H Nordin Hidayat (tengah) duduk bersama KH Anis Maftuhin (bersarung batik) dan Manager Hotel Pullman Zamzam Ust H Martin Abdurrahman (kiri), duduk bersama di Muzdalifah Makkah Arab Saudi | Nordin Hidayat

Kitab

Agar Haji - Umrah Lebih Mengasyikkan dan Berkesan

Buku Umrah Antimainstream menjadi referensi umrah dan wisata Arab Saudi masa kini.

Berziarah ke Makkah dan Madinah sekadar untuk ibadah haji dan umrah adalah hal biasa. Memang di sanalah lokasinya. Masyair atau tempat suci yang menyimpan jejak para nabi dapat dikunjungi siapapun, seperti di Makkah: Masjidil Haram, Arafah, Muzdalifah, Mina. Sedangkan di Madinah ada Masjid Nabawi, dan sejumlah lokasi peperangan Nabi, seperti Tabuk, Uhud, dan jejak para nabi sebelumnya.

Namun sekadar berziarah dan beribadah di Tanah Suci sudah menjadi kebiasaan umum para jamaah haji dan umrah. Ada kebiasaan unik yang tidak banyak dilakukan orang. Di antaranya adalah berkenalan dan bersosialisasi dengan masyarakat Arab. Tidak sekadar di tempat suci, tapi juga kafe-kafe sambil menyelami budaya dan kebiasaan mereka. 

Jika saat berumrah atau berhaji melakukan hal ini, maka Anda akan merasakan langsung betapa hangatnya masyarakat Arab. Akan diketahui bahwa cara mereka bertutur kata dengan suara lantang tidak menandakan emosi meninggi. Itu adalah hal biasa. Terkadang pembicaraan dengan nada tinggi dilakukan untuk menyapa, memuji, dan berterima kasih, yang disampaikan dengan kalimat-kalimat bersyair, penuh senyuman.

Orang Arab, kalau marah akan beradu argumentasi. Tapi tidak akan memukul, karena hal itu merupakan pelanggaran hukum. Sanksinya berat. Kalau berkomunikasi, mereka akan menyambut dengan senang hati. Bahkan mereka akan mengantarkan kita ke mana pun sekadar untuk menikmati keindahan negeri yang menjadi tempat tinggal mereka.

Bagi orang Saudi, matahari terbenam adalah pertanda kehidupan baru dimulai. Mereka akan ramai keluar rumah untuk berkumpul di ruang terbuka hijau. Di sana terlihat anak-anak dan ibunya bermain dengan riang gembira. 

photo
Peta buku Umrah Antimainstream - (Erdy Nasrul/Republika)

Ada pula yang berkumpul sambil menghidangkan nasi yang mereka bawa dari rumah. Hal sama juga terjadi pada saat gerhana bulan. Biasanya mereka akan meramaikan Masjidil Haram untuk melaksanakan shalat gerhana. Setelah itu mereka berkumpul di luar untuk duduk santai menikmati makan malam. 

Kalau Anda berada di sana, maka akan mencium aroma masakan yang khas, terutama bau bawang bombay bercampur jintan, garamasala, dan aneka bumbu yang biasa digunakan untuk memasak gulai. Harum itu sungguh menggugah selera makan.

Selain itu, jamaah juga dapat menikmati aneka kuliner khas masyarakat setempat yang nikmat. Nordin menceritakan tentang tradisi kuliner di sana yang menjadi penghangat suasana. Kalau makanan terhidang, maka itu berarti masyarakat di sana sudah akrab. Mereka menjamu tamunya dengan suka hati.

Biasanya makanan akan dinikmati bersama-sama. Misalkan nasi briyani. Tidak dimakan dengan piring, tapi nampan untuk empat sampai enam orang. Porsinya memang besar. Namun itu membuat orang selalu ingin makan lagi dan lagi.

Hidangan itu terdiri dari beras basmati yang dimasak dengan kaldu kambing. Daging yang dihidangkan empuk sekali, bahkan sampai terpisah dengan tulang, karena saking lamanya digodok.

Yang menarik lagi adalah acarnya, yang terdiri dari sayuran mentah. Ketika digigit, rasanya menyegarkan mulut, membuat siapa pun semakin semangat untuk menghabiskan nasi briyani tadi. Karena itu, porsi besar nasi briyani biasanya habis dilahap dalam waktu 15 menit. 

Masyarakat Saudi mempunyai beberapa lokasi kuliner yang mengasyikkan. Kalau yang murah, biasanya terdapat di Syari’ Sittin dekat dengan Masjid Nabawi Madinah. Di sana terdapat aneka masakan, seperti kepala kambing, kambing guling, ikan bakar, ayam panggang, dan banyak lagi.

Kalau di Jeddah, tempat makan yang mengasyikkan adalah di pinggiran Laut Merah. Di sana terdapat restoran yang mewah sekali. Pengunjung yang datang ke sana biasanya mengendarai mobil mewah semacam Porsche, Lamborghini, dan banyak lagi. Di sana mereka tak sekadar menyantap hidangan, tapi juga menikmati embusan angin laut yang menyegarkan.

Ada juga makanan cepat saji, seperti ayam panggang Tazaj. Porsinya bukan main. Terdiri dari satu ekor ayam, roti canai, dan kentang goreng. Minumannya adalah pepsi yang sekali teguk akan membuat mata melotot.

photo
Halaman wajah Umrah Antimainstream - (Erdy Nasrul/Republika)

Berziarah ke Saudi sekarang ini bukan sekadar untuk ibadah, tapi juga berwisata. Tujuannya bukan hanya Jeddah, Makkah, dan Madinah, tapi juga Thaif, Madain Saleh, Riyadh, Najran, Damam, dan banyak kota di Saudi lengkap dengan keindahan yang luar biasa. Seperti Dir’iyyah dengan situs kuno yang menjadi tempat asal mula Bani Saud, kemudian sejumlah situs purbakala yang penuh dengan nilai sejarah.

Seperti itulah secuil isi Buku Umrah Antimainstream yang dipublikasikan Penerbit Rene Islam. Selain sosio-kultur, buku ini juga menjelaskan bagaimana tradisi Wahhabi yang tidak lagi seeksklusif dulu. Nuansa keislaman masyarakat Arab Saudi kini jauh lebih terbuka. Beberapa buktinya adalah sebagai berikut.

Pertama, Wanita Arab Saudi yang semula banyak beraktivitas di rumah, kini sudah banyak berkegiatan di sector public. Yang tadinya tidak boleh menyetir, kini mereka mendapatkan lisensi mengemudikan mobil meramaikan ruas jalan di Arab Saudi. 

Mereka juga bekerja di berbagai posisi, mulai dari kasir, sampai CEO. Putri Reema binti Bandar bin Sultan bin Abdulaziz Al Saud menjadi duta besar Kerajaan Arab Saudi untuk Amerika Serikat. Dia menjadi teladan wanita Saudi yang kini mendapatkan angin segar berkontribusi membangun negeri.

Kedua, Hiburan masyarakat Saudi semakin bertambah. Pada Festival Musim Dingin Tanturah di al-Ula pada 2019, Kerajaan Arab Saudi melakukan hal yang luar biasa, sesuatu yang tak pernah dikerjakan sebelumnya, bahkan dianggap terlarang, yaitu konser musik. Dalam perayaan itu, Kerajaan mengundang Andrea Boceli dan Yanni untuk tampil. Kemudian juga menampilkan hologram penyanyi Mesir Ummi Kultsum (1898-1975) menyanyikan lagu-lagunya dan memukai para hadirin. Mereka takjub dengan teknologi hologram tersebut.

Ketiga, Putra Mahkota Mohammed bin Salman menegaskan dalam berbagai kesempatan, bahwa Kerajaan Arab Saudi semakin menguatkan wasathiyah atau moderasi beragama. Islam menjadi inspirasi kekuatan sosial yang memajukan kebersamaan, member ruang kepada siapa pun untuk tampil untuk kebaikan, dan memajukan negeri yang menjadi pelindung dua tanah suci.

Masih banyak lagi gambaran tentang Arab Saudi masa kini yang menjadi referensi siapa pun yang hendak ke sana untuk beribadah sekaligus berwisata.

Buku Umrah Antimainstream ditulis oleh H Nordin Hidayat. Dia adalah traveller dan orang yang mengabdikan dirinya untuk melayani tamu Allah di Arab Saudi. “At your service atau tahta khidmatikum.” Ini adalah ungkapan yang sering Nordin utarakan kepada para tamu Allah yang menggunakan jasa pelayanannya. 

Melalui Umrah Antimainstream, Nordin mengungkapkan pemikiran baru tentang ibadah umrah dan haji yang lebih asyik, santai dengan unsur travelling berbalut tradisi lokal, tanpa harus mengurangi kekhusyuan beribadah. “Saya ingin menggugah kesadaran baru ini, bahwa di samping pengalaman yang sudah biasa berlaku, ada format lain yang menurut saya memiliki nilai lebih dibandingkan perjalanan umrah yang sudah biasa dipraktikkan. Ini bukan tentang besar atau kecilnya pahala atau diterima dan ditolaknya ibadah umrah oleh Allah,” tulis Nordin.

Jurnalis sekaligus pelayan tamu Allah

Nordin Hidayat adalah seorang jurnalis. Dia banyak menyumbang tulisan tentang dunia Timur Tengah untuk media massa besar di Indonesia. Setelah menamatkan studi di Indonesia dia menghabiskan banyak waktunya untuk hidup di Arab Saudi. Bermula dari melayani satu atau dua orang jamaah haji dan umrah, kini dia sudah menangani ribuan tamu Allah. 

Pria berdarah Sunda ini mendirikan perusahaan bernama TFA Manasek International. TFA berarti team for Allah yang berarti kebersamaan untuk bekerja bersama dan mengabdi untuk Allah. Dengan mengatasnamakan Allah, maka diyakininya segala rintangan dan tantangan akan mudah dihadapi.

TFA kini bekerja sama dengan sejumlah korporasi di Arab Saudi, seperti al-Dar al-Mamoor, dan sejumlah perusahaan transportasi, hotel, dan katering. Jamaah yang dilayani TFA akan mendapatkan kehangatan dan keramahan layaknya di kampung sendiri. 

Meski sibuk melayani tamu Allah, Nordin tetap menyempatkan dirinya untuk menuliskan pengalaman berharga selama menjalani kehidupan di Tanah Suci dan kota-kota lain di Timur Tengah. Catatan tersebut berisikan ibrah dan pengetahuan berharga, yang menjadi vitamin intelektual para pembaca masa kini dan generasi yang akan datang.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat