Grup musik Seventeen berfoto sebelum pandemi Covid-19 | ANTARAFOTO

Geni

Mengenang Kembali Seventeen

Tayangan tentang band Seventeen sebenarnya sudah direncanakan sejak lama.

OLEH SHELBI ASRIANTI 

Film Kemarin yang berkisah tentang perjalanan karier grup musik Seventeen kembali tayang. Sebelumnya, film tersebut telah rilis di bioskop konvensional pada Desember 2020.

Kini, sinema Kemarin versi director's cut telah tayang via layanan streaming Bioskop Online pada 19-21 Maret 2021. Istilah director's cut merujuk pada sinema dengan hasil akhir penyuntingan yang lebih sesuai dengan keinginan sang sutradara. Dalam dunia perfilman, sudah lazim jika versi tersebut hadir setelah sinema orisinalnya dirilis.

Genre drama-dokumenter dipilih untuk merangkum kisah Seventeen. Kemarin yang berdurasi 97 menit ini menyajikan berbagai video dokumentasi pribadi dari para personel Seventeen sejak awal band terbentuk, yaitu pada 1999 di Yogyakarta.

Hadir pula video asli serta reka adegan beberapa jam sebelum tragedi tsunami yang terjadi pada 22 Desember 2018. Akibat musibah tersebut, tiga personel Seventeen yakni Bani (bas), Herman (gitar), dan Andi (drum) meninggal dunia.

Begitu pula Oki Wijaya yang merupakan road manager Seventeen. Satu-satunya personel yang masih selamat adalah vokalis Riefian Fajarsyah atau yang biasa dikenal dengan nama panggung Ifan Seventeen.

Seluruh kisah dirangkai berdasarkan penuturan cerita Ifan, keluarga personel band, serta puluhan narasumber lain. Rumah produksi Mahakarya Pictures yang memproduksi film mengungkap cerita di balik pembuatan film.

CEO Mahakarya Pictures Dendi Reynando menyampaikan, tayangan tentang band Seventeen sebenarnya sudah direncanakan sejak lama. Tim mengumpulkan berbagai rekaman penampilan band maupun kegiatan-kegiatan lainnya.

Semula video dokumenter itu hanya akan ditayangkan di Youtube. Setelah tsunami melanda, niat tersebut diurungkan karena sedang berduka. Namun, terjadi kondisi tak disangka sekitar sebulan pascakejadian.

Kamera yang dipakai almarhum drummer Andi sejak dua hari sebelum musibah sampai hari kejadian mendadak ditemukan dengan data yang dapat diakses. Ifan bersama tim menganggap itu pertanda untuk melanjutkan proyek yang sudah mereka semua rencanakan.

Niat tim adalah mendokumentasikan rekam jejak band sejak belum menjadi siapa-siapa sampai memiliki karya yang dikenal secara meluas. Juga mengenang beberapa dari mereka yang dipanggil serentak oleh Yang Maha Kuasa.

Adapun kehadiran versi director's cut menjadi tayangan alternatif yang dipuji Dendi. Pasalnya, versi itu menyajikan film dari seseorang yang tidak terlibat langsung dengan Seventeen.

"Versi Upie (sutradara) lebih deep, padat, dan mengena," kata Dendi. 

Film ini juga menceritakan bagaimana Ifan memulihkan diri. Apa yang dia hadapi setelah kejadian tsunami, diceritakan secara mendalam.

Sebagai satu-satunya personel yang tersisa, Ifan mengutarakan beberapa kesulitannya saat produksi film. Memang benar sebagian konten adalah rekaman dokumentasi, tapi ada juga adegan reka ulang yang membutuhkan penampilan atau ucapannya.

Menurut pria 38 tahun tersebut, semua itu menghabiskan energi. Pada salah satu sesi syuting, Ifan sempat meminta berhenti sejenak karena dia merasa sangat kelelahan, padahal yang dia lakukan hanya berbicara.

Begitu juga saat reka ulang adegan tsunami, yang membuat Ifan kehabisan kata-kata. Meski mengalami berbagai ketidaknyamanan, dia yakin usaha tersebut bisa membuat almarhum teman-teman satu band-nya merasa senang.

Ifan menegaskan, film tidak bermaksud membesar-besarkan tragedi. Hal yang ingin ditekankan adalah persahabatan, kekeluargaan, dan persaudaraan dalam tubuh band Seventeen yang selalu terjaga.

 
Tidak mau dikenang sebagai band yang kena musibah, tapi poin positif yang kami lakukan semoga bisa diterapkan di kehidupan orang lain.
 
 

"Tidak mau dikenang sebagai band yang kena musibah, tapi poin positif yang kami lakukan semoga bisa diterapkan di kehidupan orang lain," jelas Ifan.

Sutradara Upie Guava membeberkan perbedaan film yang hadir di bioskop dan Bioskop Online. Secara keseluruhan hampir sama, bukan sebuah film yang sama sekali baru, hanya saja ada penyesuaian alur, sudut pandang, dan penyuntingan.

Upie menyebut sudah lama mengenal Ifan dan para personel lain, namun dia mengubah perspektif itu saat menggarap film dari sudut pandangnya. Dia melepaskan diri dari sosok Upie yang kenal baik dengan Seventeen.

Sebagai sutradara, Upie sebelumnya tidak pernah mengarahkan genre drama-dokumenter. Penggarapan sinema ini menjadi baru baginya yang terbiasa menyutradarai sinema fiksi sehingga lebih menantang.

Pada sinema fiksi, Upie bisa mendesain perencanaan awal sampai akhir. Berbeda dengan drama-dokumenter yang tidak tahu seperti apa ujungnya ketika mulai menggarap. Namun, itu justru membawa banyak kejutan baru.

Upie memaksudkan film yang sudah tayang di bioskop tahun lalu sebagai karya bersama dengan Ifan, Mahakarya, dan kru band. Sementara, director's cut adalah karya versinya sendiri yang dianggapnya menuturkan cerita dengan ideal.

 
Merasa bertutur lebih baik dan efisien, tapi mengena secara emosional. Porsi tentang band, tentang tragedi, dan setelah tragedi juga seimbang.
 
 

"Merasa bertutur lebih baik dan efisien, tapi mengena secara emosional. Porsi tentang band, tentang tragedi, dan setelah tragedi juga seimbang," kata Upie.

Bioskop Online yang menyebut diri sebagai Rumah Sinema Indonesia, menyambut baik kolaborasi dengan Mahakarya Pictures. Menurut Head of Content Bioskop Online, Gupta Gautama, film Kemarin penting untuk ditayangkan.

Gupta menyebut film tersebut menuturkan kisah perjalanan dan perjuangan grup musik Seventeen. Bagaimana band menempuh karier musik, kisah personal tentang semua anggotanya, juga peristiwa tsunami yang menimpa mereka.

"Kisah ini menjadi penting sebagai sebuah catatan dari salah satu band besar yang ada di Indonesia," ujar Gupta.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat