Seorang tenaga kesehatan membersihkan diri usai bertugas merawat pasien di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa (2/3/2021). | MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO

Nasional

Pandemi Momentum Kemandirian

Pandemi Covid-19 bisa menjadi momentum memperkuat kemandirian dan ketahanan di bidang kesehatan.

JAKARTA – Pandemi Covid-19 bisa menjadi momentum memperkuat kemandirian dan ketahanan di bidang kesehatan. Indonesia saat ini dinilai memiliki tantangan dalam mewujudkan kemandirian kesehatan, seperti keterbatasan sumber daya manusia (SDM), bahan obat-obatan, dan alat kesehatan.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan, pandemi menyadarkan Indonesia bahwa kemandirian dalam bidang kesehatan sangat penting. Indonesia, kata Wapres, masih mengalami kendala terkait pemerataan tenaga kesehatan, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Adapun jumlah SDM kesehatan Indonesia, yaitu 1.182 juta orang yang terdiri atas 73,13 persen tenaga kesehatan dan 26,87 persen tenaga penunjang kesehatan. Masalah-masalah tersebut harus diselesaikan, termasuk meningkatkan riset kesehatan di Indonesia.

“Saya berharap, kemampuan ini dan riset pengembangan alat-alat kesehatan serta obat-obatan terus ditingkatkan karena hal ini sangat vital bagi upaya kita membangun kemandirian kesehatan,” kata Ma'ruf dalam webinar "Ketahanan dan Kemandirian Kesehatan Indonesia", Kamis (25/3).

Dia mengatakan, upaya penguatan ketahanan dan kemandirian kesehatan di dalam negeri tidak hanya akan berdampak positif bagi meningkatkan status kesehatan masyarakat Indonesia. Menurutnya, upaya ini juga akan meningkatkan peran kontribusi Indonesia di tingkat regional maupun global.

Ma’ruf menambahkan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk membahas mengenai ketahanan dan kemandirian kesehatan menuju Indonesia emas 2045. Salah satu unsur penting dalam memiliki ketahanan dan kemandirian adalah SDM yang unggul.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, Kementerian BUMN sudah menyusun empat tujuan strategis dari ketahanan dan kemandirian kesehatan. Keempat tujuan itu, yakni penyediaan layanan kesehatan berkualitas, peningkatan jaringan, pengembangan kapabilitas dan inovasi, serta integrasi dan kolaborasi ekosistem kesehatan nasional.

Erick menjelaskan, Kementerian BUMN sudah mempersiapkan peta jalan ketahanan kesehatan, mulai dari jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Untuk jangka pendek berkaitan dengan pembentukan holding farmasi dan rumah sakit.

Untuk jangka menengah, Kementerian BUMN berupaya meningkatkan kapasitas penelitian dan pengembangan vaksin dan produksi obat-obatan domestik. “Untuk jangka panjang, memfokuskan peran holding farmasi dan rumah sakit milik negara berskala global untuk fokus pada tindakan preventif kesehatan,” kata dia.

Lebih lanjut, Erick mengatakan, tingkat kesembuhan Covid-19 di Indonesia adalah 88,54 persen dan itu memang lebih baik dari rata-rata global 80,69 persen. Namun, pemerintah terus berupaya untuk menangani pandemi dengan berbagai macam cara.

“Saat pandemi mulai merebak di Indonesia, BUMN sebagai salah satu pilar strategis perekonomian dan pembangunan turut berpartisipasi secara aktif, baik dari sisi penanganan dan pencegahan,” kata Erick.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Indonesia harus bersiap untuk mengatasi berbagai ancaman kesehatan di masa depan. Ia menyebut, virus SARS CoV sudah menyerang dunia sebanyak dua kali, yaitu SARS CoV 1 yang terjadi awal 2000, kemudian terjadi kembali dengan nama SARS CoV 2 yang terjadi pada 2019. “Tidak ada jaminan SARS CoV 3, SARS CoV 4 nggak akan datang lagi,” kata Budi.

Menanggapi kemungkinan munculnya pandemi baru di masa depan, Budi menegaskan, tanggung jawab manusia yang ada saat ini untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama nantinya. Indonesia sejak saat ini harus membangun sistem ketahanannya sejak sekarang.

Kendala-kendala yang ada, lanjut Budi, harus dihadapi oleh seluruh masyarakat. Selain mengubah perilaku selama pandemi, Indonesia juga harus mempunyai teknologi dan infrastruktur di seluruh wilayah untuk bisa melakukan 3T (testing, tracing, treatment) dengan berbagai jenis virus dan bakteri.

“Kita harus bangun kemampuan bagaimana riset dalam negeri yang teknologi baru, jangan yang kuno. Kita harus bikin yang baru, supaya nanti kalau datang lagi kita siap,” kata dia menegaskan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat