Perdana Menteri Irak, Mustafa Al-Kadhimi berjalan bersama Paus Fransiskus setibanya di Bandara Internasional Baghdad, Baghdad International Airport, in Baghdad, Iraq March 5, 2021. Iraqi Prime Minister Media Office/Handout via REUTERS ATTENTION EDITORS - | X80001

Internasional

Paus: Perdamaian Lebih Kuat dari Perang

Pada Sabtu, Paus Fransiskus bertemu ulama Syiah Ali Al-Sistani.

QARAQOSH -- Ranting zaitun, bendera, dan balon menyambut kedatangan Paus Fransiskus (88 tahun) di Qaraqosh, Irak, Ahad (7/3). Sehari sebelumnya, ia bertemu ulama Syiah Irak, Ali Al-Sistani (90 tahun), di Mosul. 

"Saya tidak bisa menggambarkan kebahagiaan saya. Ini acara bersejarah yang tak akan terulang," ujar Yosra Mubarak (33 tahun).

Paus Fransiskus melawat ke Irak pada 5-8 Maret. Pada Ahad, ia mengunjungi tiga lokasi berdekatan, yaitu Qaraqosh, Irbil, dan Mosul. Mosul adalah pusat pemerintahan ISIS pada 2014-2017. Mubarak sedang hamil tiga bulan ketika ia dan suaminya pergi menyelamatkan diri dari ISIS, tujuh tahun lalu. Kini ia hadir lagi di Qaraqosh untuk menyambut Paus Fransiskus. 

Ratusan warga berbaris di jalan sambil melambaikan ranting zaitun, simbol perdamaian. Mereka memakai jubah tradisional berwarna-warni. Mubarak yang kini berputra tiga, misalnya, tampil memakai rajutan karya tangan ibunya. Mereka rela menanti berjam-jam sebelum Paus Fransiskus tiba. 

Jalanan di Qaraqosh dan sekitarnya dipenuhi dengan pos pemeriksaan dan petugas bersenjata. Mereka bertekad menjadikan kunjungan Paus Fransiskus berjalan aman. 

photo
Paus Fransiskus berbicara dengan ulama senior Syiah, Ayatollah Ali al-Sistani, di Najaf, Iraq, Sabtu (6/3). - (reuters)

Dua dekade silam, populasi Kristen di Irak mencapai 1,5 juta orang dan termasuk komunitas Kristen tertua di dunia. Kini mereka tinggal 300 ribu orang. Kehadiran Paus Fransiskus adalah bentuk dukungan moral pada mereka. 

Paus Fransiskus mendorong warga Kristiani untuk memaafkan kekejaman yang dilakukan para ekstremis dan melanjutkan hidup membangun Irak. "Jalan menuju pemulihan sepenuhnya mungkin masih panjang. Namun, saya meminta Anda, tolong jangan tumbuhkan rasa putus asa. Yang diperlukan adalah kemampuan untuk memaafkan, juga keberanian untuk tidak menyerah," kata Paus Fransiskus. 

Paus Fransiskus diterbangkan dengan helikopter menuju Mosul. Di sana  warga Muslim dan Kristiani menuturkan kepedihan kehidupan mereka di bawah ISIS. Paus juga mengunjungi reruntuhan rumah dan gereja di pusat kota. Ia duduk di tengah reruntuhan bangunan, tangga yang porak-poranda, dan bangunan gereja kuno yang hancur laiknya dihantam gempa. Semua hancur ketika ISIS berkuasa kemudian diikuti dengan pertempuran pasukan koalisi untuk mengusir ISIS. 

"Betapa kejamnya bahwa negeri ini, yang menjadi buaian peradaban, harus mengalami hantaman barbar sehingga tempat-tempat beribadah luluh lantak dan banyak orang--Muslim, Kristen, Yazidi, dan lainnya--dipaksa hengkang atau mereka terbunuh," kata Paus Fransiskus. 

"Kini, bagaimanapun, kita perkuat keyakinan bahwa persaudaraan lebih bertahan daripada aksi saling bunuh, harapan lebih kuat dari kebencian, perdamaian lebih kuat dari perang," ujarnya menambahkan. 

Mengacu pada ISIS, Paus Fransiskus mengatakan, harapan tidak boleh dibungkam oleh darah yang tertumpah oleh orang yang bertindak mengatasnamakan Tuhan di jalan kehancuran.

photo
Billboard bergambar Paus Fransiskus dan Ayatollah Ali al-Sistani dengan tulisan "Engkau bagian dari kami dan kami bagian darimu" dipajang di jalan di Baghdad. - (AP/Khalid Mohammed)

Bertemu Al-Sistani

Pada Sabtu (6/3), Paus Fransiskus menyusuri jalan sempit sepanjang 30 meter di Najaf untuk bertemu Al-Sistani. Pertemuan kedua tokoh ini menjadi sinyal kuat dialog antariman dan hidup saling berdampingan. Al-Sistani adalah sosok berpengaruh di Irak dan warga Syiah. Ini menjadi pertemuan pertama antara seorang paus dan ulama senior Syiah. Pertemuan digelar di rumah yang disewa Al-Sistani selama puluhan tahun.

Seusai pertemuan, Al-Sistani menyerukan kepada para pemimpin umat beragama dunia untuk menjunjung nilai keagungan dan kebijaksanaan serta akal sehat daripada memilih jalan perang. Ia mengatakan, warga Kristiani pun harus hidup dalam damai dan berdampingan seperti warga Irak lainnya. 

Pertemuan lain kemudian digelar sekitar 200 kilometer di tengah gurun, yaitu Kota Ur, tempat Nabi Ibrahim lahir. "Dari tempat ini, lokasi tempat iman lahir, di tanah ayah kita (Nabi) Ibrahim, mari kita yakinkan bahwa Tuhan Maha Pengasih dan kemungkaran terbesar adalah menyalahgunakan nama-Nya untuk membenci saudara-saudara kita," kata Paus Fransiskus. 

Angin gurun yang bertiup kencang menerbangkan kerah Paus Fransiskus. Di sanalah ia duduk bersama pemimpin Muslim, umat Kristiani, dan Yazidi. Mereka membahas rencana kemungkinan penggalian arkeologi di kota berusia empat ribu tahun yang kaya dengan peninggalan Ziggurat, kompleks kuno, kuil, dan istana.

Paus Fransiskus memuji kaum muda Muslim yang membantu warga Kristiani memperbaiki gereja mereka di Kota Ur.  "Kunjungan Anda berarti kemenangan yang agung, simbol penghargaan untuk rakyat Irak, diberkatilah ia yang menanggalkan ketakutan dari jiwa," ujar Rafah Husein Baher, warga dari agama kuno Sabean Mandaean, kepada Paus Fransiskus. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat