Sultan Mehmed II al-Fatih baru berusia 21 tahun saat memimpin pasukan Islam untuk membebaskan Konstantinopel. | DOK WIKIPEDIA

Khazanah

Meneladan Pribadi Sang Penakluk Konstantinopel

Penakluk Konstantinopel, kota di antara dua benua, itu adalah Sultan Mehmed II al-Fatih.

OLEH HASANUL RIZQA

Konstantinopel, ibu kota Kerajaan Romawi Timur atau Bizantium, akhirnya jatuh ke tangan Islam. Hari itu, tepat pada 29 Mei 1453. Penakluk kota di antara dua benua itu adalah Sultan Mehmed II al-Fatih. Ketika memimpin misi pembebasan tersebut, raja Turki Utsmaniyah itu baru berusia 21 tahun.

Inilah sosok yang telah diramalkan kedatangannya oleh Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Konstantinopel benar-benar akan ditaklukkan. Sebaik-baik amir (pemimpin) adalah amir yang memimpin penaklukannya, dan sebaik-baik tentara adalah tentara yang menaklukkannya.” (HR Bukhari). Hadis itu tidak menyebutkan nama, melainkan karakteristik yang dijanjikan kemenangan.

Giat Belajar

Sejak kecil, putra Sultan Murad II itu digembleng untuk menjadi tangguh dan cendekia. Ayahnya menaruh harapan besar, kelak Mehmed-lah yang akan memenuhi nubuat Nabi SAW mengenai Konstantinopel.

Istana pun mengundang banyak ulama besar untuk membimbingnya. Di antara berbagai disiplin pengetahuan yang dipelajarinya ialah ilmu Alquran, hadis, dan fikih. Ilmu-ilmu umum pun ditempuhnya dengan penuh semangat, seperti ilmu berhitung, falak, sejarah, serta strategi kemiliteran.

Banyak bahasa dipelajarinya. Mehmed pun menjadi seorang poliglot. Di samping bahasa Turki, ia juga menguasai bahasa Arab, Persia, Latin, Yunani, dan Ibrani. Dengan demikian, cakrawala pengetahuannya kian luas. Watak pribadinya itu patut ditiru kaum Muslimin.

photo
Dengan arif dalam membaca sejarah, Sultan Mehmed II pun dapat belajar dari kesalahan masa lampau para pendahulunya. Ia menerapkan taktik brilian untuk dapat menembus dinding benteng Kota Konstantinopel. - (DOK WIKIPEDIA)

Bijaksana

“Pengalaman adalah guru terbaik,” demikian sebuah pepatah. Seturut dengan ini, Mehmed pun berupaya memetik pelajaran dari kegagalan-kegagalan yang pernah dialami pasukan Islam dalam misi menaklukkan Konstantinopel. Kota tersebut memang kokoh. Perbatasannya dikelilingi tembok benteng yang sukar ditembus.

Dengan bijaksana dalam melihat sejarah, Mehmed pun dapat merancang strategi yang cemerlang. Misalnya, ia memerintahkan pasukannya agar memindahkan kapal-kapal dari pangkalan di Baskatasy ke Tanduk Emas.

Caranya unik karena melalui jalan darat antara dua pelabuhan tersebut. Kapal-kapal Turki diletakkan di atas papan-papan yang beralaskan gelondongan kayu. Para prajuritnya menarik armada itu hingga ke lokasi tujuan. Strategi tersebut membuat musuh terkejut. Mereka yang semula begitu percaya diri akan ketangguhan benteng kota Konstantinopel, akhirnya kalah.

photo
Sultan Mehmed II mencontohkan adab toleransi dalam Islam. Ia tidak memaksakan penduduk kota taklukan untuk memeluk Islam. Warga Kristen Konstantinopel dilindungi nyawa dan kebebasannya, asalkan patuh terhadap ketentuan pemerintah. - (DOK WIKIPEDIA)

Bersikap Toleran

Begitu menguasai Konstantinopel, Sultan Mehmed tidak memaksa penduduk non-Muslim setempat untuk berpindah agama. Ia juga tidak mengganggu warga sipil yang bersembunyi dalam rumah-rumah mereka atau gereja-gereja.

Raja ketujuh dari Dinasti Utsmaniyah ini turun dari kudanya dan memasuki Hagia Sophia dengan penuh respek. Al-Fatih lantas bersujud syukur kepada Allah.

Keluar dari bangunan tersebut, ia menyerukan kepada penduduk Konstantinopel. Bahwa nyawa dan kebebasan mereka dalam beragama dijamin oleh negara. Sikap toleransi tidak hanya retorika, melainkan tindakan nyata.

Sangat berbeda keadaannya dengan Pasukan Salib yang menyerang Konstantinopel pada 1204. Mereka membantai banyak masyarakat lokal, termasuk wanita dan anak-anak tak luput dari kekejian.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat