Siapkan harta warisan untuk anak (ilustrasi) | Freepik

Keluarga

Mulailah Siapkan Harta Warisan untuk Anak

Ini menjadi bekal bagi orang tersayang dan bantu meminimalkan rasa khawatir.

Semua orang tentu setuju bahwa pengelolaan harta waris adalah salah satu tujuan keuangan jangka panjang yang penting. Meski begitu, sebagian besar masyarakat Indonesia masih tabu dalam mempersiapkan harta waris. Padahal membuat perencanaan harta waris tidak kalah penting dengan menyiapkan dana pendidikan, kesehatan maupun dana pensiun. 

Spesialis anak sekaligus seorang ibu, Dokter Mesty Ariotedjo mengakui bahwa perencanaan dana warisan perlu dilakukan sedini mungkin. Kesadaran akan pentingnya menyiapkan dana warisan tercermin ketika pandemi Covid-19 dan berbagai bencana alam melanda Indonesia.

“Pandemi serta berbagai bencana yang terjadi akhir-akhir ini membuat saya pribadi merasa semakin sadar akan pentingnya menyiapkan dana warisan untuk anak-anak. Karena di masa-masa sulit seperti sekarang itu kekhawatiran tiba-tiba meninggal itu semakin tinggi,” kata Mesty

Mesty sendiri merupakan tipe orang yang cukup terencana,  termasuk dalam merencanakan masa depan. Karenanya sejak ia masih di usia 20 tahunan, Mesty telah mempersiapkan simpanan untuk menjadi harta waris bagi orang-orang tersayang. Ia berharap harta warisnya kelak bisa membantu anak-anaknya mewujudkan impian mereka di masa mendatang dan tidak terbebani ketika ia sewaktu-waktu harus pergi meninggalkan mereka.

“Aku kan tipe orang yang well-planned, apalagi kondisi pandemi kian meresahkan. Bagaimana kalau tiba-tiba saya harus ‘pergi’ duluan? Apa yang sudah saya persiapkan untuk anak-anak? Inilah yang melatarbelakangi saya mengalokasikan sejumlah dana dan aset untuk simpanan, termasuk harta waris,” kata dia.

“Pokoknya jangan tunda lagi, mari susun prioritas dan miliki harta waris sebagai salah satu resolusi di 2021, agar kita dapat memastikan bahwa kesejahteraan mereka yang kita sayangi selalu terlindungi,” tambah dr Mesty.

 
Mari susun prioritas dan miliki harta waris sebagai salah satu resolusi di 2021, agar kita dapat memastikan bahwa kesejahteraan mereka yang kita sayangi selalu terlindungi.
Dokter Mesty Ariotedjo
 

 

Faktor penunda

Minimnya kesadaran masyarakat Indonesia dalam menyiapkan dana warisan rasanya tidak terlalu mengejutkan. Riset Global Financial Health menunjukkan bahwa secara umum masyarakat Indonesia baru mulai merencanakan keuangan di usia 35 tahun, lalu mulai menyiapkan dana pensiun pada usia 41 tahun.

Menurut pegiat perencana keuangan Dani Rachmat, kebiasaan itu harus diakhiri karena sebaiknya mulai usia 25 tahun setiap individu mulai merencanakan keuangannya.

Lokadata.id juga merilis survei tentang Ketahanan Dana Darurat Masyarakat Menurut Negara pada 2020. Dari laporan itu diketahui bahwa 46 persen masyarakat Indonesia hanya bisa bertahan selama satu minggu jika kehilangan sumber pendapatan. Ini artinya masih banyak orang Indonesia yang belum bisa merencanakan keuangan secara bijak.

“Perilaku ini harus segera diubah mengingat perencanaan keuangan jangka panjang, termasuk dana warisan, akan menjadi bekal bagi orang tersayang dan bantu meminimalkan rasa khawatir. Sayangnya, banyak yang berasumsi bahwa warisan baru perlu dipersiapkan saat kita sudah cukup mapan ataupun berusia lanjut, padahal tidak demikian,” kata Dani dalam sebuah diskusi virtual yang digelar Prudential pada akhir Januari lalu.

Menurut Dani, ada banyak faktor penunda penyiapan warisan. Misal adanya prioritas yang datang lebih dulu dan penting untuk dipenuhi seperti dana pendidikan, dana darurat hingga kepemilikan rumah. Lalu faktor kekurangan dana, atau merasa aset yang ada sudah cukup untuk jadi harta waris, hingga merasa belum waktunya untuk mempersiapkan warisan.

“Padahal menyiapkan dana waris itu urgen sekali, tapi seringkali dibelakangkan. Kenapa penting? Ini karena warisan yang disiapkan itu akan membuat kehidupan anak menjadi lebih kuat dari segi keuangan, yang pada akhirnya memengaruhi pendidikan dan kesehatannya,” kata Dani.

 

 

photo
Siapkan harta warisan untuk anak (ilustrasi) - (Pixabay)

 

 

Tren Baru dengan Asuransi Jiwa

Untuk harta warisan sendiri jenisnya beragam, bisa dalam bentuk properti, aset keluarga, usaha, mobil klasik, benda seni hingga asuransi. Dari survei yang dilakukan Dani pada akun Instagram miliknya dengan melibatkan 1.870 responden, diketahui bahwa saham menjadi instrumen terbanyak yang dipilih untuk waris (437 responden), properti (332 responden), lalu asuransi jiwa (292 responden).

Masuknya asuransi dalam tiga besar pilihan instrumen waris menjadi semacam tren baru. Bagi pegiat perencana keuangan Dani Rachmat, asuransi jiwa memang cukup banyak memberi keuntungan juga kemudahan. Melalui asuransi jiwa yang memberikan kepastian nilai Uang Pertanggungan, perencanaan keuangan untuk ahli waris pun bisa lebih mudah. Selain itu, ahli waris juga hanya perlu melakukan proses klaim manfaat asuransi ke perusahaan asuransi dan pencairan langsung ke ahli waris ketika syarat telah terpenuhi.

“Asuransi jiwa merupakan salah satu instrumen keuangan yang dapat kita miliki dari sekarang sebagai andalan untuk dijadikan warisan selain aset seperti tanah, bangunan atau lainnya, karena manfaatnya jelas tertulis,” papar Dani.

Bagaimana merencanakan waris dengan asuransi jiwa? Berikut tip dari Dani:

1. Siapkan dana waris sedini mungkin

Bahkan untuk yang masih lajang bila ingin menyiapkan warisan bisa membeli asuransi lebih dini, lebih cepat membeli maka preminya pun akan lebih murah.

2. Alihkan kebutuhan dana besar

Untuk menyiapkan warisan dalam jumlah besar, cukup membayar premi asuransi yang relatif terjangkau untuk mendapatkan manfaat warisan yang cukup besar.

3. Pilih perusahaan terpercaya

“Untuk menyiapkan warisan melalui asuransi, pastikan perusahaan asuransi yang dipilih memiliki kekuatan yang bisa dipercaya dan diandalkan sampai nanti ketika warisan perlu diberikan,” kata Dani.

 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat