Suasana lantai atas ITC Kebon Kalapa, Kota Bandung, Senin (1/3/2021). Akibat dampak pandemi, banyak pedagang di pusat perbelanjaan dan pasar modern memilih tutup karena sepinya pengunjung. | Edi Yusuf/Republika

Tajuk

Setahun Pagebluk, Pelajaran yang Berat

Setahun Covid-19 mengubah bangsa ini. Apa yang bisa kita pelajari dari penyakit ini?

Hari ini tepat setahun pagebluk Covid-19 melanda bangsa ini. Seluruh kehidupan kita berubah drastis. Tes rapid, antigen, swab PCR makin akrab terdengar. Memakai masker dan mencuci tangan menjadi kebiasaan dan keharusan.

Kini, aneh rasanya melihat ada orang yang tak menggunakan masker di luar rumah. Mendengar orang batuk di dekat kita pun rasanya berhati-hati. Apakah orang yang batuk itu sehat? Atau justru pengidap Covid-19 tanpa gejala?

Aktivitas ke masjid dan tempat beribadah lainnya harus mengalami penyesuaian protokol kesehatan. Seperti duduk dan shalat berjarak cukup jauh. Tetap menggunakan masker. Tidak langsung bersalaman atau berpelukan akrab seperti biasanya.

Masjid dan tempat ibadah lain, dalam kasus di daerah dengan penularan tinggi diharuskan tutup pintu dahulu. Menunggu kasus penularan reda, baru boleh dibuka kembali dan beroperasi dengan menerapkan protokol kesehatan. 

Kita sebisa mungkin mengurangi aktivitas jalan-jalan akhir pekan, ke tempat rekreasi, atau ke mal dan pusat perbelanjaan. Pertokoan menjadi sepi. Roda ekonomi nyaris berhenti total. Pemilik toko dan karyawan menjerit.

Sebagian sudah krisis, kritis, bangkrut, gulung tikar. Sebagian karyawan kini dirumahkan, bahkan sampai dipecat. Aktivitas perdagangan dengan cepat berpindah ke digital, ke marketplace internet, yang mengandalkan transfer online (‘daring’) dan pengiriman via kurir ataupun ojek daring.

 
Di banyak tempat, sekolah dan kampus tutup. Ruang kelas kosong. Lapangan bermain sunyi. Kantin sepi. Guru merindu murid. Murid merindu bermain dengan kawan-kawannya.
 
 

Di banyak tempat, sekolah dan kampus tutup. Ruang kelas kosong. Lapangan bermain sunyi. Kantin sepi. Guru merindu murid. Murid merindu bermain dengan kawan-kawannya. Aktivitas belajar berpindah ke gawai dan televisi. Dampak ini luar biasa.

Dalam setahun terakhir, Kemendikbud khawatir muncul 'generasi yang hilang' di kelompok siswa SD-SMP-SMA. Situasi ini memengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam lima sampai 10 tahun ke depan.

Di rumah, orang tua pun pusing. Karena mengambil peran ekstra menjadi guru. Wabah Covid-19 menjadikan anak-anak mereka amat dekat dengan ponsel atau gawai. Selain digunakan untuk belajar, karena imbauan mencegah bermain dan berkerumun, anak-anak menghabiskan waktunya di depan layar gawai. Efeknya jelas: Kecanduan menonton dan bermain gim daring. 

Setahun Covid-19 mengubah bangsa ini. Apa yang bisa kita pelajari dari penyakit ini? Paling tidak, ada dua hal yang bisa kita soroti. Pertama dan terpenting adalah kepemimpinan, respons, ketegasan, dan komunikasi pemerintah amat penting.

Kita melihat bagaimana pemerintah kelabakan merespons cepatnya penyebaran Covid-19. Kepemimpinan, respons, dan ketegasan sangat penting karena memengaruhi kualitas kebijakan yang keluar nantinya.

 
Pemerintah harus mengakui, ketidakpatuhan itu datang dari rendahnya rasa percaya publik atas pemerintah. 
 
 

Ketidaksiapan dan ketidakseriusan pemerintah, juga terlihat dari kemampuan infrastruktur kesehatan kita menghadapi pagebluk sedemikian dahsyat. Covid-19 benar-benar menunjukkan bahwa triliunan rupiah dana APBN yang dialirkan untuk pembangunan sektor kesehatan, ataupun anggaran di daerah, tetap terbatas menghadapi penyakit ini. Perawat dan dokter kewalahan menghadapi laju pasien yang datang. Jumlah perawat dan dokter yang menjadi korban jiwa mencapai ratusan.  

Hal kedua adalah kepatuhan publik. Selain Covid-19, pemerintah juga menghadapi ketidakpatuhan publik atas kebijakan protokol kesehatan. Pemerintah harus mengakui, ketidakpatuhan itu datang dari rendahnya rasa percaya publik atas pemerintah. 

Mengapa rendah? Salah satu halnya, selain politik, adalah publik melihat respons pemerintah yang tidak serius di awal itu. Ini tidak bisa diatasi dengan model komunikasi dan respons yang serupa. Pemerintah harus lebih dahulu memperbaiki dirinya sendiri, memperbaiki pola kepemimpinan, respons masalah, komunikasi, rilis kebijakannya, kemudian publik mengikuti.

Setahun Covid-19, kita harap menjadi momentum perbaikan dan gerakan bersama elemen bangsa untuk bangkit. Bangsa ini tetap butuh satu semangat kebersamaan, yang sudah ditunjukkan dalam banyak sekali kasus gotong royong menolong korban Covid-19 setahun terakhir.

Sepanjang 2021, kita akan disibukkan dengan vaksinasi dan mencoba bangkit. Agar pada 2022, kita tidak lagi merayakan dua tahun belum bebas pagebluk yang menyusahkan ini. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat