Seorang perempuan membawa poster menentang kekerasan dan kebencian terhadap kelompok Asia-Amerika di El Pueblo de Los Angeles, Los Angeles Sabtu (27/3/2021) | AP Photo/Damian Dovarganes

Internasional

Aksi Lawan Kekerasan Anti-Asia Terus Berlangsung

Tindakan kasar terhadap komunitas Asia di Amerika bukan hal baru.

NEW YORK-- Ratusan demonstran berkumpul di wilayah Queens, New York, Amerika Serikat, (AS) Sabtu (27/3), menuntut diakhirinya kekerasan anti-Asia. Dikutip dari CNN, aksi demonstrasi ini merupakan bagian dari aksi nasional menyusul penembakan massal yang mematikan di spa milik Asia di Atlanta.

Penyelenggara mengadakan aksi unjuk rasa di sekitar 60 kota AS termasuk metropolis Georgia bersama dengan San Francisco, Los Angeles, Chicago, Detroit, dan Portland. "Kami sudah satu tahun memasuki pandemi ini dan kekerasan anti-Asia semakin meningkat," kata Judi Chang, perwakilan dari koalisi ANSWER anti-perang dan anti-rasisme di balik demonstrasi tersebut.

Chang mengaitkan lonjakan sentimen anti-Asia dengan retorika politik yang menjadikan Cina sebagai ancaman. Menurutnya, setiap orang Asia yang ia kenal telah menjadi korban kekerasan atau pelecehan, penyerangan. "Kami diludahi, kami dimarahi. Kami ditatap, orang-orang menjauh saat kami datang," ujarnya.

Rasa frustrasi serupa juga tampak terasa di aksi yang digelar di Los Angeles. Salah satu peserta unjuk rasa Stop Asian Hate di Koreatown, Tam Nguyen, menyampaikan rasa sedihnya melihat perkembangan yang terus terjadi terhadap komunitas Asia di AS. “Ayah dan ibu saya datang ke AS untuk berjuang mendapatkan kesempatan yang lebih baik. Namun, yang saat ini terjadi justru sebaliknya. Cukup sudah,” ujarnya.

photo
Pengunjuk rasa melakukan aksi jalan kaki menentang kekerasan dan kebencian terhadap kelompok Asia-Amerika di El Pueblo de Los Angeles, Los Angeles Sabtu (27/3/2021) - (AP Photo/Damian Dovarganes)

Seperti dilansir laman CNN, Koalisi Stop Asian American and Pacific Islander (AAPI) Hate mencatat terdapat 3.795 keluhan langsung tentang rasisme dan diskriminasi terhadap orang Asia Amerika dari 19 Maret 2020 hingga akhir Februari 2021. Orang Asia-Amerika telah diserang secara fisik, dilecehkan secara verbal, diludahi, dan menjadi sasaran penghinaan rasial.

Pada Februari lalu, seorang pria Thailand berusia 84 tahun meninggal setelah dia didorong jatuh ke lantai di Oakland, Pecinan Kalifornia. Sejak dimulainya pandemi, orang Asia-Amerika telah menjadi sasaran serangan xenofobia, seperti halnya Muslim yang disalahkan dan dikambinghitamkan setelah serangan 9/11.

Survei dari Pew Research Center menjukkan, tiga dari 10 orang Amerika keturunan Asia dilaporkan telah menjadi sasaran ejekan atau lelucon rasis sejak dimulainya pandemi Covid-19. Yang terbaru adalah insiden penembakan yang menewaskan delapan orang, enam di antaranya wanita Asia.

Tersangka memang belum didakwa dengan kejahatan rasial. Namun rekan postdoctoral di The Charles Warren Center for Studies in American History, Courtney Sato menilai, peningkatan umum permusuhan yang menjadi latar belakang tragedi Atlanta itu yang merupakan bagian dari seajarah panjang kefanatikan brutal bangsa terhadap orang Amerika keturunan Asia. 

photo
Pengunjuk rasa melakukan aksi jalan kaki menentang kekerasan dan kebencian terhadap kelompok Asia-Amerika di El Pueblo de Los Angeles, Los Angeles Sabtu (27/3/2021) - (AP Photo/Damian Dovarganes)

Sejarah Panjang Kebencian

Kekerasan rasial terutama pada kaum Asia telah meningkat di Amerika Serikat sejak wabah Covid-19 setahun lalu. Seorang ahli jantung menghadapi orang yang hendak merobek masker yang ia kenakan saat dia memasuki supermarket.

Ada juga seorang wanita pensiunan yang diteriaki hingga dicegat keluar dari tempat parkir. Ini adalah beberapa contoh permusuhan yang dihadapi orang Asia Amerika sepanjang tahun ini selama pandemi.

Kendati demikian, tindakan kasar terhadap komunitas Asia di AS bukanlah hal yang baru. Namun, permusuhan terhadap kelompok tersebut tumbuh beriring dengan pandemi virus korona.

Ditambah, pada Maret 2020, mantan Presiden Donald Trump menyebut virus korona sebagai "virus Cina". Setelah itu, semakin banyak orang Asia-Amerika mengatakan, mereka disalahkan karena membawa virus korona ke AS.

photo
Warga bergabung dengan ratusan lainnya berunjuk rasa menentang kebencian terhadap kelompok Asia-Amerika di at McPherson Square in Washington, DC, 21 Maret 2021. - (MICHAEL REYNOLDS/EPA)

Bisnis Asia-Amerika yang sudah hancur oleh kesulitan pandemi pun mengalami pukulan finansial kedua karena diskriminasi yang mereka alami. "Hal penting untuk diingat adalah bahwa ini sama sekali bukan momen luar biasa. Tapi, itu benar-benar bagian dari silsilah kekerasan anti-Asia yang jauh lebih panjang sejak abad ke-19," ujar rekan postdoctoral di The Charles Warren Center for Studies in American History, Courtney Sato, dilansir laman The Harvard Gazette, Ahad (28/3).

Dalam sejarahnya, anti-Asia di Amerika telah terjadi sejak dulu. Sato menunjuk pada pembantaian orang Cina pada 1871. Ketika massa di Pecinan Los Angeles menyerang dan membunuh 19 penduduk Cina termasuk seorang remaja berusia 15 tahun. Ini adalah cerminan dari sentimen anti-Asia yang berkembang mencapai klimaksnya dengan Cina.

Undang-Undang Pengecualian 1882 juga melarang imigrasi pekerja Cina, seperti halnya Page Exclusion Act 1875, dan UU imigrasi terbatas pertama yang melarang masuknya wanita Cina. Pada 1875, Kongres mengesahkan Page Act, yang secara efektif melarang wanita Cina untuk berimigrasi, karena tidak mungkin untuk mengetahui apakah mereka bepergian "untuk tujuan cabul dan tidak bermoral," termasuk untuk tujuan prostitusi.

Asumsi bahwa semua wanita Cina memiliki karakter moral yang dipertanyakan, menempatkan beban pada wanita itu sendiri untuk membuktikan bahwa mereka bukan pelacur sebelum diizinkan berimigrasi. "Dalam UU 1875, kami melihat cara-cara di mana ras dan gender mulai terjerat dan dikodifikasi dalam UU dan bagaimana perempuan Asia dianggap melakukan penyimpangan sosial," ujarnya.

Dalam sejarah Amerika modern, orang Amerika keturunan Asia juga sering dijadikan kambing hitam selama periode sulit dalam sejarah. Perang Dunia II telah mengakibatkan penahanan paksa sekitar 120 ribu orang Jepang-Amerika di Pantai Barat. Setelah Perang Vietnam, pengungsi dari Asia Tenggara menghadapi diskriminasi dan kebencian rutin. Termasuk serangan oleh anggota Ku Klux Klan di Texas.

Pada 1982, Vincent Chin, seorang Cina-Amerika, dipukuli sampai mati oleh dua pekerja Detroit yang mengira dia orang Jepang. Pembunuhan itu terjadi selama resesi yang sebagian disebabkan oleh kebangkitan industri otomotif Jepang.

Dari insiden Atlanta, Presiden AS Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris, yang ibunya adalah seorang imigran Asia Selatan, mengutuk serangan tersebut. "Rasisme itu nyata di Amerika, dan selalu demikian," kata Harris sebelum bertemu dengan para pemimpin masyarakat dan keluarga para korban di Atlanta.

Menurutnya, xenophobia juga merupakan kondisi nyata di Amerika. “Presiden dan saya tak akan diam. Kami akan bersuara menentang kekerasan, kebencian, diskriminasi di mana pun itu terjadi," Kamala menegaskan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat