Ilustrasi belajar sirah rasulullah SAW. | Republika/ Tahta Aidilla

Kitab

Meneladan Kepemimpinan Rasulullah SAW

Buku ini mengajak pembaca untuk meniru sifat-sifat Rasulullah SAW sebagai seorang pemimpin.

OLEH MUHYIDDIN 

Betapa luas suri teladan yang dapat dipetik umat manusia dari diri Nabi Muhammad SAW. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, yang artinya, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS al-Ahzab: 21).

Bagi kaum Muslimin, beliau dikenang sebagai pemimpin paripurna, yang sukses memimpin manusia dari zaman kegelapan menuju peradaban gemilang.

Banyak sisi menarik yang dapat dibahas dari corak kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Sejak diangkat menjadi utusan Allah, beliau sukses menjalankan tugas luhurnya selama kira-kira 23 tahun. Terbukti, masyarakat madani yang dibentuknya memiliki perspektif berkemajuan. Sangat kontras bila dibandingkan dengan kondisi jahiliyah yang melingkupi diri mereka sebelumnya.

Di antara berbagai buku yang membahas topik keteladanan Rasulullah SAW sebagai pemimpin, terdapat sebuah karya baru dari Erjati Abbas. Buku yang berjudul Belajar Seni Memimpin pada Muhammad ini memotret secara komprehensif gambaran Nabi SAW sebagai pemimpin umat yang berkualitas.

Rasulullah SAW telah mengajarkan nilai yang sangat luhur dalam memimpin, termasuk dalam urusan-urusan yang tampaknya sepele. Dalam sebuah riwayat, misalnya, disebutkan bahwa pada suatu hari seorang sahabat datang terlambat ke majelis Rasulullah SAW. Dan, saat itu seisi masjid sudah penuh sesak oleh jamaah. Mereka tampak duduk berdesak-desakan.

Sahabat yang datang terlambat itu kemudian meminta izin kepada sejumlah jamaah agar kiranya memberikan tempat duduk. Namun, tak satu pun yang bersedia. Hingga akhirnya, Rasulullah SAW memanggil sahabat yang sedang kebingungan itu. Bahkan, ia dipersilakan untuk duduk di dekat al-Musthafa.

 
Nabi Muhammad SAW juga melipat serbannya dan memberikannya kepada sahabat tersebut untuk digunakan sebagai alas duduk.
 
 

Tidak hanya itu, Nabi Muhammad SAW juga melipat serbannya dan memberikannya kepada sahabat tersebut untuk digunakan sebagai alas duduk. Sangat terkejut sekaligus bahagia lelaki itu mendengarnya. Serban beliau diterimanya tentu bukan sebagai alas duduk. Kain dari sosok paling mulia itu diciumnya dengan penuh perasaan haru.

Menurut Erjati Abbas, cerita tersebut menunjukkan kepemimpinan Nabi SAW yang mengayomi dan melayani. Corak kepemimpinan beliau adalah bijaksana serta mengembangkan sebanyak mungkin solusi. Karena itulah, para pemimpin Muslim saat ini hendaknya harus bisa menerapkan apa yang diistilahkan sebagai 3M, yaitu Melayani, Menyelesaikan, dan Mengembangkan Solusi.

Dalam buku ini dibahas berbagai peristiwa penting dalam episode panjang perjuangan nabi. Dari sembilan bab di dalam buku ini, penulis menceritakan kepemimpinan Nabi Muhammad dalam peristiwa Ba’iat Aqabah, peristiwa hijrahnya nabi, perintisan masjid Nabawi, perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, perjanjian Hudaibiyah, dan peristiwa Haji Wada’.

photo
Dalam buku ini, berbagai aspek kepemimpinan Nabi Muhammad SAW diulas dengan mendetail. Pembaca diajak untuk meneladan Rasulullah SAW, yakni cara beliau memimpin keluarga dan masyarakat. - (DOK PRI)

Buku ini menuturkan sejumlah peristiwa penting yang dialami Rasulullah SAW. Penulis menjelaskan peran beliau sebagai pemimpin, guru, dan supervisor. Dari berbagai sumber buku sirah Nabawiyah, penulis merangkum secara singkat peran penting yang dilakukan salah seorang rasul ulul azmi itu. Seperti dalam peristiwa hijrah, Nabi Muhammad SAW menjadi seorang pemimpin yang berhasil menyelamatkan umatnya dari Makkah ke Madinah pada 662 M.

Menurut penulis, penyiksaan yang dilakukan oleh kafir Quraisy terhadap umat Islam di Makkah saat itu disiasati oleh Nabi SAW. Caranya dengan meminta umatnya agar secara berangsur-angsur hijrah atau meninggalkan sementara kota ini.

Dalam peristiwa hijrah tersebut, penulis antara lain menggambarkan Nabi SAW sebagai pemimpin yang berpendirian teguh. Sebab, pada faktanya beliau-lah, bersama dengan sahabat setianya—Abu Bakar ash-Shiddiq—yang paling akhir berhijrah. Jelas sekali bahwa Rasulullah SAW lebih mendahulukan keselamatan umatnya.

Setelah tiba di Madinah, beliau juga membangun masjid. Bangunan itu tak sekadar tempat ibadah vertikal (habluminallah), tetapi juga sebagai lambang perabadan. Masjid Nabawi—demikian namanya—akhirnya menjadi kawah candradimuka yang sukses mencetak banyak pejuang Muslim, yang berilmu sekaligus bertakwa.

Secara fisik, menurut penulis, masjid itu dijadikan tempat bagi umat dalam melaksanakan ibadah shalat lima waktu. Dengan bertemu di masjid, praktik-praktik keberagamaan Islam pun kemudian dapat disosialisasikan dan diterapkan bersama. Tidak hanya menyangkut ibadah wajib dan sunah, rumah Allah tersebut juga sudah difungsikan sebagai tempat berembuk dan bermusyawarah.

 
Ada berbagai macam persoalan yang didiskusikan Rasulullah SAW bersama dengan umatnya di masjid.
 
 

Ada berbagai macam persoalan yang didiskusikan Rasulullah SAW bersama dengan umatnya di sana. Mulai dari masalah jual beli, perkawinan, pembagian hak waris, hingga anjuran untuk bertetangga secara baik dengan kaum non-Muslim.

Sejak tahun pertama Nabi SAW berdakwah di Madinah, persoalan-persoalan kemasyarakatan pun mulai mendapatkan kepastian. Menurut penulis, hal ini sejalan dengan datangnya wahyu Allah, yang secara berangsur-angsur menjawab berbagai persoalan yang dihadapi beliau dalam membimbing umatnya. Rasulullah SAW juga menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan.

Beliau kerap menjelaskan berbagai aspek ajaran Islam di Masjid Nabawi. Tradisi seperti ini terus berlanjut sampai sekarang. Di Masjid Nabawi, sesudah shalat maghrib dan sesudah shalat subuh biasanya terdapat halaqoh-halaqoh yang mengkaji Alquran. Forum tersebut dipimpin seorang syekh atau guru.

Para tokoh umat Islam di Indonesia saat ini juga sudah terus mendorong masyarakat agar membangun peradaban yang berbasis pada masjid. Mereka mengajak agar masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, tetapi perlu diperluas fungsinya menjadi pusat pengembangan masyarakat madani.

Ketika menetap di Madinah, Nabi SAW juga membuat suatu perjanjian tertulis yang dikenal dengan Piagam Madinah. Ini merupakan suatu perjanjian formal antara beliau dengan semua suku yang ada di kota tersebut. Banyak peneliti pada masa kini memandang, piagam tersebut adalah dokumen politik Rasulullah SAW.

Dengan menyepakati perjanjian itu, beliau mengakui dan melindungi adanya kebebasan beragama dan kebebasan menyatakan pendapat. Erjati Abbas mengatakan, Nabi SAW telah membuka pintu baru dalam kehidupan politik dan peradaban dunia dengan menginisiasi Piagam Madinah tersebut.

 
Nabi SAW telah membuka pintu baru dalam kehidupan politik dan peradaban dunia dengan menginisiasi Piagam Madinah tersebut.
 
 

Akhirnya, seluruh kota Madinah dan sekitarnya menjadi lebih terhormat bagi seluruh umat. Seluruh penduduk Madinah berkewajiban mempertahankan kota Madinah dan mengusir setiap serangan yang datang dari luar. Mereka harus bekerja sama guna menghormati segala hak dan kebebasan yang sudah disetujui bersama dalam Piagam Madinah.

Islam sendiri adalah agama yang menyukai perdamaian. Dengan landasan Piagam Madinah tersebut, penulis memandang, Nabi SAW telah memimpin gerak besar umat manusia untuk menerapkan prinsip-prinsip masyarakat yang cinta damai.

Buku ini juga menceritakan kisah kepemimpinan beliau dalam beberapa peristiwa peperangan. Penulis menegaskan bahwa perang bukan ‘alat utama’ perjuangan dakwah Islam. Nabi SAW selalu mementingkan cara-cara dakwah yang lebih elegan, mengajak dengan lemah-lembut, melakukan diplomasi, dan membuat perjanjian atau kesepakatan damai dengan kaum kafir.

Melalui buku ini, penulis berharap agar calon-calon pemimpin generasi kini dan mendatang bisa meneladani Nabi SAW. Meskipun judulnya seolah memberi kesan bahwa buku ini bisa dimengerti dalam sekali baca, tapi sebenarnya tidak semudah itu. Karena, penulisan peristiwa penting dalam buku ini kurang bisa dibahasakan secara sistematis.

DATA BUKU:

Judul: Belajar Seni Memimpin pada Muhammad

Penulis: Erjati Abas

Penerbit: PT Alex Media Komputindo

Tebal : 167 halaman

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat