Marfuah Musthofa. Menyuarakan nilai-nilai agama dan kaitannya dengan muslimah merupakan jalan dakwah Marfuah. | Dialog Jumat/Republika

Uswah

Marfuah Musthofa Suarakan Keadilan Bagi Muslimah

Menyuarakan nilai-nilai agama dan kaitannya dengan muslimah merupakan jalan dakwah Marfuah.

OLEH IMAS DAMAYANTI

Isu mengenai toleransi beragama kembali berkembang di tengah-tengah masyarakat. Umat Islam sebagai mayoritas kerap dianggap sebagai kalangan yang menjadi motor pemicu sikap tidak toleran yang berkembang.

Beragam peristiwa akhir-akhir ini dari seragam sekolah hingga pasar muamalah seolah menyudutkan kaum Muslimin di Tanah Air. Sebenarnya, siapa yang bersalah?

Menjadikan umat Islam secara general sebagai pemicu hadirnya sikap intoleransi ini tentunya berkebalikan dengan fakta yang ada. Terlebih jika dilihat dari peran dan kontribusi umat Islam sepanjang perjalanan bangsa, mulai prakemerdekaan, kemerdekaan, hingga pascakemerdekaan, umat Islam selalu memberikan kontribusi yang signifikan bagi Indonesia.

Isu-isu yang kerap bersinggungan dengan umat ini pun menjadi keresahan yang selalu disuarakan lantang oleh Wanita Islam (WI). Marfuah Musthofa menjadi salah satu Muslimah yang secara konsisten cukup lantang menyuarakan keadilan bagi umat Islam dan bangsa sebagaimana amanah Pancasila.

"Saya rasa tidak adil jika umat Islam selalu dijadikan objek isu-isu semacam ini, selalu dituduh intoleran. Padahal, soal toleransi, toleransinya umat Islam di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Umat Islam sudah jago bertoleransi," kata Muslimah yang memimpin PP Wanita Islam ini saat dihubungi Republika, Rabu (17/2).

 
Toleransinya umat Islam di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Umat Islam sudah jago bertoleransi.
 
 

Setiap elemen kenegaraan dinilai harus berkaca pada perjalanan sejarah umat Islam. Munculnya sentimen-sentimen keagamaan saat ini Marfuah nilai merupakan suatu hal yang perlu dikritisi secara saksama dengan pendekatan dialektis.

Dia pun menilai terbitnya surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri menandai babak baru dibukanya sentimen agama yang justru diinisiasi pemerintah. Marfuah berpendapat, SKB yang bersifat responsif bukanlah urgensi yang perlu dilakukan pemerintah. SKB itu pun dinilai tidak urgen, tidak relevan, dan tidak signifikan.

"Masyarakat kita ini resah, kondisi ekonomi kita sedang terpuruk, memprihatinkan, ditambah lagi pemerintah sepertinya tidak serius menangani Covid-19. Mengapa harus ada SKB ini?" kata dia.

Menurut dia, pemerintah semestinya berfokus membangun sumber daya manusia (SDM) unggul yang dimulai dengan semangat kebersamaan. Pembenahan SDM dapat dilakukan dengan menancapkan nilai-nilai Pancasila dan semangat undang-undang, yakni berkeadilan dan kolaboratif.

 
Berikan kebijakan yang solutif soal belajar. Lihatlah itu mereka yang belajar di pegunungan, di daerah terpencil, sulit sinyal, sulit akses.
 
 

Di tengah pandemi Covid-19 ini, pihaknya menilai sudah sepatutnya pemerintah mencarikan solusi agar para pendidik dan peserta didik dapat menghadapi kesulitan-kesulitan pelajaran jarak jauh (PJJ) dengan maksimal, bukan justru mengeluarkan kebijakan yang sensitif dan tidak signifikan.

"Berikan kebijakan yang solutif soal belajar. Lihatlah itu mereka yang belajar di pegunungan, di daerah terpencil, sulit sinyal, sulit akses, bagaimana solusinya? Bukan justru yang dipikirkan adalah seragam dan menyudutkan umat Islam," kata dia.

Dakwah perempuan

Sebagai pemimpin sebuah ormas Islam yang fokusnya lebih banyak ke perempuan, Marfuah menjelaskan, peran keluarga dalam melakukan pembinaan menjadi fokus yang perlu diperhatikan. Dakwah WI yang dimulai dari lingkup keluarga cukup terkonsentrasi agar degradasi moral tak terjadi di generasi umat dan bangsa.

"Bagaimana pendidikan itu yang kita tanamkan bisa menyentuh masyarakat yang madani. Mengapa keluarga perlu mengenal nilai-nilai agama? Karena nilai ini menjadi fondasi untuk mencetak generasi yang berakhlak, berpengetahuan luas," ungkap dia.

Lahir pada 29 April 1962 silam di Yogyakarta, WI merupakan hasil musyawarah besar para tokoh Badan Kesejahteraan Wanita Islam dari berbagai provinsi. Mereka menyatukan organisasi di bawah satu pimpinan agar lebih efektif dan teratur. Organisasi independen ini pun pernah dinakhodai berbagai tokoh Muslimah yang berkiprah di level nasional, seperti Aisyah Aminy dan Syarifah Muhtarom.

Dengan visi menjadi organisasi Muslimah yang amanah, independen, profesional, dan unggul, WI berupaya untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan, keilmuan, keterampilan, kepemimpinan, serta kemampuan berorganisasi pengurus dan anggota.

Pengejewantahan iman dan takwa ada pada jilbab. Menurut Marfuah, jilbab adalah kultur Islam yang sangat mulia. Muatan kompetensi dalam kurikulum soal atribut keagamaan harus diperjuangkan dan disuarakan terus-menerus. Baginya, menyuarakan nilai-nilai agama dan kaitannya dengan perempuan merupakan jalan dakwah yang dipilih untuk berkontribusi terhadap bangsa Indonesia.

 

 

PROFIL

Nama lengkap: Marfuah Musthofa

Tempat, tanggal lahir: Kudus, 2 April 1968

Riwayat pendidikan:

*S-1 Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Tanjung Karang,

*S-2 Administrasi Pendidikan Uhamka Jakarta

Riwayat aktivitas: Ketua Umum PP Wanita Islam periode 2016-2021

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat