Pesepeda melintas di tengah jalan usai olah TKP kecelakaan di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Rabu (17/3). Subddit Gakkum Polda Metro Jaya bersama Korlantas Polri melaksanakan olah TKP menggunakan alat Traffic Accident Analysis untuk memastikan adanya tinda | Republika/Putra M. Akbar

Jakarta

Setuju Sepeda Masuk MRT, tapi Jangan Arogan

MRT akan memfasilitasi masyarakat pengguna sepeda.

OLEH FLORI ANASTASIA SIDEBANG 

Sepeda saat ini tidak hanya menjadi sarana untuk berolahraga bagi masyarakat di Jakarta. Namun, juga perlahan menjadi sarana transportasi ataupun mobilisasi. Terbaru, PT Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta (Perseroda) tengah menyusun kebijakan agar sepeda nonlipat diperbolehkan masuk ke dalam kereta. Tujuannya, untuk memfasilitasi dan mendukung gerakan bersepeda di Provinsi DKI Jakarta.

Sebelumnya, hanya jenis sepeda lipat yang diizinkan masuk ke gerbong kereta MRT. Namun, rencananya, sepeda nonlipat pun bakal mendapatkan perlakuan yang sama mulai tanggal 24 Maret 2021.

Kebijakan itu baru mulai diluncurkan di tiga stasiun, yakni Lebak Bulus Grab, Blok M BCA, dan Bundaran Hotel Indonesia. Adapun ketentuan sepeda nonlipat yang diizinkan masuk MRT adalah sepeda reguler dengan dimensi tidak melewati 200 cm x 55 cm x 120 cm dengan lebar ban maksimal 15 cm.

Sementara itu, sepeda tandem atau sepeda dengan dimensi melebihi ketentuan tersebut tidak diizinkan masuk kereta. Kemudian, untuk menghindari terjadinya penumpukan penumpang, MRT Jakarta menerapkan jam ketersediaan akses sepeda nonlipat, yakni Senin-Jumat di luar jam sibuk pukul 07.00 WIB-09.00 WIB dan pukul 17.00 WIB-19.00 WIB. Sedangkan, pada akhir pekan akan mengikuti jam operasional MRT.

Wacana ini pun mendapatkan respons yang beragam dari masyarakat. Salah satunya, Muhammad Syadham (26 tahun). Dia mengaku menyambut baik terkait rencana sepeda nonlipat diperbolehkan masuk ke MRT.

Laki-laki yang rutin bersepeda saat akhir pekan ini menyebut, dengan adanya kebijakan tersebut dapat mempermudah mobilitas pesepeda, khususnya yang menggunakan sepeda nonlipat, seperti dirinya. "Untuk pesepada nonlipat ada baiknya mereka bisa mobilitas lebih mudah lagi naik transportasi MRT," kata Syadham saat ditemui di sekitar Bundaran HI, Ahad (21/3).

Hal senada juga disampaikan Lucy Anduri (28). Menurut Lucy, saat ini semakin banyak masyarakat yang menggunakan sepeda sebagai akomodasi untuk kegiatan sehari-hari, seperti bekerja ke kantor. Namun, sebagai seorang pesepeda sekaligus penumpang MRT, Lucy berharap, agar para pesepeda pun nantinya bakal dapat mematuhi aturan yang berlaku dan menghormati penumpang MRT lainnya.

Maka itu, ia pun berharap agar pihak MRT menyiapkan aturan dan sanksi yang tegas bagi para pesepeda yang melanggar. “Sehingga, fasilitas yang ada di gerbong kereta maupun stasiun tidak rusak karena pesepeda diizinkan masuk,” kata Lucy.

Pesepeda lainnya, Nur Soleh (25) juga mengaku tidak setuju jika sepeda nonlipat diperbolehkan masuk ke MRT. Sebab, kata dia, teknis dan fasilitas bagi para penumpang MRT yang membawa sepeda nonlipat harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Sehingga, tidak akan mengganggu mobilitas para penumpang MRT yang lainnya.

"Jangan sampai penumpang MRT yang enggak bawa sepeda nanti malah terganggu dengan kebijakan ini," ujar Nur.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Pemprov DKI Jakarta (dkijakarta)

Berdasarkan pantauan Republika pada Ahad, sejumlah rambu bagi para pesepeda yang hendak menaiki MRT sudah terpasang. Salah satunya di Stasiun Bundaran Hotel Indonesia (HI). Rambu itu memiliki warna dasar biru muda dengan gambar sepeda.

Sebelumnya, Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William P Sabandar menjelaskan, selama ini MRT Jakarta hanya memperbolehkan sepeda lipat (folded bike) untuk bisa masuk ke dalam kereta. Dia menyebut, pihaknya juga akan menyiapkan fasilitas bagi sepeda nonlipat.

"Nantinya akan ada gerbong khusus yang akan kita peruntukkan. Ini sedang kita godok konsepnya. Dengan inisiatif ini, Jakarta akan semakin ramah bukan hanya pada pejalan kaki, melainkan juga para pesepeda," kata William.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat