
Internasional
Idul Adha, Bom Terus Berjatuhan di Jalur Gaza
Sebanyak 52 warga Gaza syahid pada hari Idul Adha akibat dibom Israel.
JAKARTA — Takbir Idul Adha dikumandangkan di seluruh Jalur Gaza, bertepatan dengan suara bombardir Israel yang sedang berlangsung. Idul Adha yang seharusnya dipenuhi dengan kebahagiaan, kurban, dan makanan lezat, kini terasa hampa bagi jutaan warga Palestina di Jalur Gaza. Di tengah perang yang berkelanjutan dan blokade ketat, masyarakat hanya bisa mengenang tradisi yang tak lagi bisa mereka jalani.
Selama tiga bulan terakhir, tak ada daging segar yang masuk ke Gaza. Sementara itu, sebagian besar ternak lokal seperti domba, sapi dan kambing, mati akibat serangan udara dan darat Israel yang berlangsung sejak Oktober 2023. Tradisi menyembelih hewan kurban pun nyaris tak terlihat di wilayah yang kini dipenuhi tenda pengungsian dan reruntuhan bangunan.
Di kamp Muwasi di pesisir selatan Gaza, beberapa hewan ternak yang tersisa seperti kambing, domba, sapi dan unta, dijual di kandang darurat. Namun harganya sangat mahal, sehingga warga hanya bisa melihat tanpa mampu membeli. Anak-anak yang datang juga sekadar menonton hewan-hewan itu sambil melantunkan takbir.
“Tidak ada daging, tidak ada sayur, bahkan rotipun saya tak mampu membelinya. Harganya melambung tinggi,” kata Abdel Rahman Madi, seorang pengungsi di kamp Muwasi, Gaza Selatan, seperti dilansir dari Arab News, Jumat (6/6/2025).

Idul Adha memperingati kesediaan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya sebagai wujud ketaatan kepada Allah. Di masa damai, hari ini adalah momen kegembiraan bagi anak-anak dan peluang peningkatan pendapatan bagi pedagang di Gaza.
Namun kondisi saat ini jauh berbeda. Blokade telah membuat harga kebutuhan pokok meroket. Pasokan daging dan sebagian besar buah serta sayuran segar bahkan lenyap dari pasar.
Di pasar jalanan di kota terdekat Khan Younis, sejumlah pedagang menjual boneka domba dan pernak-pernik hari raya lainnya serta pakaian bekas. Namun, sebagian besar warga hanya melihat-lihat tanpa membeli apapun karena harga yang tak terjangkau.
“Dulu, suasananya meriah seperti Idul Fitri, anak-anak akan merasa lebih ceria. Sekarang dengan blokade, tidak ada tepung, tidak ada pakaian, tidak ada kegembiraan,” kata Hala Abu Nqeira, seorang perempuan yang sedang melihat-lihat di pasar.
“Kami hanya keluar mencari tepung untuk anak-anak kami. Tapi harga tepung saat ini tidak masuk akal,” tambah dia.

Blokade Israel telah sepenuhnya menghancurkan kemampuan Gaza untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Menurut PBB, 96 persen ternak dan 99 persen unggas di Gaza telah mati. Lebih dari 95 persen lahan pertanian Gaza sebelum perang tidak dapat digunakan, rusak parah atau tidak dapat diakses di dalam zona militer Israel.
Selama lebih dari dua bulan, Israel menutup total akses bantuan ke Gaza. Baru dua pekan terakhir blokade sedikit dilonggarkan, memungkinkan beberapa truk bantuan kemanusiaan masuk untuk didistribusikan oleh PBB. Namun PBB mengaku kesulitan menyalurkan bantuan akibat penjarahan dan pembatasan dari militer Israel.
Hampir seluruh populasi yang berjumlah lebih dari 2 juta orang telah diusir dari rumah mereka, dan sebagian besar harus pindah beberapa kali untuk menghindari serangan Israel.
Seorang warga bernama Rasha Abu Souleyma mengatakan bahwa dia baru-baru ini kembali ke rumahnya di Rafah — tempat keluarganya melarikan diri untuk berlindung di Khan Younis — untuk mengambil beberapa barang yang tertinggal. Dia membawa beberapa pakaian, kacamata plastik berwarna pink, dan gelang yang dia berikan kepada kedua putrinya sebagai hadiah Idul Adha.

"Saya tidak bisa membelikan mereka pakaian atau apa pun. Dulu saya selalu membelikan daging saat Idul Adha agar mereka senang, tetapi sekarang kami tidak bisa membawa daging, bahkan untuk roti pun saya tak sanggup,” kata wanita berusia 38 tahun itu.
Sementara itu, rumah sakit di Gaza melaporkan kematian 52 warga Palestina sejak fajar pada hari Kamis, termasuk anak-anak dan jurnalis, akibat penembakan Israel di beberapa wilayah di Jalur Gaza. Tentara pendudukan menargetkan bagian tengah dan utara Khan Yunis, selatan Jalur Gaza, dengan serangan udara dan tembakan artileri.
Sumber medis melaporkan bahwa seorang anak dibunuh oleh pasukan pendudukan Israel di barat laut Khan Yunis. Seorang koresponden Aljazirah juga melaporkan pesawat tempur Israel yang terbang rendah dan tembakan senjata berat terjadi di wilayah utara kota tersebut.
Pasukan pendudukan Israel meledakkan rumah-rumah penduduk di Al-Qarara, timur laut Khan Yunis, dan juga menargetkan daerah utara kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah dengan tembakan artileri.
Gazans mark the fourth consecutive Eid during the ongoing Israeli genocide, with each celebration shadowed by entire families wiped out and the growing absence of relatives and loved ones lost to relentless Israeli massacres. pic.twitter.com/amaPvNMGOk — Quds News Network (QudsNen) June 6, 2025
Sumber-sumber Palestina melaporkan bahwa rumah-rumah terbakar akibat penembakan artileri tentara pendudukan Israel di sekitar Jabal al-Surani dan al-Rayyes, sebelah timur lingkungan al-Tuffah, sebelah timur Kota Gaza.
Sebuah pesawat tak berawak Israel menargetkan sekelompok pengungsi di dekat Menara Al-Shifa di bagian barat Kota Gaza, menewaskan lima warga sipil dan melukai puluhan lainnya, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan wanita, menurut sumber di Rumah Sakit Al-Shifa.
Rekaman Aljazirah menunjukkan momen ketika korban luka dan jenazah para syuhada ditemukan di Jalan Al-Shifa, yang dipenuhi pengungsi yang mencari perlindungan di daerah tersebut untuk menghindari pemboman Israel.
Sumber-sumber Palestina melaporkan bahwa jurnalis foto Ahmed Qaljah meninggal karena luka-luka yang dideritanya ketika pasukan pendudukan Israel mengebom tenda jurnalis di Rumah Sakit Baptis di Gaza. Hal ini menjadikan jumlah jurnalis yang tewas dalam serangan drone di tenda jurnalis di halaman rumah sakit menjadi empat.
Kantor Media Pemerintah di Gaza mengatakan bahwa jumlah jurnalis yang mati syahid di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 225 orang sejak Oktober 2023. Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melakukan genosida di Gaza, mengabaikan semua seruan dan perintah internasional dari Mahkamah Internasional untuk menghentikannya.
Genosida tersebut, yang didukung oleh Amerika Serikat, menyebabkan sekitar 180.000 warga Palestina tewas dan terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 11.000 orang hilang. Ratusan ribu orang mengungsi, dan kelaparan merenggut banyak nyawa, termasuk anak-anak.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Terus Veto Resolusi Gaza, Amerika Dikecam
Pada Rabu AS kembali memveto resolusi DK PBB untuk gencatan senjata di Gaza.
SELENGKAPNYADibalik Pembantaian Massal di Pusat Bantuan Gaza
Bukti-bukti dan kesaksian menguatkan dugaan kesengajaan Israel.
SELENGKAPNYALebih dari Seratus Penanti Bantuan Dibunuh Israel di Gaza
Penembakan terus dilakukan Israel di pusat bantuan yang mereka dirikan.
SELENGKAPNYA