Petani merontokkan gabah menggunakan alat tradisional saat panen di areal persawahan Kelurahan Kaligangsa, Tegal, Jawa Tengah, Senin (22/3/2021). | Oky Lukmansyah/ANTARA FOTO

Opini

Petani di Pusaran Kemiskinan

Bagi petani padi, sangat sulit menikmati harga jual tinggi karena setiap kenaikan harga akan segera distabilkan pemerintah.

TASMILAH, Statistisi pada BPS Kota Malang

Rencana impor beras oleh pemerintah menimbulkan kontra karena mendekati panen raya. Informasi terkait impor beras memengaruhi harga gabah dan beras di pasar. Penurunan harga gabah di tingkat petani,membuat turunnya pendapatan dan kesejahteraan petani.

Padahal, penduduk miskin di Indonesia didominasi penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Jumlah penduduk miskin di perdesaan yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian sebesar 62,39 persen.

Artinya, sektor pertanian masih menjadi kantong kemiskinan di perdesaan. Selain itu, rumah tangga tani di Indonesia paling banyak melakukan budi daya padi. Dengan penurunan harga beras ini, akan banyak rumah tangga tani yang terdampak pendapatannya.

 
Jumlah penduduk miskin di perdesaan yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian sebesar 62,39 persen.
 
 

Untuk komoditas padi, setiap kenaikan harganya akan sangat diperhatikan pemerintah karena beras merupakan kebutuhan pokok penduduk. Padahal bagi petani padi, kenaikan harga gabah atau beras sangat dinantikan untuk meningkatkan pendapatannya.

Berbeda dengan komoditas lainnya seperti cabai, yang harganya bisa melonjak tinggi cukup lama sehingga sangat menguntungkan petani cabai. Bagi petani padi, sangat sulit menikmati harga jual tinggi karena setiap kenaikan harga akan segera distabilkan pemerintah.

Harga gabah kering panen di tingkat petani pada Februari turun 3,31 persen, demikian juga di tingkat penggilingan, turun 3,24 persen. Bahkan jika dibandingkan setahun lalu, harga gabah kering panen turun 8,08 persen.

Demikian juga dengan harga beras kualitas medium di penggilingan, turun 4,65 persen. Salah satu indikator yang menggambarkan perbandingan harga yang diterima dan dibayar petani adalah nilai tukar petani (NTP).

 
Bahkan jika dibandingkan setahun lalu, harga gabah kering panen turun 8,08 persen.
 
 

NTP tanaman pangan pada bulan Februari turun 0,84 persen yang didorong oleh penurunan harga komoditas padi sebesar 0,88 persen. Adapun harga yang harus dibayar petani meningkat 0,26 persen.

Akibatnya, NTP Februari nilainya 99,21 karena indeks harga yang diterima petani nilainya lebih kecil daripada indeks harga yang harus dibayar petani. Dengan kenyataan ini, dapat dikatakan daya beli petani menurun.

Berbeda sekali dengan NTP hortikultura, terutama sayuran yang meningkat 1,83 persen. Bahkan jika dilihat, indeks yang diterima petani sayuran sebesar 115,50 (tahun dasar 2018) yang berarti harga komoditas sayuran meningkat 15,50 persen sejak 2018.

Sedangkan indeks yang diterima petani padi nilainya 107,24. Artinya, komoditas padi meningkat 7,24 persen sejak 2018. Adapun kenaikan harga biaya produksi dan penambahan barang modal antara kedua komoditas tersebut hampir sama yaitu sekitar 6 persen.

Menjaga harga komoditas pertanian yang menguntungkan bagi petani berarti turut serta meningkatkan kesejahteraan petani dan mempercepat penurunan kemiskinan di Indonesia.

 
Penelitian itu juga menunjukkan, keluar dari sektor pertanian saat ini bukan solusi untuk meningkatkan kesejahteraan petani. 
 
 

Berdasarkan studi empiris oleh Moeis, et.al (2020), berpindah keluar sektor pertanian telah secara signifikan meningkatkan kesejahteraan rumah tangga pertanian miskin, terutama pada periode 2000-2007, tetapi tidak terjadi pada 2007–2014.

Peralihan dari sektor pertanian menurunkan probabilitas untuk selalu miskin sebesar 13,5 poin persentase. Namun, seiring kemajuan ekonomi, keluar dari sektor pertanian tak menjamin para petani, terutama yang tak memiliki lahan, kehidupannya menjadi lebih baik.

Peningkatan kesejahteraan petani membutuhkan peralihan ke sektor formal nonpertanian. Sayangnya, para petani mungkin belum dilengkapi keterampilan yang dibutuhkan di sektor formal. Apalagi pendidikan petani di Indonesia sebagian besar lulusan SD ke bawah.

Penelitian itu juga menunjukkan, keluar dari sektor pertanian saat ini bukan solusi untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Menjaga kepemilikan lahan pertanian, meningkatkan investasi pada SDM, dan modernisasi pertanian harus jadi perhatian utama.

Dalam upaya pengentasan kemiskinan terutama di perdesaan, tak hanya mengandalkan bantuan perlindungan sosial. Diperlukan juga kebijakan pro penduduk miskin. Petani perlu diberdayakan dan diperhatian agar mandiri dengan usahanya dalam bidang pertanian.

 
Diperlukan kemauan politik dengan menempatkan upaya dan program penanggulangan kemiskinan pada  prioritas utama dalam setiap kebijakan. 
 
 

Bantuan produksi bagi petani tidak cukup subsidi bibit dan pupuk, tetapi juga perlu jaminan harga komoditas. Ini demi menjaga kepercayaan diri petani, bahwa budi daya yang dilakukan bisa meningkatkan pendapatan dan mengentaskannya dari kemiskinan.

Jika perlu, pemerintah membeli gabah petani dengan harga menguntungkan agar petani semangat dan keluar dari kemiskinan. Bukan dengan mewacanakan impor beras menjelang panen raya dan pada saat harga gabah dan beras dalam negeri turun.

Diperlukan kemauan politik dengan menempatkan upaya dan program penanggulangan kemiskinan pada  prioritas utama dalam setiap kebijakan. Tidak terkecuali pada sektor pertanian dan perdagangan.

Hal ini agar sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) yang menempatkan pengentasan kemiskinan pada urutan pertama. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat