Pembicara dalam Webinar Alumni Gontor Putri seri perdana “Muslimah dan Literasi Media”, (kiri-kanan) Dewi Yuhana, Dr. Syarifah Ema, dan moderator Kamilia Hamidah, MA. | Dewi Yuhana

Khazanah

Alumni Gontor Putri: Perempuan Strategis Perangi Hoaks

Alumni Gontor Putri mendorong keluarga mengedukasi anggotanya memilah informasi berkualitas.

Berhati-hatilah dalam menyebarkan informasi. Cek dulu kebenarannya, sehingga tidak terlibat langsung dalam penyebaran hoaks (kabar bohong). Demikian disampaikan Dr. Syariah Ema Rahmania (Ema), dosen FISIP Universitas Tanjungpura Pontianak dalam Webinar seri perdana Alumni Gontor Putri yang digelar Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Pondok Modern (PP IKPM) Gontor, Ahad (28/2/2021).  

Ema menambahkan, saat ini kekacauan informasi cukup tinggi. Masyarakat dengan mudah menyebarkan dan terpancing informasi bohong. Ia mencontohkan kasus pengeroyokan yang mengakibatkan tewasnya Ahmad Fauzi Muslih di Kendal karena warga termakan isu hoax penculikan anak. 

“Literasi media dan digital masyarakat kita masih rendah. Indonesia ada di peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei tentang minat baca,” kata perempuan yang juga Koordinator Wilayah Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Pontianak. 

Karena itu, verifikasi informasi atau tabayun menjadi kunci untuk mendapatkan informasi yang faktual. Ia bahkan menegaskan, peran perempuan sangat dibutuhkan untuk memerangi hoaks. “Kami (Mafindo) menggelar pelatihan untuk masyarakat dan khususnya perempuan dalam mengecek fakta. Bagaimana cara mengetahui bahwa kabar yang diterima benar atau bohong, dan apa yang harus dilakukan jika menghadapi kondisi tersebut,” ujar alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor tahun 1997 ini. 

Ema juga mengingatkan, peran keluarga dalam membentengi anak dari gempuran hoaks juga sangat penting. Dalam sehari, anak-anak tidak hanya bersekolah, tapi juga beraktivitas lain. Pada saat itu, peran keluarga diperlukan untuk memantau apa yang dilakukan anak.

Mereka mengakses situs internet apa, mereka mengonsumsi konten apa saja. Dari situ orang tua dapat memberikan pencerahan kepada anak-anaknya tentang konten apa yang mereka cari dan seharusnya kata kunci apa yang wajib ditelusuri. 

Edukasi digital dapat dilakukan dengan menginformasikan situs atau laman yang kredibel. Kemudian kata kunci apa yang seharusnya ditelurusi. Misalkan untuk anak-anak. Orang tua dapat mengarahkan anak untuk menelusuri kata kunci Soekarno. Pertanyaan yang harus mereka jawab adalah siapa Soekarno? Belajar di lembaga pendidikan apa? Apa peranannya dalam memerdekakan dan memajukan negeri ini? di mana makamnya? seperti apa situasi makamnya saat ini?.

Setelah menelusuri kata kunci tadi, anak kemudian diarahkan untuk menjelaskan apa saja yang mereka temukan. Orang tua kemudian menilai konten tersebut, termasuk situs internet yang diakses apakah kredibel atau tidak. Atau, jika itu adalah akun media sosial, maka harus dilihat, apakah terpercaya atau tidak. 

Webinar dengan tema Muslimah dan Literasi Media ini juga menghadirkan pembicara lain, Dewi Yuhana, Direktur PT Deazha Prima Nusantara. Dalam webinar yang diikuti para alumni, wali santri dan masyarakat umum itu, Dewi mengajak audiens untuk berkawan dengan media. “Kenali media, bagaimana karakteristiknya, siapa wartawan, redaktur dan pemimpin redaksinya,” katanya. 

Seringkali dalam diskusi yang membahas tentang media massa, kata Dewi, peserta mengkritik dan membahas hal-hal negatif dari media massa. “Ketika ditanya kapan terakhir baca berita, berita apa yang diikuti, atau apakah berlangganan media, ternyata tidak melakukan semuanya. Masyarakat terlalu reaktif saat ada berita yang  dianggap negatif versi dia, tapi tidak mengapresiasi media saat menyajikan berita positif,” ujar perempuan yang pernah menjadi Pemimpin Redaksi Malang Post ini. 

Berkawan dengan media, tegas Dewi, akan sangat mendukung aktivitas dan misi dakwah yang secara tidak langsung diemban para alumni Gontor Putri. Bagaimana mereka bisa dikenal pelaku media, dijadikan narasumber untuk topik dan isu tertentu lalu diberitakan, bila tidak mengenal satu pun wartawan. 

Banyak pertanyaan diajukan peserta dalam sesi diskusi, di antaranya cara supaya tulisan atau artikelnya dimuat di media massa, hingga pertanyaan bagaimana redaksi mempertahankan independensinya saat berhadapan dengan pemilik modal. Dewi yang juga alumni Gontor Putri itu menyampaikan, audiens harus memahami karakteristik media di mana ia akan mengirimkan artikel serta minimal tahu berita apa yang sedang menjadi headline di media tersebut.  

“Makanya harus banyak baca berita, sehingga muncul ide akan menulis opini tentang apa. Nah, kalau pemilik modal mau sering muncul di medianya sendiri, ya itu haknya mau melakukan branding. Sah saja. Paling pembaca atau penonton yang malas lihat. Tapi kalau sampai ingin memengaruhi kebijakan redaksi untuk memutarbalikkan fakta, yakinlah, di redaksi akan selalu ada orang yang memegang teguh ideologis dan prinsip untuk menjaga independensinya,” jelas Dewi.

Sementara itu, Ketua 1 PP IKPM Dr. HM. Adib Fuad Nuriz MA, M.Phil mengatakan, Webinar Series Alumni Gontor Putri ini digelar untuk mewadahi potensi-potensi luar biasa yang dimiliki alumni. “Selama ini kegiatan yang dilakukan PP IKPM lebih banyak untuk alumni putra, sedangkan alumni putri belum tergarap secara maksimal. Padahal potensi dan kiprah mereka di masyarakat tidak bisa diremehkan begitu saja,” katanya. 

Webinar ini sekaligus menjadi cara PP IKPM untuk mengumpulkan data para alumni Gontor Putri, sekaligus memberikan kesempatan pada mereka untuk melakukan silaturahmi secara virtual di masa pandemi. “Antusiasme peserta di webinar perdana ini sangat tinggi. Kami akan menggelar webinar ini secara berkala setiap tiga minggu atau sebulan sekali,” pungas Adib.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat