Wisatawan berjalan di kompleks Masjid Menara Kudus, di Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (11/3/2021). Hari libur Isra Miraj dimanfaatkan wisatawan untuk berkunjung ke masjid peninggalan Sunan Kudus tersebut untuk beribadah dan belajar sejarah sekalig | ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho

Kabar Utama

Umat Diajak Saling Menguatkan 

Wapres KH Ma'ruf Amin mengajak umat mengedepankan sikap moderat.

JAKARTA -- Peringatan Isra Mi'raj diharapkan menjadi momentum bagi umat Islam untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, umat Islam juga diajak meningkatkan ketakwaan dan saling menguatkan dalam menghadapi musibah. 

Peristiwa Isra Mi'raj yang diperingati setiap 27 Rajab dalam kalendar Hijriyah, pada tahun ini jatuh pada Kamis (11/3) dalam kalendar Masehi. Wakil Menteri Agama KH Zainut Tauhid Sa'adi mengajak umat untuk bermuhasabah dengan memperbanyak berzikir, memohon ampunan kepada Allah SWT, dan berdoa agar musibah yang melanda bangsa Indonesia dan dunia segera berlalu.

Kiai Zainut mengatakan, salah satu hikmah memperingati Isra Mi'raj adalah anjuran untuk mengimplementasikan nilai-nilai ibadah shalat dalam kehidupan sehari-hari. Ia menjelaskan, ibadah shalat menempati posisi yang sangat utama dalam ajaran Islam.

Dalam hadis, shalat diibaratkan sebagai tiang agama dan dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Shalat juga dapat mendidik seorang Muslim menjadi pribadi yang bersih, jujur, sabar, dan disiplin. 

Dalam konteks menghadapi wabah Covid-19, ia mengajak umat agar menjadikan nilai-nilai ajaran shalat sebagai bekal untuk menanggulangi wabah Covid-19. Shalat melatih diri untuk sabar dan disiplin dalam melakukan gerakan kampanye serta edukasi kepada masyarakat melalui pembiasaan hidup sehat melalui perilaku hidup bersih dan sehat.

"Serta pembiasaan disiplin menerapkan protokol kesehatan, menjaga jarak, memakai masker dan sering mencuci tangan dengan air yang mengalir agar dapat menghambat penularan virus korona," kata Kiai Zainut kepada Republika, Kamis (11/3). 

Melalui peringatan Isra Mi'raj, Kiai Zainut juga mengajak seluruh rakyat Indonesia menggalang solidaritas nasional, menumbuhkan sikap empati, dan kepekaan perasaan terhadap musibah. Caranya, kata dia, dengan saling membantu, saling menolong, bekerja sama, dan bahu membahu mengatasi musibah dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, bukan dengan saling menyalahkan dan saling menghujat.

"Musibah ini bukan menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi tanggung jawab kita bersama," ujar Wamenag.

Ia juga mengimbau para ulama, kiai, habib, guru dan lainnya untuk ikut mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi musibah pandemi Covid-19. Melalui hikmah Isra Mi'raj diharapkan dapat memberikan pesan agama kepada masyarakat dengan narasi yang positif dan edukatif.

Sebaliknya, tidak menyampaikan pesan agama yang dapat menimbulkan kontroversi dan perpecahan di masyarakat. "Semoga Allah SWT melindungi bangsa Indonesia dengan segera mengangkat musibah yang sangat berat ini," kata Kiai Zainut.

PP Muhammadiyah menitipkan beberapa pesan bagi umat Islam pada peringatan Isra Mi'raj, salah satunya meningkatkan iman dan imunitas dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu'ti mengatakan, melalui peringatan Isra Mi'raj, umat Islam hendaknya dapat mengambil makna dari peristiwa kehidupan Nabi Muhammad SAW, terutama dari ketabahan dalam mengemban misi risalah Islam. 

Ia mengatakan, salah satu inti dari Isra Mi'raj adalah diwahyukannya shalat sebagai ibadah yang dapat menjaga dari perbuatan keji dan munkar. Tak hanya itu, ia juga menyebut peringatan Isra Mi'raj adalah momentum bagi Muslim untuk berusaha melakukan mi'raj peradaban.

Hal yang sama dilakukan Nabi Muhammad SAW ketika menerima wahyu shalat secara langsung di Sidratul Muntaha, tempat yang tertinggi. 

Perayaan Isra Mi'raj tahun ini masih diwarnai dengan upaya melawan penyebaran Covid-19. Untuk itu, ia berpesan agar umat Islam lebih meningkatkan iman dan imunitas.

Salah satu caranya dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Umat juga didorong untuk senantiasa berbagi dan peduli kepada sesama. "Menjaga kesehatan dan keselamatan diri serta masyarakat merupakan hal yang harus selalu diingat," kata dia kepada Republika, kemarin. 

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Manan Ghani mengatakan, Isra Mi'raj merupakan peristiwa penting dan penuh makna bagi umat Islam. Dalam memontum Isra Mi'raj di tengah pandemi Covid-19 ini, dia pun mengimbau kepada umat Islam untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

“Dengan Isra Mi'raj di musim pandemi ini, umat harus meningkatkan ketakwaaan, iman, dan mewujudkannnya dengan akhlak yang mulia,” ujar dia.

Menurut dia, Isra Mi'raj merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW bertemu Allah SWT ke Sidratul Muntaha atau langit ketujuh. Dalam perjalanan ini, Rasulullah menerima perintah shalat.

photo
Salju menutupi Kubah Batu di Masjid al-Aqsha, Yerusalem, Kamis (18/2/2021). Dari lokasi itu Rasulullah SAW diriwayatkan melaksanakan Mi'raj ke Sidratul Munthaha. - (AP/Mahmoud Illean)

“Komunikasinya Rasulullah kepada Allah itu diberikan oleh-oleh untuk nabi dan umatnya agar shalat lima waktu. Maka, jagalah shalat di tengah pandemi ini dan meningkatkan bagiamana caranya khusyu,” ucapnya.

Kiai Manan menambahkan, cobaan yang diberikan kepada Nabi Muhammad sebelum Isra Mi'raj juga merupakan ujian untuk meningkatkan keimanan. Dalam konteks pandemi Covid-19 ini, menurut dia, sebaiknya juga dimaknai sebagai cobaan untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Allah. “Pandemi Covid-19 ini hakikatnya juga ujian dari Allah, cobaan dari Allah. Karena itu, berlindungnya harus kepada Allah,” jelasnya.

Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ahmad Zubaidi menyampaikan, Isra Mi'raj memiliki makna yang sangat tinggi bagi umat Islam. Karena melalui Isra Mi'raj, Allah SWT sedang mengingatkan beberapa hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. 

Ia menjelaskan, Allah SWT memperlihatkan kekuasaan-Nya kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW saat itu diperjalankan dari Masjidil Haram di Makkah ke Baitul Maqdis di Palestina. Kemudian Rasulullah SAW naik ke Shidratul Muntaha dalam waktu satu malam.

"Tanpa kekuasaan Allah SWT, hal ini tidak mungkin terjadi karena saat itu belum ada teknologi pesawat terbang atau kendaraan berkecepatan tinggi lainnya," kata Kiai Zubaidi kepada Republika

photo
Umat Islam melaksanakan shalat Jumat dengan menjaga jarak di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (8/1/2021). Shalat adalah perintah yang diterima Rasulullah SAW saat menjalani Mi'raj. - (Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO)

Menurut Kiai Zubaidi, Allah SWT mengawali firman-Nya dalam Surah Al-Isra ayat satu, dengan kata 'subhana' yang artinya Mahasuci. Subhana merupakan ucapan pemujaan terhadap kemahaan Allah SWT yang tiada bandingnya dalam berbagai sifat dan perbuatan-Nya. 

"Subhana adalah tanzih (pensucian) dari kekurangan dan ketidak-berdayaan melakukan sesuatu, bahkan di dalam Alquran kata subhana dipakai ketika menyebutkan sesuatu yang mempesona, ajaib luar biasa dan perbuatan itu tidak mungkin dikerjakan oleh siapapun kecuali hanya oleh Allah SWT," ujarnya.

Sikap moderat 

Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin mengajak umat mengedepankan sikap moderat dalam konteks berbangsa dan bernegara di tengah masyarakat majemuk. Wapres mengatakan, hal ini juga dicontohkan Rasulullah SAW dalam dakwahnya kepada umat saat itu yang sangat beragam, baik dari aspek agama maupun etnis.

Wapres menyebut, Rasulullah mencontohkan sikap kepemimpinan penuh kesabaran, kebijaksanaan, dan keadilan, tapi tetap teguh dalam menyampaikan misi dakwahnya. Sebab, kata Kiai Ma'ruf, umat yang dibangun oleh Rasulullah adalah umat yang moderat sesuai dengan penegasan Allah SWT dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 103.

"Dengan demikian maka umat Islam harus menjadi umat yang moderat (wasathiy/tawasuthiy) dalam segala hal baik cara berpikir, bersikap maupun bertindak, baik dalam hal ibadah maupun muamalah," kata Kiai Ma'ruf saat menghadiri Peringatan Isra Mi'raj di Istana Negara, Jakarta, Rabu (10/3).

Wapres mengatakan, dalam konteks berbangsa dan bernegara, sikap moderat ini sangat relevan dan harus dijadikan pedoman karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Atas dasar kemajemukan itu pula  para pendiri bangsa bersepakat mendirikan negara bersama sebagai negara kesatuan republik Indonesia (NKRI).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat