaringan pasar ekspor, dan meningkatkan aspek spiritual komunitas.

Udhi menjelaskan, ada tiga pendekatan dalam program desa tani, yaitu penguatan produksi, penguatan kapasitas petani, dan membangun relasi yang kuat dengan pasar. “Agar komoditas yang dihasilkan petani punya nilai jual yang tinggi.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat