Wasekjen PP Pemuda Muhammadiyah David Krisna Alka (tengah) memberikan paparan saat diskusi beberapa waktu lalu. | Republika/Putra M. Akbar

Opini

Dakwah Progresif Pemuda Berkemajuan

Pluralisme itu berkemajuan dalam implementasinya berwujud teguh pada suatu keyakinan.

DAVID KRISNA ALKA, Pengurus LHKP PP Muhammadiyah dan Wasekjen PP Pemuda Muhammadiyah

Tanwir 1 Pemuda Muhammadiyah di Manado, Sulawesi Utara, (2-4 April 2021) berlangsung di tengah kondisi Republik Indonesia ditimpa banyak persoalan. Selain serangan pandemi Covid-19 yang menimbulkan beban baru bagi pemuda, serangan teror yang pelakunya usia muda pun muncul lagi.

Berbagai penelitian, analisis, dan perspektif sudah banyak dibahas. Kerja-kerja mencerahkan dan menjalankan konsep Islam jalan tengah bagi pemuda supaya tidak terpapar alam terorisme, sepertinya perlu diperluas. Lantas kerja apa yang mesti dilakukan gerakan Pemuda Muhammadiyah dalam persoalan ini?

Tanwir Pemuda Muhammadiyah di Manado ini diharapkan melahirkan gagasan berkemajuan yang muncul dari pemuda Muhammadiyah seluruh Indonesia menjadi kerja nyata mencerahkan sesama. Ya, mencerahkan semesta. Kemudian apa debut yang harus dilakukan?

Pertama, perlunya gagasan dialog antarpemuda dari lintas profesi, lintas mazhab, lintas suku, lintas iman, lintas organisasi. Meski bukanlah ide baru, dialog ini pernah dilakukan generasi terdahulu dengan baik. Generasi pemuda kini, penting menelaah ulang gagasan tersebut.

 
Tanwir Pemuda Muhammadiyah di Manado ini diharapkan melahirkan gagasan berkemajuan yang muncul dari pemuda Muhammadiyah seluruh Indonesia.
 
 

Tujuannya tidak lain mendiskusikan pandangan angkatan muda terhadap modal teologis yang baik untuk memperteguh dialog kemanusiaan dan kerja sama etis terciptanya peradaban berkemajuan.

Pemuda sejatinya--meminjam kata Budayawan Wisran Hadi untuk Buya Ahmad Syafii Maarif--menjadi busur peradaban, kalau belum jadi busur--meminjam istilah Buya Syafii Maarif-- menjadi anak panah berkemajuan.

Hijrah berkemajuan

Masih hangat sampai kini, fenomena "hijrah" menjadi tren di Tanah Air. Dalam pengamatan sementara penulis, ada dua varian kelompok muda yang menganggap dirinya hijrah saat ini.

Varian pertama, hijrah yang dilatarbelakangi dan bermotif kosmopolitan atau gaya hidup urban. Kedua, hijrah yang dilatari dan bermotif ideologi transnasional.

Hijrah yang dilatarbelakangi dan bermotif kosmopolitan, sepertinya biasa-biasa saja. Hijrah jenis ini  hanya sebuah respons atas modernitas dalam gaya hidup, yang menurut pelakunya tidak sesuai nilai-nilai keislaman dan tidak mencerminkan budaya timur.

 
Hijrah jenis ini  hanya sebuah respons atas modernitas dalam gaya hidup, yang menurut pelakunya tidak sesuai nilai-nilai keislaman dan tidak mencerminkan budaya timur.
 
 

Sedangkan hijrah yang dilatari dan bermotif ideologi transnasional dapat mengancam persatuan. Kondisi saat ini, seolah menunjukkan tak hanya varian terkait gaya hidup saja yang rentan terkena perubahan menuju ideologi. Bahkan, generasi muda yang mulanya berprinsip toleran dan inklusif juga rentan terpapar ideologi sempit dan "terkilir" ini.

Jadi, perlu ada riset sosio-antro-politis untuk memetakan fenomena hijrah secara lebih komprehensif, akurat, dan presisi. Penelitian seperti itu bisa digunakan agar pendekatan dalam menghadapi masyarakat yang melakukan hijrah berada pada kondisi yang tepat dan terarah.

Moderat berkemajuan

Tanwir 1 Pemuda Muhammadiyah bertema ‘’Dakwah Kolaboratif Memajukan Bangsa.’’Ini relevan dikerjakan. Pesan Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam Rakornas PP Pemuda Muhammadiyah (21/11/2020) agar memahami karakter Muhammadiyah dengan ciri reformis, perlu diperkuat jaringan intelektual muda berkemajuan.

Menurut Haedar, pemuda sebagai pelopor angkatan muda Muhammadiyah harus berjiwa tajdid, reformis, dan modern. Harus melihat masalah dari dunia yang besar. Jangan miopi. Irfani termasuk dalam akhlak. Kalau mengaku pengikut Nabi Muhammad bersifat uswah hasanah.

Pemuda Muhammadiyah seyogiyanya memiliki pergaulan luas dengan tetap menjaga muruah Muhammadiyah di mana pun berada. Jaga kebersamaan, pupuk rasa persaudaraan. Itulah pemuda moderat berkemajuan. Sejalan dengan ini, Sekum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, menilai pentingnya persepsi pluralisme positif umat Islam, termasuk pemuda Islam.

 
Pemuda Muhammadiyah seyogiyanya memiliki pergaulan luas dengan tetap menjaga muruah Muhammadiyah di mana pun berada. 
 
 

Dalam tulisan Ridha Basri (2020) ketika meninjau pemikiran Abdul Mu'ti itu, selama ini persepsi pluralisme memang cenderung negatif. Pluralisme masih dimaknai sebagai kecenderungan untuk berpindah-pindah, mencampuradukkan, atau tidak berterus terang terhadap keyakinan agama.

Padahal, pluralisme itu berkemajuan dalam implementasinya berwujud sikap terus terang dan berpegang teguh pada suatu keyakinan. Namun, pada saat yang bersamaan dapat menerima orang lain yang berbeda keyakinan. Kemudian, pluralisme bernilai positif karena bersikap tegas dan jujur, sekaligus membuka ruang toleransi untuk semua golongan.

Alhasil, Tanwir 1 Pemuda Muhammadiyah di Manado, melanjutkan tinjauan Ridha Basri, dapat menjadi semacam model hubungan harmonis dan kolaboratif antara berbagai kelompok keyakinan dengan menempatkan Muhammadiyah sebagai tenda berkemajuan dan busur peradaban tanpa harus kehilangan identitas. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat