Warga berdatangan untuk menjalani vaksinasi Covid-19 di Hannover, Jerman, Senin (1/2). | AP/Ole Spata/DPA

Opini

Akses Vaksin untuk Semua

Kami mendukung kerja sama vaksin dan multilateralisme vaksin.

VINCENT PIKET, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia

Pada awal tahun 2021 ini, pandemi Covid-19 tetap menjadi kenyataan pahit bagi komunitas global. Kami melihat, tetap adanya peningkatan jumlah infeksi di Uni Eropa dan Asia. Demikian halnya dengan peningkatan jumlah kematian.

Selain itu, munculnya varian baru virus ini amat mengkhawatirkan. Namun, masih ada alasan untuk bersikap optimistis, berkat inovasi dan kecerdasan para ilmuwan. Beberapa vaksin kini mulai digulirkan secara global.

Pada 3 Februari lalu, jumlah orang yang telah divaksinasi melebihi jumlah kasus positif. Akhir dari pandemi sudah terlihat. Sekarang yang perlu diupayakan adalah agar vaksin tersebut berada dalam jangkauan kita.

 
Saat vaksin mulai didistribusikan, pertanyaan baru dan relevan muncul: apakah vaksin didistribusikan secara adil?
 
 

Saat vaksin mulai didistribusikan, pertanyaan baru dan relevan muncul: apakah vaksin didistribusikan secara adil? Akankah negara kaya menerima lebih banyak dosis daripada negara yang kurang makmur?

Bagaimana kita dapat meningkatkan kolaborasi internasional, yang mengarah pada akses untuk semua, tidak hanya untuk beberapa orang terpilih? Untuk Uni Eropa, jawabannya jelas: tidak ada yang aman sampai semua orang aman.

Tidak boleh ada wilayah, negara, dan kelompok orang yang dirugikan atau terabaikan dalam memiliki akses secara adil dan merata ke vaksin Covid-19, yang aman digunakan dan memiliki standar dan perlindungan kendali mutu pada tingkat yang sesuai.

Bila kenyataannya tidak sesuai, ini akan menciptakan situasi yang secara moral tidak dapat dibenarkan, dan memberikan lahan subur munculnya varian baru. Upaya mengatasi pandemi perlu kerja sama, dan kita perlu memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal.

 
Kontribusi Uni Eropa adalah setengah dari jumlah total yang dijanjikan komunitas internasional untuk COVAX sehingga menjadikan Uni Eropa sebagai kontributor terbesar COVAX.
 
 

Inilah mengapa Uni Eropa menjadi pendukung utama fasilitas COVAX, yaitu inisiatif global yang melibatkan 90 persen populasi dunia dan bertujuan memastikan akses yang adil dan merata ke vaksin Covid-19 untuk semua.

Tim Eropa, yang terdiri atas Uni Eropa dan negara anggotanya, sejauh ini telah menjanjikan lebih dari 850 juta euro atau 1 miliar dolar AS untuk membeli, mengamankan, dan mengirimkan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah melalui fasilitas COVAX.

Kontribusi Uni Eropa adalah setengah dari jumlah total yang dijanjikan komunitas internasional untuk COVAX sehingga menjadikan Uni Eropa sebagai kontributor terbesar COVAX. Hasil nyata dari inisiatif ini mulai ada.

Pada 22 Januari lalu, COVAX mengumumkan penandatanganan perjanjian pembelian awal hingga 40 juta dosis vaksin Pfizer-BioNTech, yang telah disetujui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk penggunaan darurat.

Pengiriman pertama vaksin yang disubsidi oleh COVAX akan dimulai di Asia Tenggara dan di seluruh dunia dalam waktu dekat. Sebagai tahap awal, Indonesia diharapkan menerima vaksin gratis hingga 23 juta dosis dari fasilitas COVAX.

 
Terlepas dari kurangnya pasokan di seluruh dunia pada saat ini, secara global diharapkan 100 juta dosis dapat terkirim pada kuartal pertama tahun ini.
 
 

Setelah target pendanaan terpenuhi, fasilitas COVAX akan memungkinkan 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk mengamankan 1,3 miliar dosis vaksin pada akhir tahun 2021, dan yang dapat mencakup kelompok paling rentan dari populasi di negara-negara ini.

Terlepas dari kurangnya pasokan di seluruh dunia pada saat ini, secara global diharapkan 100 juta dosis dapat terkirim pada kuartal pertama tahun ini.

Pada akhir 2021, dua miliar dosis akan tersedia untuk pengiriman melalui COVAX. Pada akhir 2022, jumlah ini akan meningkat menjadi tiga miliar. Kabar bahwa setengah dari target ini telah dikontrak dengan perusahaan farmasi merupakan hal yang menggembirakan.

Untuk Uni Eropa, salah satu alat penting untuk pengembangan vaksin adalah sistem Perjanjian Pembelian Awal (//advance purchase agreement//) dengan berbagai perusahaan farmasi untuk 2,3 miliar vaksin.

 
Pada saat yang sama, kami melihat kurangnya transparansi dalam cara beberapa perusahaan beroperasi. 
 
 

Sistem perjanjian ini, memberi perusahaan farmasi sarana untuk berinvestasi dengan cepat dalam penelitian dan pengembangan vaksin selama 2020.

Patut dicatat, Komisi Eropa sebagai badan eksekutif Uni Eropa, mengusulkan agar vaksin yang telah dibeli didistribusikan ke negara-negara berkembang bila pasokan vaksin tersebut tidak dibutuhkan segera di Uni Eropa.

Pada saat yang sama, kami melihat kurangnya transparansi dalam cara beberapa perusahaan beroperasi. Untuk alasan ini, Komisi Eropa baru-baru ini memberlakukan pengawasan bersifat terbatas dan sementara untuk ekspor vaksin dari Uni Eropa hingga 31 Maret 2021.

Skema ini memungkinkan otoritas bea cukai untuk memeriksa surat deklarasi ekspor vaksin dan hal ini hanya berlaku untuk ekspor dari perusahaan-perusahaan, yang memiliki Perjanjian Pembelian Awal dengan Uni Eropa.

Sebagai catatan, semua pengiriman vaksin ke 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang tercakup oleh fasilitas COVAX, termasuk Indonesia, dibebaskan dari kontrol ekspor ini. Demikian juga, untuk ekspor ke sekitar 25 negara tetangga Uni Eropa.

 
Selain bantuan, Uni Eropa dan ASEAN bertukar pengalaman dan praktik terbaik tentang tanggap kawasan terhadap krisis.
 
 

Pasokan vaksin untuk tujuan bantuan kemanusiaan, termasuk pula dalam kategori pengecualian. Pandemi Covid-19 adalah tantangan global. Kita hanya dapat mengatasinya secara efektif jika kita bekerja sama dalam persatuan dan solidaritas.

Karena itu, selain vaksin, Uni Eropa dan negara anggotanya, membantu negara-negara mitra dengan 38 miliar euro secara global untuk memperkuat pelayanan kesehatan, sistem air dan sanitasi, pengembangan akses yang cepat dan merata dalam hal tes virus korona, perawatan dan vaksin secara aman, berkualitas, efektif, dan terjangkau.

Dari nilai bantuan global tersebut, bantuan Uni Eropa untuk negara-negara ASEAN adalah di atas 800 juta euro. Selain bantuan, Uni Eropa dan ASEAN bertukar pengalaman dan praktik terbaik tentang tanggap kawasan terhadap krisis.

Pada Desember 2020, Uni Eropa dan ASEAN untuk pertama kalinya, mengadakan dialog para pakar tentang vaksin Covid-19. Kini kita sedang menjajaki penyelenggaraan pertemuan kedua. Dari nilai tersebut, bantuan Tim Eropa untuk Indonesia sebesar 200 juta euro.

 
Kita hanya dapat melakukannya jika mendasarkan tindakan kita pada sains, kerja sama dengan tujuan tulus, dan memastikan tidak ada orang yang tertinggal.
 
 

Ini termasuk mendanai proyek-proyek organisasi masyarakat sipil, yang membantu kelompok rentan. Selain itu, terdapat proyek yang menggabungkan dana hibah dan pinjaman untuk perbaikan dua rumah sakit di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

Dana pinjaman berasal dari bank pembangunan Prancis dan Jerman. Sikap Uni Eropa sangat jelas. Kami mendukung kerja sama vaksin dan multilateralisme vaksin; dan kami dengan tegas menentang pemberian janji vaksin untuk imbalan politis.

Setelah sulitnya 2020, tahun ini seharusnya menjadi waktu untuk pemulihan dan membangun kembali. Kita hanya dapat melakukannya jika mendasarkan tindakan kita pada sains, kerja sama dengan tujuan tulus, dan memastikan tidak ada orang yang tertinggal.

Ini adalah semangat sesungguhnya dari kebijakan global Uni Eropa, juga semangat sesungguhnya dari kemitraan Uni Eropa dengan Indonesia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat