Kondisi bangkai bus pariwisata PO Sri Padma Kencana pascakecelakaan di kawasan Tanjakan Cae, Jalan Raya Wado-Malangbong, Kabupaten Sumedang, Kamis (11/3/2021). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Kisah Dalam Negeri

Ngaguruh yang Merenggut 27 Jiwa

Tanjakan Cae merupakan salah satu jalan alternatif yang rawan kecelakaan.

OLEH M FAUZI RIDWAN, JOKO SUCENO

Pada Rabu (10/3 petang, Amar (54 tahun), punya hajat. Warga Dusun Cilangkap, Kampung Luwuk, Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang itu bertolak sekitar 50 meter dari kediamannya untuk membenahi saluran air yang mengalir ke rumah.

Sebelum azan magrib berkumandang, ia melakukan pekerjaan itu, kemudian mengecek apakah air sudah mengalir di rumah. Ketika air ternyata tak kunjung mengalir, Amar berniat kembali memperbaiki saluran air tersebut. 

Saat azan selesai berkumandang, di luar rumah, ia mendengar gemuruh bersumber dari tanjakan Cae, Jalan Raya Wado-Malangbong yang berada lebih tinggi dibanding rumahnya. "Kedua kali mau memperbaiki air, jam enam lebih, istri mau shalat. Baru mau keluar, di sana (jalan) menggelinding bus, ngaguruh (bergemuruh) langsung masuk parit," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Kamis (11/3). 

photo
Warga menyaksikan kondisi bangkai bus pariwisata PO Sri Padma Kencana pascakecelakaan di kawasan Tanjakan Cae, Jalan Raya Wado-Malangbong, Kabupaten Sumedang, Kamis (11/3/2021). Foto: Republika/Abdan Syakura - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Ia mengatakan, jika saat kejadian masih berada di sekitar parit dan kolam bisa jadi turut menjadi korban terkena pohon-pohon yang patah akibat dihantam bus. Pasca bus tersebut masuk ke parit dan kolam, Amar mengaku langsung berusaha menolong para penumpang yang berada di dalam bus bersama seorang warga lainnya bernama Ago (60 tahun).

Ia masih mengingat jelas seorang penumpang yang pertama dievakuasi, yaitu bocah berusia tiga tahun dalam keadaan selamat. Namun, di bagian pinggir bagasi bus, bagian tengah bus, ia melihat dua penumpang tergeletak dalam kondisi sudah meninggal dunia.

Kondisi bangkai bus dalam keadaan rusak parah dengan posisi terbalik. Amar sempat melihat tubuh penumpang bagian bawah yang terjepit oleh bangkai bus saat melakukan evakuasi. Selanjutnya warga setempat bersama-sama turun mengevakuasi penumpang. 

“Ada yang terjepit, pakai peralatan kami nggak mampu. Baru bisa dievakuasi sama Basarnas sejam kemudian," katanya.

Ia tak menyangka kecelakaan maut bus Sri Padma Kencana yang terperosok ke jurang itu menewaskan 27 orang. Bus yang bernomor polisi T 7591 TB itu terperosok ke jurang sedalam sekitar 20 meter dari jalan.

photo
Kondisi bangkai bus pariwisata PO Sri Padma Kencana pascakecelakaan di kawasan Tanjakan Cae, Jalan Raya Wado-Malangbong, Kabupaten Sumedang, Kamis (11/3/2021). - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Ia menuturkan, tanjakan Cae merupakan salah satu jalan alternatif yang rawan kecelakaan. Beberapa tahun silam, 13 orang penumpang bus Maju Jaya meninggal dunia di jalur tersebut. Selain itu, beberapa waktu lalu dua orang yang tengah membawa singkong menggunakan truk juga  meninggal dunia akibat kecelakaan di Tanjakan Cae. 

Salah seorang penumpang bernama Hafid Alfariz yang selamat dari kecelakaan tersebut menduga angkutan yang ditumpangi itu terperosok ke jurang karena remnya blong. "Saya kaget, remnya blong," kata dia saat menerima pertolongan medis di Puskesmas Wado, Rabu (10/3). 

Dia mengatakan, angkutan yang ia tumpang itu bus pariwisata rombongan sekolahnya yang melaksanakan kegiatan berwisata serta berziarah. "Habis study tour dari Pangandaran. Iya, habis ziarah juga dari Cibiuk dan Pamijahan," kata dia.

Dia berada di puskesmas karena mengalami luka-luka akibat kecelakaan tersebut. Bus itu diketahui membawa rombongan study tour dan ziarah SMP IT Muawanah, Salak Subang dari Pangandaran dan Tasikmalaya.

Bus pariwisata itu mengalami kecelakaan saat hendak kembali ke Subang. "Bus tersebut hendak kembali ke Subang usai berziarah di Tasikmalaya," kata Direktur Lalu Lintas Polda Jabar, Kombes  Pol Eddy Junaedi kepada Republika.

photo
Petugas mengevakuasi jenazah korban kecelakaan bus PO Sri Padma Kencana di Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (11/3/2021) dini hari. - (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Bus berangkat dari Tasikmalaya sore hari. Rombongan baru saja selesai berziarah ke makam Syekh Abdul Muhyi, di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Tasikmalaya. Berangkat dari Pamijahan, bus warna putih itu mengambil rute tanjakan Gentong Tasikmalaya, kemudian menyusuri jalan nasional Malangbong dan memotong jalan ke arah Kecamatan Wado. 

Namun saat melintas di tanjakan Cae, bus yang diperkirakan mengangkut 60 penumpang tersebut terperosok ke dalam jurang. Di turunan tanjakan Cae, bus disebut menabrak pagar pembatas jalan dan masuk ke jurang dan jatuh di parit dan kolam.

Berdasarkan data kepolisian, 27 orang jenazah telah teridentifikasi di Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang, sebanyak 26 jenazah sudah dibawa pihak keluarga dan satu jenazah masih di rumah sakit. Sebanyak 39 orang selamat dan mengalami luka-luka, 24 di antaranya masih di rumah sakit dan sisanya sudah dijemput keluarga.

Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Ahmad Dofiri mengatakan, pihaknya sudah melakukan olah tempat kejadian perkara, tapi belum tuntas sebab masih memerlukan alat untuk proses analisis. Kesimpulan akhir penyebab kecelakaan dapat diketahui pada satu hingga dua hari ke depan.

photo
Warga menyaksikan kondisi bangkai bus pariwisata PO Sri Padma Kencana pascakecelakaan di kawasan Tanjakan Cae, Jalan Raya Wado-Malangbong, Kabupaten Sumedang, Kamis (11/3/2021). - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

"Tapi yang jelas kondisinya sendiri pertama kemarin dalam keadaan hujan kemudian jalan ini tidak diperuntukkan bagi bus," ujarnya saat meninjau lokasi kecelakaan, Kamis (11/3).

Ia menuturkan, Jalan Wado-Malangbong merupakan jalan alternatif dan tidak untuk dilalui bus besar. Selain itu ,faktor cuaca hujan deras saat kejadian ikut berpengaruh.

Ahmad Dofiri mengatakan, bus yang mengangkut para peziarah ini melaju di turunan dan terdapat tikungan. Selain itu kondisi sedang terjadi hujan. Ia mengatakan, pembatasan akses bagi bus di jalur tersebut sudah berlaku sejak lama.

"Sebenarnya sejak lama dibatasi arah dari bawah sana ada (Wado). Ini bus pariwisata bukan reguler jadi tidak paham ini untuk kendaraan kecil," katanya. Ia mengatakan, pihaknya mengupayakan agar bangkai bus pariwisata dapat diangkat menggunakan crane.

Sementara itu, Amar sang warga Dusun Cilangkap berharap pemerintah daerah dapat memperhatikan kondisi di Tanjakan Cae untuk segera memperkuat pembatas jalan dan dipermanenkan. Lampu penerangan yang menggunakan tenaga surya di Tanjakan Cae pun sudah beberapa bulan tidak berfungsi termasuk jarak antara lampu penerangan yang terlalu jauh.

"Rentan dari sana (arah Malangbong), orang tidak tahu jalan menurun dan berkelok sehingga direm, direm aja (panas) jadi blong. Ini terjadi nggak sekali," ungkapnya.

Ia mengatakan, sudah beberapa kali mengajukan permohonan agar fasilitas lampu penerangan diperbaiki, tapi tidak kunjung terealisasi. Kecelakaan yang sering terjadi pun dikeluhkan warga karena khawatir suatu saat bakal berdampak ke permukiman warga.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat